Pernikahan yang didasari sebuah syarat, keterpaksaan dan tanpa cinta, membuat Azzura Zahra menjadi pelampiasan kekejaman sang suami yang tak berperasaan. Bahkan dengan teganya sering membawa sang kekasih ke rumah mereka hanya untuk menyakiti perasaannya.
Bukan cuma sakit fisik tapi juga psikis hingga Azzura berada di titik yang membuatnya benar-benar lelah dan menyerah lalu memilih menjauh dari kehidupan Close. Di saat Azzura sudah menjauh dan tidak berada di sisi Close, barulah Close menyadari betapa berartinya dan pentingnya Azzura dalam kehidupannya.
Karena merasakan penyesalan yang begitu mendalam, akhirnya Close mencari keberadaan Azzura dan ingin menebus semua kesalahannya pada Azzura.
"Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca lalu pecah? Kaca itu memang masih bisa di satukan lagi. Tapi tetap saja sudah tidak sempurna bahkan masih terlihat goresan retaknya. Seperti itu lah diriku sekarang. Aku sudah memaafkan, tapi tetap saja goresan luka itu tetap membekas." Azzura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arrafa Aris, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. RSK
"Yoga, sekali lagi makasih, ya," ucap Azzura.
Ia mengantar Yoga hingga di depan pintu utama. Setelah memastikan pria itu masuk ke mobil, Azzura melambaikan tangan.
Setelah memastikan mobil Yoga menghilang dari pandangan mata, barulah Azzura menutup pintu kemudian kembali ke dapur.
"Zu, belanjaanmu banyak banget. Padahal kalian cuma berdua di rumah ini," celetuk Nanda.
"Aku belanja untuk satu bulan ke depan," sahut Azzura sembari memasukkan sayuran, daging dan beberapa seafood ke dalam kulkas beserta minuman ringan.
Sedangkan cemilan, mie dan minuman instan ia taruh di lemari gantung.
"Nanda, sebelum kita ke rumah sakit, sebaiknya kita memasak dulu sekalian membawa makanan masakan kita ke rumah sakit," cetus Azzura.
"Siap!" sahut Nanda. Sedetik kemudian ia menangkup wajah sahabatnya. "Zu, jidatmu kenapa memar begini?"
"Aku terpeleset di kamar mandi lalu terbentur ke tembok." Azzura mencoba menghindar.
Namun, Nanda tak percaya begitu saja. "Zu, kamu bohong."
"Beneran Nanda," timpal Azzura sambil mengolah bahan masakan.
"Kamu bohong Zu, karena kamu nggak berani menatap mataku!" selidik Nanda.
Azzura berhenti sejenak lalu menatap wajah sahabatnya. Sepasang mata Azzura kini berkaca-kaca. Ia langsung memeluk Nanda lalu menangis.
"Zu, apa yang terjadi padamu? Kenapa kamu seperti ini?"
Azzura mengurai pelukannya. Ia memutuskan berkata jujur pada Nanda. Menceritakan semuanya tanpa ada satupun yang ia sembunyikan.
Nanda mengepalkan kedua tangan merasa tak terima.
"Nanda, rahasiakan ini pada ibu. Cukup hanya kita berdua saja yang tahu," pinta Azzura sembari menyeka air mata.
"Azzura yang malang, aku nggak menyangka jika kamu akan menikah dengan pria brengsek itu. Zu, jika suatu saat kamu sudah nggak kuat, maka pergilah sejauh mungkin agar dia sadar sekaligus merasa kehilangan," tutur Nanda.
Mengangguk dipilih Azzura sebagai jawaban. Setelah itu, ia lanjut mengolah bahan masakannya.
"Zu, kita buat soto ayam saja, ya. Setelah itu kita buat kue untuk pencuci mulut," cetus Nanda.
"Baiklah."
Keduanya kembali melanjutkan aktivitas memasak. Sesekali Nanda dan Azzura saling melempar candaan kemudian tertawa cekikikan.
Setelah kurang lebih satu jam berkutat di dapur, akhirnya semua olahan masakan Azzura dan Nanda mateng.
Azzura menaruh soto ke sebuah termos. Sedangkan Nanda sedang mengiris brownis lalu menatanya ke dalam tupperware.
Beberapa menit berlalu ...
Kini Nanda dan Azzura berada di dalam kamar.
"Zu, bahkan pria brengsek itu memberikan kamar nggak layak ini untukmu?!" kata Nanda dengan perasaan geram.
"Nggak apa-apa Nanda, setidaknya kamar ini sudah rapi dan bersih," balas Azzura kemudian berbaring di kasur lipat.
"Ini seperti gudang yang ada di rumahmu." Nanda terkekeh.
.
.
