Tampan, Kaya, dingin, dan Cuek
Itulah yang bisa menggambarkan sosok Aston Max Matthew yang hampir sempurna. Siapa yang tidak mengenal sosok Aston yang begitu banyak di sukai kaum hawa siapapun yang melihatnya pasti akan langsung jatuh cinta kepadanya. Tapi yang mengenal Aston dia adalah pria yang pemarah, suka mengatur, cuek dan tidak suka jika ucapannya di tentang.
Cantik, Polos, dan Pendiam
Seperti itulah sosok wanita bernama Ayana Yovanka, Wanita yang sudah mandiri sejak kepergian ayahnya yang sudah lama meninggal. Di mana Ayana harus bekerja keras untuk pengobatan sang bunda yang sudah lama sakit. Namun takdir berkata lain ketika saat Ayana di pertemukan dengan pria yang bernama Aston yang mengubah semua takdirnya.
Tapi di suatu kejadian membuat mereka menjadi dekat, akankah kisah mereka seperti kisah novel yang berakhir happy ending atau malah menjadi sad ending?
Ikutin cerita Marriage With CEO.
Update sesuka hati❤️
Start 14 Desember 2024
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dwinabila04, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Marriage With CEO | 24. Not as Expected
Pagi yang cerah ini ada seorang wanita yang termenung terduduk sudah lima belas menit di dalam toilet. Ayana menatap testpack yang ia periksa pagi ini yang menandakan bahwa negatif di mana hasil testpack itu menunjukan hasil garis satu di mana Ayana belum hamil.
Sebenarnya Ayana berani melakukan testpack pagi ini karena sudah seminggu ini ia mual-mual dan ia tak kunjung mendapatkan menstruasinya. Di mana itu biasanya ia dapatkan tepat di tanggalnya, namun entah kenapa Ayana telat mendapatkan menstruasinya.
Ayana mengira bahwa ia hamil namun ternyata tidak hasil menunjukan jika ia belum hamil. Ada rasa kecewa yang Ayana rasakan saat mendapatkan hasil negatif.
Setelah membersihkan diri Ayana keluar dari kamar mandi di mana sudah ada Aston di depan kamar mandi yang membuat Ayana terkejut dengan kehadirannya.
"Aston, kenapa kamu berdiri di sini? Buat terkejut saja," ucap Ayana.
"Aku sudah mengetuk-ngetuk pintu apa kamu tidak mendengarnya?" tanya Aston.
Ayana menggelengkan kepalanya.
Mungkin Ayana terlalu fokus dengan testpack yang menandakan negatif hingga membuatnya tidak mendengar ketukan pintu Aston.
Seperti hari-hari biasanya Ayana selalu menyiapkan sarapan untuk Aston juga menyiapkan kopi untuk Aston. Dan rutinitas setelah memasak adalah memasangkan dasi untuk Aston. Setelah Aston berangkat kerja barulah Ayana bisa duduk. Kali ini Ayana tidak ingin pergi ke mana-mana karena tubuhnya begitu melelahkan juga malas untuk bergerak. Jadi Ayana memutuskan untuk berada di rumah saja.
...•••...
Di sisi lain seorang pria menunggu seorang wanita keluar dari rumah sederhananya. Sudah sepuluh menit lalu ia telah tiba di rumahnya dan sekarang ia menunggunya untuk mengantarnya pergi bekerja.
Anindira keluar dengan baju tempat ia bekerja di cafe di mana ia bertemu dengan Hadwin yang sebelumnya Anindira tidak tau jika Hadwin bekerja sebagai sekertaris Aston. Setelah dua bulan pendekatan Hadwin baru memberitahu Anindira jika ia bekerja dengan Aston sebagai sekretarisnya. Hadwin memberitahu apa pekerjaan karena Anindira lah bertanya.
Hadwin tipe pria yang minim berbicara dan nampak begitu dingin karena terlihat dari wajahnya yang memperlihatkan itu.
