Kisah sekelompok anak muda yang ingin hidup sesuai dengan keinginan mereka karena di beri kesempatan kedua. Mereka pernah meninggal dan hidup kembali secara ajaib sehingga mereka sangat ingin menikmati hidup mereka.
Namun tanpa mereka sadari sebuah bencana besar sedang mengintai dunia dan pada akhirnya mengancam semua makhluk hidup di dunia. Untuk mempertahankan kehidupan kedua mereka, sekelompok anak muda itu berjuang untuk mengembalikan dunia seperti sedia kala dengan keajaiban yang mereka miliki.
mohon dukungan komen dan like nya ya kalau suka, thanks
Prinsip mereka hanya satu. "Kita tidak tahu sampai kapan keajaiban ini akan mempetahankan hidup kita, sampai saat itu tiba kita akan bersenang senang dan melakukan apa saja yang kita inginkan, tidak ada yang bisa menghalagi kita, apapun itu, jadi jangan coba coba,,"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee Jhon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 33
Keesokan harinya, ketika ke enamnya sudah sampai di sekolah, terlihat para murid heboh melihat video penampakan bangkai wyvern yang muncul tiba tiba di sebuah komplek perumahan yang di rekam oleh salah satu warga menggunakan smartphone dan menjadi viral di beberapa sosial media. Mereka mendengar beberapa murid berbicara,
“Wah kalau aja yang nyerang sekolah kita jadi kayak gini, pasti kita ga di pindah kesini ya,” ujar seorang siswa.
“Iya bener, tapi siapa yang membunuh naga ini ? di potong potong lagi ?” tanya siswa sebelahnya.
“Jangan jangan monster yang lebih serem dari naga lagi, bener bener misterius,” balas seorang siswi yang bersama mereka.
Ke enamnya cuek saja dan tersenyum sambil terus berjalan menuju ke kelas mereka. Ketika mereka sudah masuk ke kelas, mereka melihat beberapa siswa berwajah seram sedang duduk di kursi mereka, salah satu pria itu menoleh dan berdiri ketika melihat ke enamnya, dia berdiri di depan Rio yang berdiri di paling depan di ikuti teman temannya,
“Gue denger denger lo berenam mau jadi jagoan ya di sini, lo bertiga yang laki bakal gue habisin dan yang cewe jadi mainan gue,” ujar pria itu sambil menatap Rio dengan bengis.
“Lo siapa ?” tanya Rio.
“Gue Marlon, gue kelas 12, lo ribut ama gue kalau lo ngerasa jagoan, gue yang megang sekolah ini,” ujar Marlon.
“Sip, Tan, langsung ajalah, masih sepi ini,” ujar Rio.
“Ok deh,” balas Tania sambil mengangkat tangannya.
Ke enamnya langsung menghilang bersama Marlon dan anak buahnya, hanya dalam waktu kurang dari 10 menit, mereka muncul kembali, Marlon dan anak buahnya bersujud di depan ke enamnya,
“A..ampun bos, maaf, kita ga brani sekali lagi,” ujar Marlon.
“Jangan pernah sekali lagi ganggu kita berenam dan ntar siang siapin tempat buat kita di kantin,” ujar Alex.
“Oh satu lagi, kalian cuman solider aja kan sama si Johan ? bukan dia yang nyuruh kalian kan ?” tanya Rio.
“Iya bos, maaf, kita inisiatif doang, kita cuman kaget sumber duit kita jadi gila kemarin dan ketika di tanya dia bilang bos dan bu bos sekalian yang bikin dia jadi kayak gitu,” jawab Marlon.
“Ok, berarti bukan dia yang nyuruh lo pada ya, kalau sampe lo pada bohong tau sendiri ya,” balas Rio.
“Trus nih, sekalian siapin makanan buat kita ntar di kantin, jangan lupa,” ujar Jay.
“Duitnya bos ?” tanya Marlon.
“Ya lo usaha lah pea, ampe ga ada ya lo tau sendiri, sekarang lo dan anak buah lo jadi sumber duit kita,” jawab Jay.
“Tapi jangan malak orang ya, kalau sampe ada yang ngadu ke kita, lo yang pertama di cari,” tambah Tania.
“I..iya bu bos, ki..kita usahakan,” ujar Marlon.
“Dah sono keluar, kita mau duduk,” ujar Sarah.
“Bener, cepet cepet,” teriak Lina.
“I..iya bu bos,” ujar Marlon berdiri.
Marlon dan anak buahnya langsung berlari keluar dengan wajah pucat meninggalkan ke enamnya. Setelah duduk di kursi masing masing,
“Hari kedua sekolah, jadi kepala geng sekolah, mantap,” ujar Rio.
“Hahaha....gila juga ya, tapi ok lah, walau kita di kasih uang sama mba Ani dan jumlahnya cukup banyak tapi kita harus hemat juga untuk masa depan,” balas Alex.
“Berarti si Johan suka bayar mereka tuh buat macem macem, dia sumber duit mereka,” ujar Sarah.
“Hmm mustinya tadi gue bilang mereka boleh malak asal yang di palak si Johan,” ujar Tania.
“Sekalian aja kita jadi mafia, enak kayaknya,” ujar Jay.
“Hehe bener, ada yang nantang hajar,” balas Lina.
“Hehehehehe,” ke enamnya tertawa.
