"Kamu tahu kenapa ibuku memberikan nama Queenza? Karena aku adalah seorang ratu. Ya, seorang ratu yang bisa mendapatkan apa yang aku mau, termasuk kamu."
Demi melancarkan balas dendam, Queenza menjebak suami dari adiknya untuk tidur bersamanya. Rasa cinta Ayyara pada suaminya Abian, tak membuatnya marah setelah sang kakak meniduri sang suami. Namun hal buruk datang, di mana ternyata Queenza hamil. Ia juga meminta Abian untuk bertanggung jawab dan meninggalkan Ayyara.
Bagaimana kelanjutan kisahnya? Akankah Abian tanggung jawab dan menceraikan Ayyara, atau mengabaikan Queenza dan tetap bersama wanita yang dicintainya?
Ikuti terus kisahnya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs.A, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Queenza
Queenza menggebrak meja saat mendengar kabar yang tak enak. Salah satu acaranya mendapatkan masalah karena artis pembawa acara itu mengalami kecelakaan di lokasi dan menuntut pihak perusahaan.
"Sebenarnya kecelakaan ini salah dia, Miss. Kita sudah larang dia untuk tidak melompat di air terjun, tapi dia tetap bersikukuh melompat. Kita sendiri gak bisa berbuat apa-apa karena dia keras kepala," kata sutradara yang menangani acara alam tersebut.
"Terus kenapa kalian tidak mengatakan pada agensinya? Kenapa kalian diam!" bentak Queenza.
"Kami sudah bilang, Miss. Tapi mereka keukeuh bilang bahwa kita yang salah tidak menghentikan dia untuk melompat."
"Bodoh! Hal sepele begini saja kalian tidak becus!" umpat Queenza kesal. "Berikan nomor telepon agensinya. Saya akan mengurus sendiri masalah ini."
"Baik, Miss."
"Ya sudah, kalian kembali bekerja."
Semua staff pun pergi dari ruangan Qurenza. Selepas kepergian mereka, wanita cantik itu meraih ponselnya yang berdering.
"Cepat bicara!"
"Queen, ada apa? Apa benar kru kita melukai artis yang lagi tenar itu?" twnya Aarav di ujung telepon
"Sudahlah Anda diam saja. Biar aku yang menyelesaikan." Dengan cepat Queenza mematikan panggilannya.
"Sial! Mereka benar-benar cari perkara denganku!" umpat Queenza melihat begitu banyak berita tentang kejadian ini yang pasti akan merugikan stasiun televisinya.
Akhirnya Queenza pun menelepon agensinya meminta untuk bertemu.
Dan di sinilah kini Queenza berada. Di salah satu kafe yang ditunjuk agensi sang artis untuk berjumpa, ditemani Maryam.
"Suatu kehormatan kita bisa berjumpa, Miss Queenza," ujar seorang lelaki yang sejak tadi menunggu kehadiran Queenza.
Wanita cantik dengan blazer navy itu duduk.
"Katakan apa yang kalian mau. Saya tidak suka berbasa-basi!"
"Ck! Ternyata benar kalau dirut sekarang ini tak asik. Wajah saja luar biasa cantik, tetapi sifat seperti iblis," kekeh lelaki itu.
"Jangan buang waktu saya. Di sini kita bahas kejadian Robert yang terjatuh. Jadi, jangan basa-basi dengan omong kosong kalian!"
"Oke, oke. Kita hanya ingin kalian membayar ganti rugi. Gak banyak kok," kata salah satu tim agensi yang menangani Robert menatap kedua rekannya dengan senyum menyebalkannya.
"Berapa?" tanya Qurenza.
"5 miliyar. Itu tidak besar kan untuk Anda? Cukup beri kami 5 miliyar, kita akan cabut tuntutan kita."
Queenza tersenyum sinis. "Jangan main-main dengan saya jika kalian tidak ingin habis di dunia entertainment. Kalian sungguh keterlaluan ingin memeras saya," ujar Queenza penuh penekanan.