"Apa ada yang tertinggal lagi?" tanya Hadwin.
"Tidak, ayo kita berangkat," jawab Anindira.
Mobil meninggalkan pekarangan rumah Anindira menuju ke tempat Anindira bekerja.
Hawa sepi begitu terasa di dalam mobil Hadwin. Karena Anindira tidak ingin membuka percakapan jika Hadwin tidak membuka suaranya. Sering kali Anindira lah yang mendahului pembicaraan, namun untuk kali ini Anindira ingin Hadwin lah yang membuka pembicaraan antara mereka.
Anindira sudah membayangkan Hadwin akan mengajaknya berbicara, namun ekspektasi Anindira terlalu tinggi hingga membuatnya kecewa dengan hasilnya. Dari awal berangkat hingga sampai Hadwin tidak membuka suaranya sedikitpun hanya percakapan singkat di awal saja tadi.
"Nanti aku jemput, ya." Ujar Hadwin.
"Tidak usah aku ada urusan," balas Anindira.
Anindira berharap Hadwin akan memaksanya untuk menjemputnya namun Anindira di buat kecewa lagi karena Hadwin tidak memaksanya untuk menjemputnya.
"Baiklah kalau begitu." Ingin rasanya Anindira melempar pot bunga yang berada di sampingnya namun itu tidak mungkin Anindira lakukan karena itu sama saja ia berurusan dengan Aston.
Anindira masuk ke dalam cafe dengan perasaan kesal. Mood di pagi harinya di hancurkan oleh Hadwin seorang pria yang begitu dingin.
...•••...
Pada awalnya Ayana hanya ingin beristirahat di rumah namun mendadak ia ingin pergi ke kantor Aston sambil membawakan makanan siang untuknya. Karena Aston adalah tipe pria yang makan ataupun tidak ia akan minum kopi. Tidak ingin suaminya terkena sakit Ayana berinisiatif untuk membuatkan makan siang untuk Aston sekaligus untuk Fany juga Hadwin.
Saat Ayana berada di lobby kantor Ayana melihat wanita yang sengaja menabraknya kemarin itu sedang berjalan keluar namun dengan cepat Ayana masuk ke dalam lift khusus untuk Aston. Karena hanya di lift inilah semua pegawai Aston tidak bisa masuk kecuali Aston, Ayana dan juga kedua sekretarisnya.
Ayana bukan takut kepadanya namun Ayana tidak ingin ia kehilangan pekerjaannya karena membuat masalah dengannya. Jika ia berusaha dengan Ayana maka ia juga berurusan dengan Aston juga. Mencegah hal itu terjadi Ayana memilih untuk tidak meladeninya.
Pintu lift terbuka menampakan Hadwin yang berdiri di depan pintu lift dengan membawa beberapa berkas di tangannya.
"Kebetulan kamu ada di sini," ucap Ayana langsung menyerahkan tas makanan kepada Hadwin.
"Apa ini nyonya?" tanya Hadwin.
"Bom," jawab Ayana ngasal.
"Hah? Benarkah itu nyonya bahaya jika di bawa kemari," ucap Hadwin dengan panik.
"Itu bekal makanan untukmu," ujar Ayana.
Hadwin menundukkan kepalanya menandakan itu adalah ucapan terima kasih kepada Ayana. Setelah Hadwin pergi Ayana mencari keberadaan Fany di mana ia sedang menatap layar laptopnya.
"Fany!" Sapa Ayana yang membuat Fany gembira.
"Nyonya!" Balas Fany menyambut Ayana tak kalah gembiranya.
"Ini bekal makan siangmu." Ayana menyerahkan tas makanan milik Fany.
Fany menerima pemberian Ayana dengan bahagia. "Nyonya tau saja jika aku belum makan siang." ujar Fany.
"Apa Aston memberimu pekerjaan yang begitu banyak?"
"Oh, tidak nyonya ini belum seberapa," balas Fany.
"Kalau begitu aku masuk dulu, ya." Pamit Ayana kepada Fany yang di anggukin oleh Fany.