“Um,” tiba tiba ada seorang siswa mendekati mereka, ke enamnya menoleh melihat seorang siswa berkacamata berdiri di samping merka,
“Maaf, apa kakak kakak yang tadi udah pergi ?” tanya siswa itu perlahan.
“Udah, tenang aja, mereka ga akan balik lagi,” jawab Alex.
Wajah siswa itu langsung terlihat lega, kemudian dia menoleh melihat keluar kelas dan mengangguk, langsung saja para siswa dan siswi teman sekelas masuk ke dalam kemudian duduk di tempat masing masing, sebagian mengerubungi ke enamnya dan mengucapkan terima kasih sambil berkenalan. Tiga orang siswa masuk belakangan, mereka masuk dengan diam diam dan tidak berani mendekat kepada ke enamnya karena, Rio memperhatikan mereka, lalu bertanya kepada salah seorang siswi,
“Mereka itu siapa ?” tanya Rio.
“Mereka temen temennya si Johan rese yang mengagung agungkan si Johan, sekarang mereka diem karena pada dasarnya mereka pengecut yang hanya mengandalkan Johan,” jawab siswi itu dengan suara keras dan di sengaja.
Rio menoleh lagi, ketiga orang itu menunduk dan duduk dengan tenang di meja mereka masing masing tanpa menoleh ke belakang. Rio hanya tersenyum melihat mereka dan tidak memperdulikan mereka, ternyata dari teman teman sekelas di ketahui kalau mereka sering merundung, memalak dan melecehkan banyak siswa atau siswi di sekolah itu kaena mendapat beking dari anak anak kelas 12 yang masuk ke dalam kelas barusan yang berhubungan dengan preman di kota dan menjadi jagoan di sekolah, mereka juga mengedarkan narkoba dan memaksa siswa siswi membeli juga memakainya.
“Hmm sarang nya dimana tau ga ?” tanya Jay.
“Mungkin mereka tahu, Jay,” jawab seorang siswa laki laki menunjuk ke arah tiga teman teman Johan.
Jay langsung berdiri dan berjalan ke salah satunya, dia memegang leher siswa itu dari belakang dan mendekatkan wajahnya ke telinga sang siswa,
“Nama lo siapa ?” tanya Jay.
“A..Andi,” jawab siswa itu gemetar.
“Lo tau sarang para preman yang jual narkoba itu ga ?” tanya Jay.
“Gu..gue ga tahu, yang tahu Johan....dia yang sering beli buat nyekokin cewe cewe dan trus dia bawa ke kontrakannya,” jawab Andi.
“Hooo gue denger sesuatu yang menarik nih Jay,” ujar Rio.
“Hehe kayaknya ntar istirahat seru nih,” balas Alex.
“Pe...percuma, mereka di baking ama orang kuat, kalian ntar malah kena,” ujar Andi.
“Wah wah...justru itu yang kita mau, benar ga chayang,” ujar Sarah sambil menggandeng Rio.
“Hehe sekalian aja ke markasnya dan acak acak,” tambah Lina yang menggandeng Jay.
“Sekarang....lo tau ga ? hmm ?” tanya Tania di depan Andi.
“Sum...sumpah gue ga tahu,” jawab Andi.
“Teng,” bel berbunyi, ke enamnya kembali duduk di tempat mereka sambil tersenyum, seluruh teman sekelas juga langsung duduk di kursi masing masing sedangkan Andi gemetar dan tidak bisa bicara apa apa.
“Selamet lo ya,” ujar ke enamnya menatap Andi dari belakang.
******
Ketika istirahat, ke enamnya berjalan ke kantin, ternyata Marlon sudah menyiapkan sebuah meja khusus untuk mereka dan di atasnya tersedia beragam makanan juga cemilan beserta minuman untuk ke enamnya.
“Si...silahkan bos,” ujar Marlon menunduk.
Tapi, “buaak,” Jay langsung menghantamkan kepala Marlon ke meja dan Rio berdiri sambil membunyikan tangan di belakang Jay menghadap ke anak buah Marlon. Alex langsung mendekati wajah Marlon yang miring di meja,
“Tadi di kelas, kita ber enam mendengar sesuatu yang menarik, bisa kasih tau kita dimana bandar narkoba yang nyetok narkoba ke lo pada ?” tanya Alex tersenyum.
Wajah Marlon langsung berubah menjadi pucat seketika, Sarah, Tania dan Lina duduk di meja dan melempari wajah Marlon dengan kacang.
“Ayo ngomong,” ujar Sarah.
“I..iya, gue tahu tempatnya,” ujar Marlon.
“Bagus, ntar pulang sekolah, anter kita ber enam kesana, kita mau beli,” ujar Alex.
“Hehe malam ini kita mau mabok,” tambah Tania.
“Bener bener, tolong ya, jangan sampai pesta kita gagal,” tambah Lina.
“Si..siap bu bos,” ujar Marlon yang terlihat mulai membayangkan macam macam.
“Jangan bayangin apa apa atau gue korek otak lo,” ujar Jay.
“I..iya bos maaf,” balas Marlon ketakutan.
Jay melepaskan Marlon dan menyuruh Marlon beserta anak buahnya pergi, setelah itu Rio duduk di sebelah Sarah, Alex di sebelah Tania dan Jay di sebelah Lina,
“Pulang sekolah showtime,” ujar Rio.
“Ya,” jawab ke lima yang lain.