.
Sementara itu di tempat yang berbeda, Close dan Laura sedang berada di salah satu toko tas branded Kota J, suami Azzura masih setia menemani sang kekasih berbelanja.
Setelah mendapatkan tas yang Laura inginkan, Close kembali membayar menggunakan kartu kreditnya.
"Sayang, apa masih ada lagi yang ingin kamu beli?" tanya Close.
"Nggak, ini sudah cukup," jawab Laura sembari tersenyum manis.
"Ya sudah, kita cari makan dulu, perutku sudah lapar," cetus Close.
"Hmm, baiklah," bisik Laura.
Lelah ...
Itulah yang sedang Close rasakan, selama beberapa jam menemani sang kekasih, ia terus mengikuti langkah juga kemauan Laura.
Di sepanjang perjalanan menuju restoran, Close hanya diam. Benaknya masih bertanya-tanya ke manakah istrinya pergi?
Setelah tiba di salah satu restoran. Keduanya pun segera masuk ke tempat itu sekaligus memesan makanan.
Tak jauh dari meja Close dan Laura, Yoga yang sejak tadi bersama Radit, terkejut saat mendapati Close dan Laura begitu mesra.
"Yoga, itu kan boss-mu bersama pacarnya? Mereka mesra banget," bisik Radit.
Yoga bergeming sekaligus merasa curiga jika pernikahan Close dan Azzura ada yang tak beres.
Saat menjemput Azzura di rumah sakit, Yoga merasa sorot mata gadis berhijab itu menyiratkan kesedihan mendalam.
"Radit, aku sudah selesai. Sebaiknya kita tinggalkan restoran ini," ajak Yoga lalu meninggalkan sejumlah uang di atas meja.
Sedangkan Laura dan Close masih betah di restoran itu sambil menyantap makanan mereka.
.
.
.
"Nanda, nanti singgah sebentar di toko helm, ya, soalnya helm dan motorku di bawa sama temannya Yoga," pinta Azzura.
"Siap!" sahut Nanda sambil mengangkat jempolnya.
"Ya sudah, cepat berangkat ini sudah jam 11.00," desak Azzura lalu terkekeh.
Nanda ikut terkekeh. Ia segera memacu motornya menuju rumah sakit. Namun, sebelumnya, mereka terlebih dulu singgah membeli helm.
Dua puluh menit kemudian ....
Akhirnya keduanya tiba di rumah sakit. Sambil bergandengan tangan Nanda dan Azzura mengayunkan langkah menuju kamar rawat Bu Isma.
Ketika membuka pintu, Bu Isma langsung tersenyum menatap Azzura juga Nanda. Kebetulan ada dokter Aida dan suster di ruangan itu.
"Dok, Sus, kebetulan kalian di sini, kita makan bareng, ya," tawar Azzura.
"Zu, Nanda, apa kalian yang memasak, Nak?" tanya Bu Isma, sambil memperhatikan Nanda juga Azzura yang sedang menata makanan di atas meja.
"Iya Bu," sahut Azzura dan Nanda serentak lalu tertawa. "Yah sudah ... ayo dimakan makanannya. Aku di sini saja sambil menyuapi ibu," kata Azzura yang kini duduk di sisi bed bu Isma.
Seketika ruangan itu terlihat seperti acara kumpul keluarga. Setelah mencicipi makanan itu, dokter Aida membuka suara.
"Zu, aku nggak menyangka jika kamu pintar memasak," celetuk dokter Aida.
"Alhamdulillah bisa, Dok. Sayangnya aku belum punya cukup modal untuk membuka restoran atau cafe." Azzura terkekeh.
Dokter Aida mengulas senyum sambil mengangguk.
Beberapa menit kemudian ....
"Zu, ternyata soto dan brownies buatanmu enak banget. Beruntung banget suamimu memiliki istri sepertimu," puji dokter Aida.
Azzura dan Nanda saling berpandangan.
'Beruntung apanya!! Pria brengsek seperti Close nggak pantas buat Azzura!' gerutu Nanda dalam hati.
Sedangkan Azzura tersenyum tipis merasa miris.
"Sayang, kapan-kapan, ajaklah suamimu kemari. Itupun jika dia nggak sibuk," pinta bu Isma.
"Iya Bu,"
"Zu, aku dan suster Tiara tinggal sebentar, ya, soalnya masih ada pasien yang harus saya tangani," izin dokter Aida.
"Iya, Dok, silahkan," kata Azzura.
...🌿----------------🌿...
Jangan lupa masukkan sebagai favorit ya. Like, vote dan komen. Bantu like dan vote setidaknya readers terkasih telah membantu ikut mempromosikan karya author. Terima kasih ... 🙏☺️😘