Ayana masuk ke dalam ruangan di mana ia mencari keberadaan suaminya namun tidak ia temukan di kursinya. Ayana mencari di ruangan Aston dan ternyata ia berada di sana sedang tidur. Ayana menghampiri suaminya yang nampak begitu lemas di tempat tidur.
Ayana mengecek kening Aston ternyata tubuh Aston begitu panas. "Aston, kamu demam!" ucap Ayana yang membuat Aston terkejut.
"Ayana, kapan kamu datang sayang?" tanya Aston.
"Baru saja aku tiba," jawab Ayana.
"Aston ayo kita pergi ke rumah sakit, badanmu begitu panas." Tambah Ayana.
"Aku tidak apa-apa Ayana, hanya demam biasa aja,"
"Walaupun kamu demam biasa tetap kita harus pergi ke rumah sakit." Kekeh Ayana.
"Kita pulang ke rumah saja lalu kita panggil dokter pribadi ku," ucap Aston.
Ayana menyetujui permintaan Aston untuk membawanya ke rumah saja. Kepala Aston begitu berat membuatnya sedikit oleh untungnya ada Ayana yang membantunya.
"Apa kamu yakin tidak pergi ke rumah sakit saja?" tanya Ayana lagi.
"Tidak sayang," tolak Aston.
Tidak ingin melanjutkan perdebatan lagi Ayana membantu Aston berdiri untuk menuju pulang. Aston dengan sengaja memeluk tubuh Ayana begitu erat membuat Ayana begitu kesulitan membopongnya.
"Aston, badanmu begitu berat aku mohon kerjasamanya," ucap Ayana.
Bukannya menjawab ucapan Ayana dengan sengaja Aston mencium pipi Ayana begitu lama membuat wanita begitu iri kepada Ayana. Fany dan juga Hadwin yang melihat keduanya tersenyum bahagia sambil memakan bekal yang dibawakan oleh Ayana tadi.
"Kapan aku bisa seperti itu?" Gumam Fany.
Hadwin yang menatapnya hanya terdiam enggan untuk menjawab. Mengetahui sifat cuek Hadwin tidak heran jika Fany makan siang bersama dengan kulkas seratus pintu.
...•••...
"Ini obat tuan Aston di minum tiga kali sehari setelah makan," pesan dokter pribadi Aston.
"Terima kasih banyak, Dok." Ucap Ayana yang mengantarkan dokter pribadi Aston kedepan.
"Jika demam tuan Aston tidak kunjung turun hingga besok, maka segera hubungi saya,"
"Baik, Dok."
"Kalau begitu saya pamit dulu,"
Setelah pemeriksaan di lakukan ternyata Aston kelelahan dan menyebabkan ia demam sekarang. Ayana pergi ke dapur untuk membuatkan bubur untuk Aston. Sebenarnya Aston paling membenci bubur namun Ayana tetap membuatkan untuk Aston.
Saat Ayana sedang sibuk membuat bubur tanpa sengaja ia melihat seorang pelayan yang cukup muda berada di rumah mereka. Apa Aston memperkerjakan pelayan itu hari ini namun kenapa Ayana tidak mengetahuinya. Karena terlalu fokus dengan pelayan itu Ayana tidak sengaja melukai jari tangannya di mana jari itu mengeluarkan darah segar.
Katakanlah Ayana begitu tidak rela jika ada wanita muda di rumahnya. Karena Ayana mengantisipasi hal yang tidak di inginkan terjadi. Selesai membuat bubur Ayana menghampiri pelayan itu dan bertanya kepadanya.
"Permisi," ucap Ayana dengan sopan.
Wanita itu menatap kearah Ayana dengan bingung. "Nyonya memanggil saya?" tanyanya.
"Apa kamu pelayan baru di sini? Karena selama ini saya tidak pernah melihatmu," tanya Ayana.
"Iya, nyonya saya pelayan baru dan tuan Aston lah yang mempekerjakan saya," jawabnya.
