Menikahi Selingkuhan Ibu

Setelah selesai dengan urusannya, Jordan kembali ke kamar dengan perasaan lesu namun dia juga sudah merasa lega. Tapi lagi-lagi dia harus menahan kesal karena ternyata Sofa yang akan dia gunakan untuk tidur sudah tidak ada lagi di sana. Hah, mungkin buru-buru Ana keluarkan selama Jordan berada di dalam kamar mandi tadi. Tapi ya sudahlah, mau bagaimana lagi? Masa iya mau tidur di lantai? Toh dua hari lalu mereka juga tidur di ranjang yang sama kan?

Jordan membuang nafas kasarnya, dia menyibakkan selimut tebal untuk masuk ke dalam ranjang. Tapi sialnya, Ana tengah menggunakan lingerie, dan tidak sengaja Jordan harus melihat betapa mulianya tubuh Ana membuat jiwa lelaki yang baru saja tenang mulai kembali memanas. Jordan menekan salivanya sendiri, dengan segera dia menutup tubuh Ana hingga hanya terlihat dari mata ke atas. Buru-buru dia merebahkan tubuhnya disana, membelakangi Ana dan mencoba sebaik mungkin untuk segera tidur karena besok dia harus bertemu Soraya sebelum berangkat kerja yang berarti dia harus pergi lebih pagi.

Ana, gadis itu membuka matanya dan perlahan menurunkan selimut yang di gunakan untuk menutup tubuhnya. Ana memang tidak tahu bagaimana merayu pria, tapi setidaknya hampir semua wanita tahu kegunaan lingerie kan? Jadilah Ana menggunakan lingerie yang ia beli sehari setelah menikah saat pergi ke pusat belanja dekat dari rumah Jordan.

Ana menatap punggung Jordan yang sepertinya sudah mulai teratur tarikan nafasnya yang berarti dia sudah mulai tertidur. Ana mengubah posisinya untuk menatap ke langit-langit, sebenarnya kalau bisa dibilang menyesal, maka iya dia menyesal menikah dengan Jordan, tapi serasa tidak ada pilihan lain, dan saat itu dia sama sekali tidak bisa berpikir panjang karena yang ada di otaknya adalah menyelamatkan Ayahnya agar jangan sampai Ibu tirinya meninggalkan Ayahnya.

Mau apa lagi kalau nasi sudah menjadi bubur? Sekarang Jordan telah menjadi suaminya, dia juga tidak bisa mundur ketika sudah masuk di dalamnya. Ana menghela nafas, biarlah semua terjadi, cita-citanya yang ingin bersekolah sampai S2 sepertinya harus dia tunda entah sampai kapan. Ana memaksakan bibirnya untuk tersenyum, iya! Dia harus seperti itu saat di depan Ayahnya. Pria itu, dia adalah Ayah muda yang tidak pernah absen menuruti semua yang dinginkan olehnya. Belasan tahun hidup sendiri, mencari uang sendiri, sembari membesarkan dia tentu bukan hal yang mudah, pengorbanan seperti yang di berikan Ana untuk Ayahnya tentu tidak ada artinya di banding apa yang sudah Ayahnya berikan untuknya.

Ana menarik nafas dalam-dalam, lalu menghembuskan perlahan. Segera dia menutup matanya agar segera tidur untuk bisa memulai hari yang baru dan semangat yang baru karena dia harus bertempur dengan cinta sepasang manusia yang tidak tahu diri.

Pagi Harinya.

Ana bangun lebih pagi dari pada Jordan. Padahal Jordan sudah bangun lebih pagi, nyatanya Ana memang lebih pagi lagi. Seperti istri pada umumnya, Ana sudah menyiapkan pakaian untuk Jordan setelah mandi nanti. Setelah itu, dia pergi ke dapur untuk membantu yang bisa dia bantu. Ana memang anak gadis yang biasa ditinggal sendiri, tapi karena Kendra tidak mengizinkan putrinya memasak. Maklum saja, Ana adalah anak satu-satunya dari mendiang istrinya yang ditinggalkan sebagai hal paling berarti dan terpenting, jadi Kendra benar-benar menjaga dan memanjakan Ana sebisa yang dia mampu meksipun juga sudah memiliki Soraya sebagai istri serta Ibu sambung untuk Ana.

