"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serangan Panik Is Back !
Joon Young sedang berkeliling di sekitar lantai 6, Di sanalah rata-rata pasien anaknya berada. Setelah selesai dengan tugasnya ia berencana mengunjungi Bryan. Ia menunggu di depan lift dan tidak Berapa lama lift itu terbuka, menampakkan sepasang Yang sepertinya suami istri berusia paruh baya.
"Mah, Tania udah bisa dihubungi belum?",seru pria itu.
Joon Young yang saat itu masuk ke dalam lift bersama mereka tiba-tiba menajamkan pendengarannya karena mereka menyebutkan nama Tania, entah Tania mana yang mereka maksud, tapi ia tertarik mendengarkan.
" Belum, Pah."
" Emangnya dia nggak tahu kita datang ya?".
" Kayaknya sih nggak juga."
"Emang mama nggak kabarin dia?".
"Enggak, keburu lupa pas baca dm-nya dia, Mama keburu panik Pah, dan kayaknya Tania juga lagi sibuk. Jadi nggak enak juga, ngerepotin dia."
John Young benar-benar diam, apa banyak sekali perempuan yang bernama Tania di Timio Universe ini, begitulah batinnya.
Sementara di Holy accessories...
Jam makan siang sedang berlangsung di kantin, seperti biasa cukup riuh terlebih meja yang diisi oleh Khael dan Tania. Di sudut manapun meja itu berada pasti riuh jika ada mereka berdua.
"Tan, Itu jidat lu memar kenapa?", tanya Khael.
"Oh, ini gua jatuh 3 hari yang lalu."
"Jatuh di mana lu? Jatuh atau guling-guling? Ayo ngaku lo bareng siapa?", goda Khael lagi.
"Apaan sih lu."
"Jujur aja lu, lu pergi camping kan? Jangan bohong."
"Engga." nadanya ragu.
"Tenda gue ilang pasti lu yang nyolong, masih nggak mau ngaku lu?."
" Enggak ah fitnah terus lo, manusia di Holy itu banyak banget bukan gua doang."
" Ngeles aja terus emang CCTV bisa bohong? Lu mau lihat videonya?".
" Hah? I-iya.. Gua yang ambil, tendanya masih di apart gua." jujur Tania pada akhirnya.
"Ooh... ", semua yang ada di meja mereka ber oh ria dengan wajah mengejek masing-masing.
"Tapi beneran woi gua jatuh makanya kepala gua memar gini, tangan sama kaki gue juga kok." Tania masih membela diri.
"Stop stop stop, gua nggak peduli luka atau memar lu, jadi? Adakah sesuatu yang terjadi di dalam tenda?", goda seorang wanita seksi di grup mereka. Mereka yang ada di kantin pada saat itu terdiri dari tiga orang wanita dan satu pria yang duduk condong berpangku siku menunggu jawaban Tania.
"Lama amat lu jawabnya kita penasaran nih."
"Hmm... Pertama gua di diemin habis-habisan karena gua nggak bilang kalau gua jatuh dan punya banyak luka. Asli woy ternyata cowok kalau udah ngambek serem juga ya."
"Baru tahu lu?", potong Khael.
"Kedua. Dia obatin semua luka-luka gua. Fyi, cowok gue ini dokter."
"Kiw.. kiw.. pak dokter cielahh..."
"terus terus?"
"Mungkin dia kuatir sama kaki gua yang bengkak itu, jadi dia gendong gua masuk ke dalam tenda." Tania menekankan suaranya agar lebih dramatis.
"Haduh haduh, terus Tan terus terus..."
"Dia nyium gua lembuuut banget, hati-hati banget. Seolah-olah gua tuh benda paling rapuh sedunia. Tamat deh."
"Lah anjir?"
"Begitu doang? Cuma segitu Tan? Lu bela-belain nyolong tenda gua cuma buat ciuman?", Khael tidak habis pikir. Tania hanya mengangguk dan tersenyum kikuk.
"Ya elah Tania, lu udah di tenda sekecil itu, sesempit itu cuma ciuman doang? Wah lu butuh di tutorin sih sebenarnya." kesel yang satu dan tatapan kecewa di wajah mereka semua.
"Lu semua kok mesum banget sih, aneh deh, ya cowok gua green Flag gimana dong."
Keempat temannya tidak mau kalah, mereka terus menegaskan bahwa Tania sudah dewasa dan seharusnya dia bertindak jauh lebih dari yang ia lakukan itu. Percakapan itu terus diisi omelan mereka pada Tania yang terlalu konservatif, tidak bisa membaca situasi.
"Gua cinta banget sama dia woi dan kayaknya dia juga begitu. Dia jagain gua banget, banget nggak sih. Sampai-sampai kita udah setua ini dia cuman berani nyium gua, dan please jangan diketawain entah dia bohong gua atau engga, guaini pacar pertamanya katanya anjir. Tapi sih gue percaya, lu bisa paham kan dari cerita gua, dan kelakuan dia juga sepolos itu."
"Iya lu bener, ntar lu yang buka segelnya dia, Tan, hahahah." ledek mereka.
" ini si Joon Young kayaknya memang harus gua mentorin deh, biar gercep, emosi gua dengernya." timpal Khael.
"Hah? Joon Young?"
"Kok namanya aneh banget?".
"Lu kira cowok gua lokal, cowok gua spek oppa-oppa kali guys, ahhahaha..."
"Beneran jir? Orang Korea? Nemu di mana lu? Coba coba lihat fotonya." grasak grasak wanita seksi tadi.