"Benarkah itu?" Ada rasa tidak percaya dengan jawabannya Ayana lebih memilih akan bertanya kepada Aston.
Namun sebelum ke kamar Ayana pergi mengambil bubur terlebih dahulu untuk Aston. Ayana membawa nampan berisi bubur yang ia buat tadi menuju ke kamar mereka. Ayana begitu tidak menyukai kehadiran wanita itu di dalam rumah mereka. Karena Ayana takut jika Aston akan di rebut olehnya. Apa lagi jaman sekarang banyak wanita yang memakai beribu cara untuk mendapatkan pria yang mereka inginkan. Maka dari itu Ayana tidak ingin itu terjadi dalam rumah tangga mereka.
Saat Ayana masuk ke dalam kamar nampak Aston tengah bersandar di tempat tidur. Melihat wajah istrinya yang begitu kusut membuat Aston heran karena Ayana tidak pernah memasang wajah seperti itu di dalam rumah.
"Ada apa sayang?" tanya Aston saat Ayana mendekati dirinya.
"Kamu makan bubur ini dulu, lalu kamu minum obat," balas Ayana.
"Tapi kan kamu tau sendiri jika aku tidak suka bubur sayang," ucap Aston.
"Tapi kamu harus makan bubur ini buat mengisi perutmu yang kosong Aston,"
"Aku suapin." Dengan senang hati Aston menerima suapan Ayana walaupun ia tidak menyukai bubur.
Saat bubur sudah setengah mangkok mata Aston melihat jari Ayana yang terluka akibat terkena pisau.
"Kamu terluka sayang? Bagiamana bisa? Kalau begitu untuk urusan masak biar aku mencari orang saja, kamu cukup diam saja." Ucap Aston.
Ayana meletakan mangkok dan menatap Aston dengan sengit. "Oh, jadi kamu mau cari pelayan muda lagi? Terus masak buat kamu biar mereka bisa deket-deket kamu gitu? Iya!"
"Apa maksud mu dengan pelayan muda lagi? Aku tidak pernah mempekerjakan pelayan muda, kalaupun aku mempekerjakan pelayan tidak mungkin aku mengambil yang muda,"
"Masa sih? Lalu pelayan muda itu sepupu kamu gitu?"
"Sayang, aku tidak tau apa yang maksud?" Tanya Aston kepada Ayana karena dari tadi Aston tidak mengerti ucapan Ayana.
"Apa kamu kuat berjalan?" tanya Ayana dulu.
"Kuat. Memang ada apa?"
Ayana mengandeng tangan Aston untuk mengikutinya. Ayana yang awalnya hanya mengandeng tangan Aston berganti menjadi memeluk tubuh suaminya begitu erat membuat Aston ke bingungan dengan kelakuan sang istri.
"Apa kamu melihat wanita di sana yang sedang mencabut rumput itu? Bukankah dia pelayan yang kamu pekerjaan? Karena tadi aku bertanya kepadanya jika kamu yang memperkerjakan." Jelas Ayana.
"Aku tidak pernah mempekerjakan pelayan itu sayang, hanya dua pelayan yang biasanya itu saja dan aku belum menambah pelayan lagi," balas Aston.
"Lalu itu siapa?" tanya Ayana.
Bukan malah menjawab pertanyaan Ayana barusan Aston mengambil ponselnya menelfon seseorang.
"Seperti biasa." Hanya dengan kata-kata itu barusan Aston sudah selesai menelfon.
Bingung namun Ayana hanya memakluminya karena hanya anak buah Aston lah yang mengetahui semuanya.
"Ayo kita masuk ke kamar saja," ujar Aston membawa Ayana masuk ke dalam kamar.
Di dalam kamar Aston memeluk tubuh Ayana. Mencari kenyamanan setelah makan dan meminum obat. Ayana membalas memeluk tubuh suaminya menghirup aroma wangi tubuh Aston dan mereka akhirnya tidur dengan berpelukan.