Menceritakan tentang seorang gadis cantik yang bernama Lala, harus mengandung karena hubungan terlarang dengan seorang jin muda yang sejak kecil menyukainya.
Berawal dari kebiasaan jorok Lala, hingga sosok jin muda yang menyukainya dan merubah wujudnya menjadi tampan saat setiap bertemu Lala meskipun warna matanya merah dan memiliki tanduk di kepalanya.
Bagaimana kisah selanjutnya?ikuti kisah selanjutnya ya🙏
PERHATIAN!!
Jika ada bab atau paragraf yang berulang, mohon maaf sedang dalam proses perbaikan.mohon pengertiannya 🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cancer i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ciuman Panas
Namun kemudian Lala memanggil pangeran Firr dan langsung memeluknya.
"Pangeran,jangan pergi"ucap Lala lirih seraya memeluknya
Pangeran Firr tertegun. Ia berbalik, menatap Lala yang memeluknya erat. Kejutan tergambar jelas di wajahnya. Ia tidak menyangka Lala akan berubah pikiran begitu cepat. Harapan dan keraguan bercampur aduk dalam dirinya. Apakah ini cinta sejati yang ia cari selama ini, atau hanya nafsu sesaat yang akan membuatnya kecewa di kemudian hari?
"Lala..." gumamnya, suaranya terdengar sedikit serak karena emosi yang bercampur aduk. Ia membalas pelukan Lala, tangannya terulur menyentuh rambut Lala dengan lembut. Sentuhannya penuh kelembutan, menghilangkan sedikit keraguan yang masih bersarang di hatinya.
Lala semakin mengeratkan pelukannya. Air mata mengalir di pipinya, membasahi pakaian Pangeran Firr. "Aku... aku takut kehilanganmu," bisiknya, suaranya terisak. "Aku... aku mencintaimu."
Pangeran Firr memeluk Lala lebih erat. Ia merasakan kehangatan dan ketulusan dalam pelukan Lala. Rasa ragu yang sebelumnya menghantuinya kini sirna. Ia yakin, ini adalah cinta sejati. Cinta yang tulus dan tanpa pamrih.
"Aku juga mencintaimu, Lala," katanya, suaranya penuh kelembutan dan kasih sayang. Ia mengangkat wajah Lala, menatap matanya dengan penuh cinta. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu."
Lala tersenyum, air matanya masih mengalir. Senyumnya tulus dan penuh kebahagiaan. Ia merasa hatinya begitu damai dan tenang. Ia telah menemukan cinta sejatinya, cinta yang telah lama ia cari.
"Tapi..." kata Lala, masih terisak, "aku masih harus kembali ke duniaku. Aku harus jujur kepada Mak Dira."
Pangeran Firr mengangguk. "Aku mengerti," katanya. "Aku akan membantumu. Kita akan menemukan cara agar kau bisa tetap bersamaku, tanpa harus meninggalkan tanggung jawabmu di dunia manusia."
Ia mencium kening Lala dengan lembut. "Jangan khawatir, Lala," katanya. "Kita akan menghadapinya bersama-sama." Ia memegang tangan Lala erat-erat. "Sekarang, mari kita nikmati momen ini. Momen di mana cinta kita bersatu." Ia menarik Lala lebih dekat, memeluknya dengan penuh kasih sayang, sementara senja di alam antah berantah semakin meredup, digantikan oleh bintang-bintang yang berkelap-kelip di langit malam. Mereka berdua terhanyut dalam kebahagiaan cinta mereka, melupakan sejenak semua masalah dan rintangan yang akan mereka hadapi di masa depan.
Lalu kemudian tanpa aba aba pangeran Firr mencium sudut bibirnya Lala yang selalu menggoda di matanya, hingga Lala pun langsung membalasnya.
Ciuman itu singkat, namun penuh gairah. Sebuah percikan api yang menyulut bara cinta yang telah lama membara di antara mereka. Lala, yang semula masih ragu dan takut, kini sepenuhnya larut dalam perasaan cinta yang membuncah. Ia membalas ciuman Pangeran Firr dengan penuh semangat, melupakan sejenak semua kekhawatiran dan keraguannya.
Setelah ciuman itu, mereka berdua terdiam sejenak, masih terhanyut dalam suasana romantis yang menyelimuti mereka. Detak jantung mereka beradu, menciptakan irama cinta yang indah. Wajah mereka saling berdekatan, mata mereka bertemu, memancarkan cinta dan kasih sayang yang tak terhingga.
"Aku... aku tidak pernah merasakan hal seperti ini sebelumnya," kata Lala, suaranya masih sedikit gemetar karena emosi yang masih bergelora.
Pangeran Firr tersenyum, matanya memancarkan cahaya kebahagiaan. "Aku juga," katanya. "Cinta kita begitu kuat, begitu nyata. Aku merasa seperti telah menemukan separuh jiwaku yang hilang."
Lala mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ia merasa begitu beruntung telah bertemu dengan Pangeran Firr, pria yang telah berhasil mencuri hatinya dan mengisi kekosongan dalam hidupnya.
"Tapi... kita harus memikirkan bagaimana caranya agar aku bisa tetap bersamamu," kata Lala, kembali mengingat tanggung jawabnya di dunia manusia.
Pangeran Firr menggenggam tangan Lala erat-erat. "Jangan khawatir," katanya. "Kita akan menemukan solusinya. Kita akan menciptakan keajaiban kita sendiri. Kita akan membuktikan kepada semua orang bahwa cinta kita begitu kuat, sehingga mampu mengatasi semua rintangan dan perbedaan."
Ia menatap mata Lala dengan penuh keyakinan. "Aku akan selalu ada untukmu, Lala," katanya. "Selamanya."
Lala tersenyum, merasa hatinya dipenuhi dengan rasa aman dan cinta. Ia yakin, bersama Pangeran Firr, ia mampu menghadapi semua tantangan yang akan datang. Ia percaya pada kekuatan cinta mereka, cinta yang mampu mengatasi batas-batas dunia dan waktu. Mereka berdua saling memandang, mata mereka berkilauan, mencerminkan janji cinta abadi yang baru saja mereka bangun di antara dunia manusia dan dunia antah berantah. Malam itu, di bawah bintang-bintang yang berkelap-kelip, cinta mereka semakin bersemi, kuat dan abadi.