Berbeda dengan Ana, Soraya yang lahir dari keluarga sederhana tentu tidak semanja itu dan bisa memasak beberapa menu makanan adalah kebiasaannya saat masih belum menikah.

" Ibu, ada yang bisa aku bantu tidak? " Tanya Ana yang jelas bingung apa yang harus dia lakukan. Maklum saja, biasanya juga Ana akan bangun satu jam sebelum berangkat kuliah jadi tahunya makanan sudah siap dan pergi begitu selesai makan.

" Tidak ada kok, tunggu saja sebentar la- " Soraya terdiam begitu dia berbalik tak sengaja melihat bibir Ana yang ada bekas gigit.

Soraya segera membenahi ekspresi nya. Sungguh dia sangat terguncang melihat luka di bibir Ana, tapi dia juga harus tetap bersikap seperti biasanya.

Ana, gadis itu tersenyum seolah bisa membaca apa yang sedang dipikirkan Ibunya. Tidak masalah, sebentar lagi mungkin Jordan dan Soraya akan segera bertemu lalu jelaskan apa yang terjadi. Tapi, dia adalah seorang wanita yang jelas tahu bagaimana perasaan wanita jika melihat ada wanita lain yang sudah disentuh oleh prianya. Boleh saja Jordan menjelaskan sejujurnya jika memang Ana lah yang menggodanya, tapi Ana yakin benar jika kecurigaan akan tetap menghantui Soraya.

Setelah beberapa saat, semua orang kini sudah berkumpul di meja makan untuk sarapan. Jordan nampak senang memakan makanan yang Soraya buat, tapi begitu Kendra berbicara, Jordan jadi merasa tidak ingin makan lagi.

" Makanlah yang banyak, istriku memang sangat pintar memasak, jadi tidak heran kalau makanan yang di masak istriku amanat enak. "

Jordan kesal, dia kesal karena harus mendengar kata istriku sampai berkali-kali membuatnya malas untuk melanjutkan sarapannya. Tapi karena tidak enak kalau terlalu menunjukkan perasaannya, Jordan memaksakan saja untuk menyantap makanannya.

Seperti yang sudah di rencanakan, Jordan berangkat untuk bekerja, sementara Soraya beralasan untuk menemui Ibunya yang sedang dalam masa pemulihan setelah operasi beberapa hari yang lalu. Begitu semua orang kompak pergi dengan urusan mereka termasuk Ayahnya, segera Ana menghubungi Ibunya Jordan dan menceritakan kecurigaannya bahwa Jordan pasti akan bertemu dengan Soraya sebentar lagi. Untunglah, Ibunya Jordan tahu benar bagaimana membuat mereka tidak lama bertemu kali ini.

Di apartemen, tempat yang tak jarang juga mereka gunakan untuk melakukan hubungan terlarang.

" Jordan? "

Jordan yang sudah datang lebih dulu segera bangkit dari duduknya, menyambar langsung tubuh Soraya dan mencium bibir Soraya yang begitu dia rindukan. Cukup lama mereka berciuman dengan gerakan tangan sudah kesana kemari membuat tampilan mereka agak berantakan.

" Aku sangat merindukan mu, Sayang. " Ucap Jordan begitu dirasa luas mencium Soraya.

" Aku juga, tapi aku masih marah denganmu! Kenapa kau setuju saja menikah dengan Ana?! Seharusnya kau jangan menikah dulu sebelum berbicara denganku! " Protes Soraya.

" Maaf, tapi itu sangat cepat dan tidak ada kesempatan untuk menolak. " Jordan mengusap wajah Soraya, mengecup keningnya dengan lembut.

" Aku sangat tersiksa semalam, sayang. Tapi kau malah melakukannya dengan suamimu. " Ucap Jordan kecewa.

" Maaf, aku bisa apa? Dia itu kan suami ku, jadi aku tidak bisa menolak. "

" Sayang, mari kita bercerai dari mereka. Mati hidup bersama, kalau kau tidak ingin terganggu kita bisa hidup di luar negeri. " Ajak Jordan.

" Tidak bisa, Ibuku masih belum sembuh. Kita lepas rindu kita saja ya? Aku juga harus segera menemui Ibuku. "

Jordan tak menjawab, tapi secepat mungkin dia mencium bibir Soraya, sedangkan tangannya sudah bermain di benda kembar milik Soraya.

Bersambung.