"Dengarkan saya. Saya akan membayar pengobatan Robert saja, dan kalian cabut tuntutan serta membuat konferensi pers. Atau, kalian ah bukan, agensi kalian akan saya hancurkan," katanya lagi dengan tatapan menakutkan.
"Saya beri kalian waktu dua hari. Lebih dari itu, kita lihat bagaimana kalian hancur."
Ketiga lelaki di depannya tertawa sinis pada Queenza. "Di sini kita yang lebih kuat. Di pengadilan kita akan menang dan tetap mendapatkan uang tersebut. Apa bedanya jika sama-sama harus memberikan uang kompensasi? Jika kita masuk pengadilan, nama baik stasiun televisi Anda akan hancur. Jadi, kenapa tidak mengambil yang mudah saja?"
"Saya paling benci orang yang mencoba melakukan hal buruk hanya karena uang. Bisa saja saya kasih uang itu. Tapi, cara kalian ini salah. Jika saya berikan, pasti kalian akan melakukannya lagi dan tak akan jera. Kini, saya peringatkan. Cabut tuntutan dan buat konferensi pers, atau saya hancurkan kalian sampai ke akarnya. Camkan itu!"
Dengan anggun, Queenza pergi meninggalkan tiga lelaki tersebut.
"Sombong sekali dia. Kita lihat saja, siapa yang hancur," kata mereka tersenyum mengejek.
"Kita pulang," ujar Queenza pada Maryam saat mereka sudah berada di dalam mobil.
"Baik, Nona."
Mobil pun melaju membelah jalanan Ibukota. Cuaca sangat gelap pertanda akan hujan. Queenza benar-benar kesal jika hujan turun.
"Kenapa harus hujan, sih!" gerutu Queenza.
"Maryam, lewat jalan belakang," kata Queenza. Ia ingin cepat-cepat sampai sebelum hujan turun.
"Baik, Nona."
Sepanjang jalan Queenza merasa gelisah. Beberapa kali ia terlonjak kaget mendengar petir yang bersahutan. Ia sangat benci dengan hujan terutama petir.
"Cepat, Maryam!" ucapnya kesal.
Maryam pun menambah kecepatan hingga sampai di mansion dengan cepat. Queenza buru-buru keluar dari mobil diikuti Maryam.
"Kamu bisa pulang sekarang. Gunakan mobil saja, jangan bawa motor karena akan hujan besar," kata Queenza pada asistennya itu.
Maryam sangat terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa ia mempercayainya membawa mobil seharga miliyaran tersebut.
"Tidak usah, Nona. Saya pulang dengan taksi online saja. Saya takut mobil Nona kenapa-kenapa jika dibawa ke kontrakan saya." Maryam menyerahkan kunci mobil pada pemiliknya.
"Oke. Ini uang untuk taksi." Queenza mengambil uang dari tasnya lalu memberikan uang tersebut pada Maryam.
"Tidak usah, Nona. Saya ada ongkos untuk pulang."
"Ambillah. Saya tidak suka penolakan. Hati-hati." Queenza menyerahkan uang tersebut.
"Terima kasih, Nona. Tapi ini kebanyakan."
"Ambillah. Ya sudah, saya masuk dulu."
Queenza berlalu meninggalkan Maryam yang masih termenung di sana. Dibalik sifat kasar dan sangat menakutkan, Queenza sosok yang penuh perhatian pada sekeliling. Setelah itu, ia pergi dari mansion megah tersebut.
Sampai di kamar, Queenza melepas semua pakaiannya lalu berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setleah itu ia keluar untuk makan malam bersama.
"Queen," sapa Sarah tersenyum, tetapi seperti biasa tak ditanggapi oleh Queenza.
Wanita cantik dengan kaos oversize serta celana panjang itu duduk. Lalu pelayan mengambilkan makanan dan ditaruh di piringnya.