Dengan Sigap dan bangganya Tania menunjukkan foto pacar Koreanya itu.
Pacarnya Tania
"Anjir Beneran, dia nggak bohong guys, ketemu di mana nyet? Ganteng banget lagi, ini gua Kalau jadi pelakor dosa nggak sih?", celetuk satunya. Hanya di tanggapi gelak tawa Tania.
"Heboh banget sih lu pada. Ceritanya panjang dari 6 bulan lalu." cengengesan Tania.
Di tengah perbincangan mereka yang seru, lewatlah ibu-ibu kantin membawa satu dus saus cabai botolan.
"Gua ke toilet sebentar ya, Tungguin gua." seru seorang wanita yang dari meja mereka hendak keluar tanpa melihat arah.
Prang... duak....
Teman Tania itu dan ibu kantin tidak sengaja bertabrakan, saus cabai yang dikemas dalam botol kaca itu pun jatuh, pecah berhamburan seolah darah.
Sesak, dan kelu itu menjalar lagi, cemas berlebihan yang entah dari mana datangnya. Kulitnya yang memang sudah putih menjadi semakin putih, kontrol terhadap badannya tidak dipegangnya lagi, nafas yang berat , perasaannya sakit dan kalut , otaknya panik, serasa ditarik kembali ke masa lalu di depan pembatas jalan.
Detik itu juga Tania ambruk, jatuh ke lantai, dan terasa sakit karena hantaman di kepala belakangnya, ia jatuh dengan posisi terlentang.
"Joon Youngah." bisiknya sangat pelan karena itulah sisa tenaganya untuk tersadar.
Waktu terasa sangat lambat, teman se mejanya berkerumun dan terlihat panik, samar-samar ia masih bisa mendengar mereka berteriak memanggil namanya, suara mereka sangat Lirih, padahal jaraknya face to face.
Tania masih bisa melihat wajah teman-temannya begitu tegang ketakutan, ada beberapa yang menangis, ada yang menepuk-nepuk pipinya, bahkan Khael sudah memindahkan dirinya ke pelukannya.
"Tan ... Tania... Tania.. lu kenapa Tan?!." panik Khael.
"Tania... Tania... ", panik yang lain dan seluruh orang di kantin pun berkerumun.
Berita yang menghebohkan seantero gedung Holy itu segera menyebar dengan cepat. Khael menggendongnya ke mobil kantor bersama beberapa partner kerjanya menuju rumah sakit terdekat, Emery Hospital. Badan kaku yang hilang kesadaran itu pun didorong masuk ke UGD untuk mendapatkan perawatan.
📞 Halo mas Joon, Tania di Emery, aku juga di Emery, dia di UGD.
Kabar yang ia terima dari Khael itu membuat Joon Young yang tadinya sibuk dengan komputernya lari begitu saja, seperti dikejar hantu.
🌼🌼
"Aduh ... kok bisa-bisanya mereka berdua ini." ringis wanita yang kemarin dilihat Joon Young di depan lift.
"Joon ... Joon .. Joon Young... Tania di mana Joon?!", Jessie yang tiba-tiba muncul di belakang sepasang paruh baya itu.
"Nuna..."
"Dia kenapa?"
"I don't even know. Khael teman kerjanya mengabari aku. Aku masuk dulu, Nuna tunggu di sini." seru Joon Young mengenakan gaun rumah sakit, penutup rambut dan masker.
"Mba, maaf permisi, Kamu kenal Tania?", tanya wanita itu mendekati Jessie.
"Saya kakaknya, Bu. Ibu kenal adik saya?", tanya Jessie balik.
"Kakak? Itu yang di dalam Tania Giddens kan? Tania yang itu kan? Tadi saya lihat dia diturunkan dari ambulans? Saya kenal betul. Dia bukannya anak tunggal?", herannya.
"Oh iya, maksud saya, saya walinya di sini Bu. Ibu keluarganya Tania juga? Maaf saya nggak kenal ibu." jelas Jessie.
"Saya Nara, tantenya Bryan, pacarnya Tania." seru wanita itu.
"Hubungan mereka dulunya udah jauh juga ya, udah sampai keluarganya aja." batin Jessie.
"Oh iya, Bu. Gimana keadaan Brian, Tania bilang dia kecelakaan." Padahal Joon Young yang lapor.
"Syukurlah dia sudah sadar sekarang, tapi dia belum tahu Tania juga dirawat, kalau tahu dia juga pasti syok." kuatir Nara.
"Syok apaan...?", batin Jessie dengan wajah tersenyum ramah.
20 menit kemudian Joon Young keluar dari UGD dan mereka bertiga langsung mengejar, yaitu Nara, suaminya, dan Jessie.
"Gimana Joon?", sibuk Jessie.
"Ada benturan, dia gegar otak ringan."
"Parah nggak?"
"Tidak nuna, tapi dia butuh perawatan di rumah sakit. Have you call her parents?"
"Ya sudah, tante langsung ambil penerbangan cepet tadi. Aoh... Syukur banget Ternyata nggak parah ya Joon." lega Jessie.
"Nuna, Aku pergi ke depan sebentar ya aku butuh bicara dengan Khael. Aku mau tahu apa yang terjadi sebenarnya."
"Iya, Joon."
"Permisi Pak, Bu." sapa Joon Young membungkukkan badannya pada pasangan paruh baya yang bersama Jessie. Lalu ia pergi.
.
.
.
Tbc ... 💜