Retaknya Sebuah Kaca

Retaknya Sebuah Kaca

1. RSK

Azzura tampak termenung menatap nanar ibunya yang sedang terbaring lemah di bed pasien.

Tangannya tak lepas terus menggenggam jemari ibunya yang tampak sedang tertidur dengan selang yang masih terpasang di hidung.

"Ya Allah ... aku harus bagaimana? Di mana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu untuk biaya operasi ibu? Termasuk perawatan untuk kemo selanjutnya."

Air mata mulai menetes memikirkan nasibnya.

"Gajiku sebagai barista nggak akan cukup untuk membiayai pengobatan ibu. Bahkan uang pensiunan ibu dan almarhum ayah pun nggak akan mencukupi."

Azzura melepas genggaman tangan sang ibu kemudian mengecup keningnya.

"Bu, aku berangkat kerja dulu ya. Aku akan berusaha mencari pinjaman untuk biaya pengobatan ibu. Apa pun itu, ibu harus sembuh supaya kita bisa bersama lagi."

Setelah itu, Azzura meninggalkan ibunya yang masih terbaring lemah dengan mata yang terus terpejam.

Dengan langkah gontai, ia melangkah lunglai sambil memikirkan cara untuk mendapatkan pinjaman.

"Apa sebaiknya aku meminjam uang saja pada Nyonya, ya? Nggak apa jika harus membayar dengan menyicil," gumamnya.

Bruuukk ....

Langkahnya terhenti lalu perlahan mendongak.

"Ah ... maaf Dok, saya nggak sengaja," ucapnya sambil menunduk lalu mengatupkan kedua tangan di dada.

"Nggak apa-apa. Lain kali kalau jalan jangan melamun," pesan Pak dokter lalu mengulas senyum.

Azzura mengangguk pelan. Lanjut mengayunkan langkah menuju area parkir.

*******

Setibanya di Cafe tempatnya bekerja, Azzura menarik nafas dalam-dalam.

"Zu, semangat," ucapnya sambil mengangkat tangannya menyimbolkan semangat.

Ia pun melangkahkan kaki memasuki cafe lalu menyapa temannya yang lebih dulu tiba darinya.

"Zu, kok kamu telat?" tanya Nanda sahabatnya.

"Aku mampir ke rumah sakit sebentar menjenguk ibu," jawab Zu dengan seulas senyum.

"Bagaimana keadaan Tante?"

Azzura menghela nafas. "Ibu harus dioperasi, Nanda. Makanya saat ini aku lagi bingung cari pinjaman. Kamu tahu kan biaya operasi kanker itu sangat mahal, belum lagi jika harus menjalani kemoterapi," jelas Zu dengan raut wajah sedih.

"Yang sabar ya, Zu. Nanti kami akan coba membantu dengan menggalang bantuan," usul Nanda seraya mengelus punggung sahabatnya.

"Terima kasih ya, Nanda," ucap Zu.

Keduanya kembali bekerja melayani pembeli yang sedang memesan minuman.

Setelah membuat minuman pesanan seseorang, Azzura beberapa kali memanggil nama si pemesan. Namun, sang pemesan tak kunjung menghampiri meja bartender cafe.

"Nan, ini yang mesan orangnya mana sih?" tanya Zu. "Dari tadi aku panggil, orangnya tak kunjung kemari."

"Oh itu, gadis blasteran yang sedang duduk di sana," tunjuk Nanda, mengarahkan telunjuk ke arah gadis yang sedang asik memainkan ponsel.

"Ngeselin banget sih?! Nungguin sebentar saja nggak bisa," gerutu Zu lalu menghampiri gadis itu.

"Maaf ... Nona, ini minuman pesanan Anda," ucap Zu lalu meletakkan cup minuman coklat di atas meja.

"Lama banget sih!" bentaknya.

"Maaf," ucap Zu mengalah.

"Segampang itu, kamu meminta maaf, hah!! Apa kamu nggak tahu siapa aku?" bentaknya lagi.

"Kamu kekasihnya Close, benar kan," jawab Zu singkat.

"Bukan cuma kekasih, tapi bakal jadi istrinya sekaligus calon menantu keluarga besar Kheil Brandon," ucap gadis itu lagi menyombongkan diri.

"Huh!! Ngeselin banget! Jika saja kamu bukan kekasihnya Close, aku pasti sudah memakimu," gerutu Zu dalam hati lalu meninggalkan gadis blasteran itu.

********

Sore harinya ....

Dengan perasaan getir, Azzura memberanikan diri melangkah ke arah ruang kerja sang owner cafe.

Sebelum mengetuk pintu, ia menarik nafas dalam-dalam demi menetralkan perasaanya yang sedang getir lalu mengetuk pintu.