"Queen, Papa ingin bicara selepas makan."
Queenza hanya mengangguk tanpa ingin membalas ucapan sang papa.
"Mas mau ini?" Ayyara menawarkan ikan bakar pada suaminya.
"Kamu yang masak bukan?" tanya Abian.
"Iya, aku yang masak. Ini sengaja aku buat untuk Mas Bian," katanya tersenyum manis.
"Kalau kamu yang masak, pastinya Mas mau," ujar Abian menggoda istrinya.
Queenza tersenyum sinis melihat kemesraan pasangan di depannya.
'Sebentar lagi, akan aku hancurkan kebahagian kalian,' batin Queenza dengan tersenyum miring.
Setelah selesai makan malam, mereka semua berkumpul di ruang keluarga.
"Kalau Anda ingin berbicara denganku, usir dua wanita itu," kata Queenza menatap tak suka.
"Queen, please," lirih Aarav.
Queenza beranjak, tetapi langsung ditahan Sarah.
"Oke, kita pergi. Ayo, Ayya." Sarah membawa sang anak pergi dari sana. Ia tak ingin Aarav kembali ribut dengan Queenza.
"Kita bisa bicara kan, sekarang?" tanya Aarav.
"Oke." Queenza kembali duduk dengan dua lelaki beda generasi di sampingnya.
"Katakan, apa yang terjadi di kantor? Kenapa pemberitaan di televisi maupun digital stasiun televisi kita akan digugat?"
Queenza berdecak. "Ini hanya permainan para tikus yang ingin mendapatkan uang secara instan," katanya.
"Maksudmu?"
Queenza pun menjelaskan apa yang terjadi. Ia menceritakan versi kru, sutradara dan orang-orang di sana bahwa artis itu sengaja melompat hingga terluka dan agensinya meminta uang yang sangat besar.
"Apa! Berani sekali mereka memeras kita. Kita harus tuntut balik ini semua!" kata Aarav dengan emosi.
"Anda tidak perlu khawatir. Aku akan membereskannya. Hal kecil untukku menghadapi mereka," kata Queenza percaya diri. "Dalam dua hari, mereka akan segera meminta maaf pada kita tanpa keluar uang sepeser pun."
"Apa yang akan kamu lakukan, Sayang?" tanya Aarav.
"Ck! Jangan memanggilku seperti itu! Aku tidak suka!"
"Oke, oke. Apa yang akan kamu lakukan? Jangan berbuat aneh-aneh, Queenza."
"Kalian tidak perlu takut. Ini aman. Ya sudah, aku mau ke kamar dulu. Aku harus menyiapkan bom untuk mereka."
Queenza berlalu meninggalkan dua lelaki yang saling pandang itu.
"Apa yang akan dilakukan Queen, Pa?" tanya Abian.
"Entahlah. Kita akan lihat nanti," ujar Aarav pada menantunya.
Abian menatap kepergian Queenza. Apa yang akan dilakukan wanita itu? Apa dia akan menggunakan kekerasan jika terlihat dari sifatnya yang meledak-ledak. Itulah yang dipikirkan Abian. Namun, semua orang tak tahu bahwa Queenza tak sesederhana yang terlihat. Ia memiliki hal istimewa yang telah ia siapkan sejak lama.
Heyhoooo jangan lupa untuk komen, like, rate, vote sebanyak-banyaknya, ya, karena Komen kalian seperti minuman energy yang menambah stamina author.
bekas
Ternyata Ayyara masih hidup dan semua saling memaafkan tanpa ada dendam.
Salam sehat selalu kak.... semangat berkarya💪💪💪😊😊😊
seharusnya kan di siksa dulu baru di bunuh.. eh ini malah bunuh diri hadehh . gk like bgt deh.
Seharusnya dia harus bisa mengambil hikmah dari perjalanan hidupnya.
Benar2 astetik vila Sa'ad 👍👍