Seorang gadis bernama Arumi terjebak satu malam di kamar hotel bersama pria asing. Tak di sangka pria itu adalah seorang CEO. Orang terkaya di kotanya. Apa yang akan Arya lakukan pada Arumi? apakah Arya akan bertanggung jawab dengan kejadian malam itu, lalu bagaimana dengan calon istri Arya setelah tahu hubungan satu malam Arya dengan Arumi. Apakah dia akan membatalkan pernikahannya dengan Arya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aina syifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesanan Arya
Pagi ini Arya sudah sampai di depan rumah Arumi. Arya turun dari mobilnya dan melangkah ke teras depan rumah Arumi. Arya kemudian mengetuk pintu rumah itu.
Tok tok tok ...
Beberapa saat kemudian Bu Maya membuka pintu.
"Eh, Tuan Arya pagi-pagi sekali sudah datang."
"Aruminya mana Tan?"
"Aruminya masih ada di kamar. Sepertinya dia lagi mau siap-siap. Ayo masuk dulu dan tunggu di dalam."
"Iya Tante."
Arya kemudian masuk ke dalam rumah Arumi.
"Duduk dulu, nanti saya panggilkan Arumi."
"Iya Tan."
Arya kemudian duduk di sofa ruang tamu untuk menunggu Arumi. Sementara Bu Arumi masuk ke dalam untuk memanggil Arumi.
Beberapa saat kemudian, Arumi menghampiri Arya di ruang tamu.
"Tuan, kamu sudah datang," ucap Arumi.
Arya tersenyum. "Bagaimana, apa kamu sudah siap?"
"Sudah Tuan. Ayo kita berangkat."
Arya mengangguk. Setelah itu Arya dan Arumi keluar dari rumah. Mereka masuk ke dalam mobil dan meluncur pergi meninggalkan rumah
Setelah menempuh beberapa menit perjalanan dari rumah Arumi sampai ke kampus, akhirnya mobil Arya pun sampai juga di depan kampus Arumi. Arya menghentikan laju mobilnya.
Sebelum turun dari mobil, Arumi menatap Arya lekat.
"Tuan, terimakasih banyak untuk tumpangannya," ucap Arumi.
"Iya Arumi."
Arumi terdiam, seperti sedang ada yang dia fikirkan saat ini.
"Arumi, kamu kenapa?" tanya Arya.
"Tuan, motor aku masih di kantor. Bagaimana aku pergi kerja siang ini."
"Kamu tenang saja. Nanti aku jemput kamu lagi dan nanti aku antar ke tempat kerja kamu."
"Tuan, maaf sudah banyak merepotkan anda"
"Jangan terlalu formal Arumi. Bisa nggak kamu jangan panggil aku Tuan."
"Tapi, aku harus panggil anda apa?"
"Terserah."
Arumi tersenyum.
"Pak Arya," ucap Arumi.
"Apa aku sudah terlihat tua harus dipanggil Pak."
"Tapi aku harus panggil apa? Mas Arya? Kak Arya?"
"Sudahlah, lupakan saja. Terserah kamu mau manggil aku apa."
"Ya udah, aku kan karyawan anda. Jadi aku panggil anda Pak saja seperti panggilan orang-orang di kantor."
"Terserah."
"Ya udah, kalau gitu aku turun."
"Oke."
Arumi kemudian turun dari mobil Arya. Setelah itu Arumi masuk ke dalam kampusnya.
Dari kejauhan, Jefri masih tampak memperhatikan Arumi. Begitu juga dengan Gina. Tampaknya Arumi saat ini sedang menjadi pusat perhatian teman-teman sekampusnya. Karena baru pertama kalinya Arumi ke kampus naik mobil mewah.
"Kenapa sih, semua orang menatap aku dengan tatapan aneh," ucap Arumi sembari menatap sekeliling
Gina tersenyum dan mendekat ke arah Arumi
"Arumi..."
"Hai Gin."
"Arumi barusan aku lihat kamu naik mobil mewah. Mobil siapa tadi Arumi? siapa orang yang udah nganter kamu pakai mobil mewah?"
"Dia bos aku."
"Oh ya. Kamu udah berhasil dekatin bos kamu. Siap-siap nih naik jabatan," goda Gina.
"Apaan sih."
"Seperti apa bos kamu? dia pasti cantik banget ya."
"Cantik? dia cowok."
"Oh, jadi dia cowok. Jadi selama ini kita salah ngira."
"Iya."
"Siapa namanya?"
"Kamu pengin tahu banget ya."
Gina menganggukan kepalanya.
"Namanya Arya."
"Arya?"
"Iya."
"Kok bisa dia nganterin kamu ke kampus?"
"Ceritanya panjang. Nanti deh, aku ceritain sama kamu."