"Masuk," perintah suara dari dalam ruangan.

"Selamat sore Nyonya," sapa Zu dengan seulas senyum.

"Ah, Zu. Sore juga. Kemarilah."

Gadis berhijab itu mengangguk lalu duduk di kursi berhadapan dengan Nyonya Liodra.

"Ada apa, Zu?" tanya Nyonya Liodra dengan ramah.

"Nyonya, saya ke sini ingin meminta bantuan Anda. Maksud saya ... eeemm ... saya ...."

Azzura tampak ragu ingin mengutarakan niatnya.

"Katakan saja jangan ragu," kata Nyonya Liodra.

"Nyonya, boleh nggak, saya meminjam sejumlah uang pada Anda?" tanya Zu lalu menunduk.

"Meminjam uang? Tapi untuk apa Zu?" tanya Nyonya Liodra dengan alis yang saling bertaut.

"Untuk biaya operasi dan perawatan kemoterapi ibu saya, Nyonya. Ibu saya sakit kanker," jelasnya masih sambil menundukkan kepala. "Saya akan menyicil pembayarannya meski saya selamanya akan bekerja untuk Nyonya."

Senyum penuh arti terbit di bibir tipis wanita cantik paruh baya itu.

"Zu, saya tidak akan meminjamkan kamu uang. Tapi, saya akan membiayai semua perawatan ibumu selama dirawat. Tapi ada syaratnya."

Azzura langsung mendongak menatap Nyonya Liodra.

"Apa syaratnya, Nyonya? Saya akan menerima syarat itu demi melihat ibu saya bisa sembuh lagi," sahut Zu.

"Menikahlah dengan putraku, Close, maka semua biaya pengobatan ibumu akan saya tanggung," tawar Nyonya Liodra.

Azzura sangat terkejut dengan syarat yang di ajukan oleh Nyonya Liodra. Bukan tanpa alasan, dia tahu benar seperti Close. Pria angkuh, arogan, suka seenaknya terlebih ia sudah memiliki kekasih.

Ia tampak menimbang-nimbang. Di satu sisi ia merasa takut namun di satu sisi lain, ia sangat membutuhkan uang demi biaya operasi juga pengobatan lanjutan sang ibu.

Namun, demi kesembuhan ibunya, ia akhirnya menerima syarat itu meski erpaksa, walau sudah tahu resikonya seperti apa nantinya.

"Baiklah Nyonya, saya akan menerima syarat itu. Tapi, izinkan saya tetap bekerja di cafe ini," kata Zu.

"Baiklah, jika hanya itu yang kamu inginkan," kata Nyonya Liodra.

"Maafkan saya, Zu. Semua ini saya lakukan karena saya tidak menyukai Close terus berhubungan dengan Laura. Entah mengapa saya tidak menyukai gadis itu," batin Nyonya Liodra.

Setelah itu, Azzura berpamitan meninggalkan ruangan Bu Liodra.

"Ya Allah ... aku harus bagaimana? Sejak zaman kuliah, Close sangat membenciku bahkan nggak segan-segan menghinaku."

Ia terus mengayunkan langkah hingga sampai di parkiran. Baru saja ia akan mengenakan helm, pria yang baru saja ada di benaknya itu melewatinya dengan tatapan benci. Entahlah apa yang membuat Close membencinya.

Azzura menatap nanar punggung tegap putra sulung majikannya itu.

"Demi kesembuhan ibu, aku pasti kuat menghadapinya dengan lapang dada."

Ia pun menyalakan mesin motornya, meninggalkan tempat itu menuju taman kota untuk menghibur diri.

******

Sesaat setelah berada di taman kota, Azzura duduk bersandar di salah satu bangku taman. Ia mendongak, menatap langit yang mulai menggelap.

"Bu ... Ibu harus sembuh. Jika Ibu sembuh, aku janji akan mengajak Ibu jalan-jalan ke puncak. Kita akan bernostalgia lagi mengenang semua kenangan kita bersama Ayah saat beliau masih hidup. Bertahanlah Bu, jangan tinggalkan aku."

.

.

.

🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺

Mohon dukungannya ya, readers terkasih dengan meninggalkan rate, vote, like, gift dan meramaikan kolom komentar.

Maaf author memaksa. Tanpa dukungan dari readers terkasih, siapalah author recehan seperti aku. Happy reading 🙏😊🥰😘

Terpopuler

Comments

Epifania R

Epifania R

mampir kk

2024-04-04

0

Lina Asm

Lina Asm

maaf thor maungai vote ga bisa

2023-05-04

1

Uthie

Uthie

Coba mampir 👍♥️

2023-04-02

1

lihat semua
Episodes
1 1. RSK
2 2. RSK
3 3. RSK
4 4. RSK
5 5. RSK
6 6. RSK
7 7. RSK
8 8. RSK
9 9. RSK
10 10. RSK
11 11. RSK
12 12. RSK
13 13. RSK
14 14. RSK
15 15. RSK
16 16. RSK
17 17. RSK
18 18. RSK
19 19. RSK
20 20. RSK
21 21. RSK
22 22. RSK
23 23. RSK
24 24. RSK
25 25. RSK
26 26. RSK
27 Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28 Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29 Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30 Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31 Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32 Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33 Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34 Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35 Bab 35 : Merasa bersalah ...
36 Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37 Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38 Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39 Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40 Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41 Bab 41: Kritis ...
42 Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43 Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44 Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45 Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46 Bab 46 : Lebih tegar ...
47 Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48 Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49 Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50 Bab 50 : Permintaan Momy ...
51 Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52 Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53 Bab 54 : Berterus-terang ...
54 Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55 Bab 56 : Kembali memergoki ...
56 Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57 Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58 Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59 Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60 Bab 61 : Frustasi ...?
61 Bab 62 : Harus bagaimana ...
62 Bab 63 : Depresi ...
63 Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64 Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65 Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66 Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67 Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68 Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69 Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70 Bab 71: Nyekar makam ...
71 Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72 Bab 73: Sebuah janji ...
73 Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74 Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75 Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76 Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77 Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78 Bab 79: Masih nggak berubah ...
79 80. Jangan membuka luka lama ...
80 Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81 Bab 82: Menagih janji ...?
82 Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83 84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84 85. Secercah harapan ...
85 Promo novel baru
86 87. Memohon ...
87 88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88 89. Merasa terharu ...
89 90. Ke Kota J ...
90 91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91 92. Berada di posisi serba salah ...
92 93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93 94. Semangatku seolah patah ...
94 95. Sedikit cemburu ...
95 96. Dugaanku ternyata benar ...
96 97. Merajut asa menatap masa depan ...
97 98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98 99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99 100. Modus ...
100 101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101 102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102 103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103 104. Semoga tebakanku benar ...
104 105. Dua garis merah ...
105 106. Merasa Dejavu ...
106 107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107 108. Khawatir dan cemas ...
108 109. Tertantang ingin mendekat ...
109 110. Demi tugas negara ...
110 111. Ucapan selamat ...
111 112. Kesal dan cemburu ...
112 113. Coba saja jika dia berani ...
113 114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114 115. Harap-harap cemas ...
115 116. Operasi Caesar ...
116 117. Harus puasa minimal setahun ...
117 118. Ingin punya momongan lagi ...
118 119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119 120. Hidup ini seperti drama ...
120 121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121 122. Maafmu sudah terlambat ...
122 123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123 124. Pesan Genta untuk Close ...
124 125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125 126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126 127. Tangisan sia-sia ...
127 128. Diam-diam mengagumi
128 129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129 130. Keputusan tegas Genta ...
130 131. Dipecat ...
131 132. Beda level ...
132 Bonchap 9
133 Bonchap 10
134 Bonchap 11
135 132. RSK
136 133. RSK
Episodes