****
Siang ini, Arumi masih tampak sibuk membersihkan lantai di kantor. Tiba-tiba, ponsel Arumi berdering. Arumi mengambil ponsel yang ada di saku bajunya.
"Halo Pak Arya. Ada apa?"
"Tolong belikan aku bakso dua porsi dan es teh manis dua porsi. Antar ke ruangan aku sekarang."
"Baik Pak."
Arumi menghentikan pekerjaannya dan pergi untuk membeli bakso untuk Arya. Setelah itu Arumi ke ruangan Arya sembari membawa pesanan Arya.
Tok tok tok...
"Masuk."
Arumi masuk ke dalam ruangan Arya. Setelah itu dia mendekat ke meja kerja Arya.
"Pak Arya. Ini bakso pesanan anda. Saya juga sudah membawa piring dan gelasnya."
"Terimakasih Arumi."
Arumi akan melangkah pergi meninggalkan Arya. Namun Arya segera mencekal tangannya.
"Kamu mau ke mana Arumi?"
"Aku mau keluar Pak. Ada pekerjaan yang belum aku selesaikan."
"Arumi, kenapa kamu nggak di sini aja temani aku makan."
"Maaf Pak Arya. Aku nggak enak kalau lama-lama di sini."
"Arumi, siapa yang akan berani menegur kamu kalau aku yang nyuruh kamu temani aku."
Arumi tidak bisa menolak ajakan Arya. Dia kemudian duduk untuk menemani Arya makan siang.
"Kamu pasti belum makan kan Arumi. Makanlah bersamaku Arumi."
Arumi tersenyum dan mengangguk. Dia kemudian ikut makan dengan Arya.
"Pak Arya, bapak kan sudah punya tunangan, apa tunangan bapak tidak akan marah kalau melihat bapak dekat dengan wanita."
Arya tersenyum.
"Tunangan aku itu seorang dokter. Dia juga sibuk dengan pekerjaannya. Kami sama-sama sibuk, jadi kami tidak terlalu mengurusi hal-hal kecil seperti ini. Kami sudah berkomitmen untuk saling percaya aja."
Arumi manggut-manggut mengerti.
"Oh iya Arumi. Aku mau minta maaf soal malam itu. Aku nggak tahu siapa yang menjebak aku malam itu."
"Sudahlah Pak Arya. Itu sudah masa lalu. Jangan diungkit lagi. Aku juga menganggap malam itu cuma kecelakaan. Karena aku juga sama-sama nggak sadar. Kalau aku sadar, mungkin aku sudah berusaha melarikan diri dari tempat itu atau menyadarkan anda."
"Beberapa hari lagi, aku akan nikah sama tunangan aku. Setelah menikah, mungkin aku nggak akan bisa seperti ini lagi. Karena aku sudah janji pada diri aku sendiri, kalau aku sudah nikah, aku akan memberikan semua cintaku untuk istriku. Walau dulu aku dikenal playboy, tapi aku tidak pernah benar-benar serius sama mereka semua. Karena aku hanya akan memberikan cintaku pada wanita yang akan menjadi istri aku nanti."
Wah, Pak Arya so sweet banget sih. Andai aku bisa punya suami seperti Pak Arya. Sudah kaya, tampan, romantis banget lagi, batin Arumi.
lh aku ini mikir apa sih. Sadar Arumi, mana mungkin aku bisa menjadi istri bos, sementara aku hanya orang miskin. Tidak layak untuk menjadi istri bos, apalagi bos besar seperti Pak Arya, mana level. Lagian Pak Arya kan sebentar lagi mau nikah. Apa artinya hubungan satu malamku dengan Pak Arya, itu hanya akan menjadi sebuah kecelakaan yang terlupakan oleh Pak Arya. Arumi mencoba untuk menepis jauh-jauh fikiran tentang Arya.
Selesai makan, Arumi membereskan piring kotor dan gelas kotor bekas mereka makan. Setelah itu, Arumi membawa bekas makan mereka itu pergi dari ruangan Arya.
"Arumi, kamu dari mana aja sih? tadi aku nyariin kamu ke mana-mana. Tapi kamu nggak ada di mana-mana."
"Maaf ya Jeng sudah buat kamu khawatir. Aku disuruh Pak Arya beli bakso. Dan tadi antri banget belinya, jadi lama."
"Huh, lain kali bilang dulu kalau mau pergi. Jadi aku nggak nyariin. Kamu ngepel juga tadi belum kelar."
"Iya. Aku lupa Jeng. Aku akan lanjutin."
"Nggak usah. Tadi aku udah lanjutin kok."
"Wah makasih banget ya Jeng. Maaf jadi ngerepotin."
"Oh, nggak apa-apa kok. Kita kan teman, bukannya teman harus saling membantu."
Arumi mengangguk dan tersenyum. Baru kali ini Arumi mempunyai rekan yang baik seperti Ajeng.