Updated 136 Episodes

1
1. RSK
2
2. RSK
3
3. RSK
4
4. RSK
5
5. RSK
6
6. RSK
7
7. RSK
8
8. RSK
9
9. RSK
10
10. RSK
11
11. RSK
12
12. RSK
13
13. RSK
14
14. RSK
15
15. RSK
16
16. RSK
17
17. RSK
18
18. RSK
19
19. RSK
20
20. RSK
21
21. RSK
22
22. RSK
23
23. RSK
24
24. RSK
25
25. RSK
26
26. RSK
27
Bab 27 : Mengundurkan diri ...
28
Bab 28 : Menunggu waktu saja ...
29
Bab 29 : Aku harap kamu nggak amnesia ...
30
Bab 30 : Aku ingin memastikan ...
31
Bab 31 : Katakan yang sejujurnya ...
32
Bab 32 : Maafkan kami bu ...
33
Bab 33 : Selalu saja kegelapan yang menyambutku ...
34
Bab 34 : Suatu kebetulan ataukah takdir ...
35
Bab 35 : Merasa bersalah ...
36
Bab 36 : Lebih baik kembalikan dia ...
37
Bab 37 : Kesalahpahaman berujung benci ...
38
Bab 38 : Sepertinya ini waktu yang tepat ...
39
Bab 39 : Ada hubungan apa mereka ...?
40
Bab 40 : Menikah karena terpaksa ...
41
Bab 41: Kritis ...
42
Bab 42 : Luapan emosi Azzura ...
43
Bab 43 : Ini belum ada apa-apanya ...
44
Bab 44 : Perginya ibu tercinta ...
45
Bab 45 : Separuh jiwaku seolah pergi ...
46
Bab 46 : Lebih tegar ...
47
Bab 47 : Apa kamu pernah melihat retaknya sebuah kaca ...?
48
Bab 48 : Nggak ada yang abadi ...
49
Bab 49 : Perasaan ini salah ...
50
Bab 50 : Permintaan Momy ...
51
Bab 51: Jika takdir menyatukan kita ...
52
Bab 53 : Kesempatan itu sudah tertutup ...
53
Bab 54 : Berterus-terang ...
54
Bab 55 : Bakal jadi mantan suami ...
55
Bab 56 : Kembali memergoki ...
56
Bab 57 : Pergilah, menjauhlah dan tinggalkan saja ...
57
Bab 58 : Meninggalkan kota J ...
58
Bab 59 : Terlambat menyesali ....
59
Bab 60 : Kenyataan pahit ...
60
Bab 61 : Frustasi ...?
61
Bab 62 : Harus bagaimana ...
62
Bab 63 : Depresi ...
63
Bab 64 : Jangan membenci tapi doakan ...
64
Bab 65 : Nggak pernah terpikir ...
65
Bab 66 : Ada di mana dirimu ...?
66
Bab 67 : Mulailah menata dan berjanji pada dirimu ...
67
Bab 68 : Kemarahan Momy Lio ...
68
Bab 69 : Tekad dan niat tulus Genta ....
69
Bab 70 : Apa itu sebuah janji ...?
70
Bab 71: Nyekar makam ...
71
Bab 72 : Kekhawatiran Genta ...
72
Bab 73: Sebuah janji ...
73
Bab 74: Pertemuan tak terduga ...
74
Bab 75: Hatiku terlanjur membatu ...
75
Bab 76: Di antara dua pilihan ...
76
Bab 77: Gelisahnya Devan ....
77
Bab 78: Mengetahui kenyataan yang sebenarnya ...
78
Bab 79: Masih nggak berubah ...
79
80. Jangan membuka luka lama ...
80
Bab 81: Ingin menghilangkan ingatanku ...
81
Bab 82: Menagih janji ...?
82
Bab 83: Izinkan aku menjadi imammu ...
83
84. Tetaplah menjadi sandaran bagiku dan Dev ...
84
85. Secercah harapan ...
85
Promo novel baru
86
87. Memohon ...
87
88. Apakah akan sama seperti sebelumnya ...?
88
89. Merasa terharu ...
89
90. Ke Kota J ...
90
91. Apa aku sedang bermimpi ...?
91
92. Berada di posisi serba salah ...
92
93. Siapa gadis beruntung itu ...?
93
94. Semangatku seolah patah ...
94
95. Sedikit cemburu ...
95
96. Dugaanku ternyata benar ...
96
97. Merajut asa menatap masa depan ...
97
98. Merasa terharu sekaligus bahagia ...
98
99. Kenapa takdirku semiris ini ...?
99
100. Modus ...
100
101. Kebahagiaan ku adalah kalian ...
101
102. Kenapa cinta begitu rumit ...?
102
103. Apa kamu baik-baik saja ...?
103
104. Semoga tebakanku benar ...
104
105. Dua garis merah ...
105
106. Merasa Dejavu ...
106
107. Nanti juga kamu akan tahu ...
107
108. Khawatir dan cemas ...
108
109. Tertantang ingin mendekat ...
109
110. Demi tugas negara ...
110
111. Ucapan selamat ...
111
112. Kesal dan cemburu ...
112
113. Coba saja jika dia berani ...
113
114. Semuanya akan baik-baik saja ...
114
115. Harap-harap cemas ...
115
116. Operasi Caesar ...
116
117. Harus puasa minimal setahun ...
117
118. Ingin punya momongan lagi ...
118
119. Anggaplah aku sebagai sahabat atau kakak
119
120. Hidup ini seperti drama ...
120
121. Dia nggak pantas disebut AYAH ...!
121
122. Maafmu sudah terlambat ...
122
123. Terbuat dari apa hatinya ...?
123
124. Pesan Genta untuk Close ...
124
125. Lidahnya mengalahkan tajamnya sebilah pedang ...
125
126. Aku mohon beri aku kesempatan ...
126
127. Tangisan sia-sia ...
127
128. Diam-diam mengagumi
128
129. Sepertinya kamu harus hati-hati padanya ...
129
130. Keputusan tegas Genta ...
130
131. Dipecat ...
131
132. Beda level ...
132
Bonchap 9
133
Bonchap 10
134
Bonchap 11
135
132. RSK
136
133. RSK

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!