Ara adalah seorang personal asisten Garvi, hubungan mereka cukup unik. Terkadang terlihat layaknya kawan sendiri tapi tak jarang bersikap cukup bossy hingga membuat Ara lelah sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lin_iin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
dua puluh satu
💙💙💙💙
"Lo kenapa semalem nggak bales chatnya?"
Ara langsung tersentak kaget saat ia keluar dari kamar kostnya, tiba-tiba Fani menghadangnya di depan pintu dengan wajah galaknya. Kedua tangan gadis itu menyilang di depan dada dan tatapan matanya benar-benar terlihat tidak bersahabat. Ara bahkan sampai ngeri kala melihatnya.
"Apaan sih?" decaknya sebal.
Fani ikutan berdecak kesal. "Nggak usah pura-pura bego deh, bego beneran baru tahu rasa lo. Ini soal Evan, dia semalem nungguin chat lo, eh, lo-nya malah ngilang," gerutunya kemudian.
"Oh."
"Oh?" beo Fani dengan wajah tidak percayanya, ia kembali berdecak kesal sambil mendorong dahi Ara dengan tak kalah kesal, "lo itu ya! Bener-bener deh. Iya, gue tahu lo cakep, cuma nggak gini lah cara mainnya. Kasian Evan udah ngarep beneran, eh, lo-nya malah begini."
Ara menghela napas pasrah. Sejujurnya ia juga merasa sungkan, baik dengan Fani maupun Evan sendiri. Tapi apa mau dikata, moodnya semalam tiba-tiba jelek karena telfon dari sang ibunda tercinta.
"Semalam nyokap gue telfon terus beliau minta mantu, gue pusing, jadi males bales chat mereka."
Fani menaikkan kedua alisnya curiga. "Mereka? Emang siapa aja yang ngechat lo? Lo punya gebetan?"
Ara langsung menggeleng cepat. "Enggak punya, anjir."
"Tapi ada yang lagi ngedeketin lo?"
Bukannya menjawab, Ara malah garuk-garuk kepala dengan salah tingkah.
"Ah elah, kek bocah pertama kali ditaksir lo, Ra. Santai aja, wajar kali kalau cewek seusia lo ada yang ngedeketin. Justru kalau nggak ada malah aneh, mana lo cakep juga lagi." Fani kemudian menghela napas pendek, "maksud gue kalau emang udah ada kan gue bisa bilang Evan kalau dia punya siangan."
"Apaan sih saingan-saingan segala?"
Fani terkekeh. "Saingan buat dapetin lo lah, nggak papa kali, Ra. Perempuan emang kondratnya buat memilih, semakin banyak kandidat semakin bagus. Jadi lo bisa milih yang terbaik di antara yang baik. Gampang lah ntar gue bantu milih. Dah, sana berangkat kerja! Gue yakin udah dicariin bayi bongsor lo itu pasti." Ia menepuk pundak Ara sebelum pamit undur diri dan masuk ke dalam kamar kostnya.
Sementara Ara hanya mampu memasang wajah bingung sambil garuk-garuk kepala. Kenapa mendadak rambutnya gatal sih? Perasaan baru kemarin sore dia keramas deh.
💙💙💙💙
"Azzahra Janitra!" panggil Garvi entah yang keberapa kali. Ia menghela napas berat tak lama setelahnya.
Lamunan Ara seketika langsung buyar. "Ya, Pak? Butuh sesuatu?" Reflek ia berdiri. Namun, tak berapa lama kemudian ia kembali duduk dengan wajah bingungnya.
"Mengantuk?" sindir Garvi dengan wajah datarnya.
"Hah?" Ara makin gelagapan karena sedang sulit untuk menfokuskan diri.
Helaan napas kembali terdengar, Garvi menatap sang personal asisten dengan tatapan lelahnya.
"Kamu tidak fokus, Zahra," komentar Garvi kemudian.
Ara menunduk dengan wajah bersalahnya. "Maaf, Pak."
Garvi menggeleng. Ia mencoba maklum. "Coba turun ke bawah, beli kopi atau apapun itu terserah, segarkan diri kamu baru setelah itu kembali fokus bekerja."
"Tapi, Pak--"
Garvi menggeleng cepat sembari mengangkat telapak tangannya, mengkode Ara untuk tidak membantah kalimatnya.
"Tidak ada tapi-tapian, saya malas lihat kamu yang tidak fokus bekerja, Zahra. Mungkin kamu butuh udara segar sejenak, hanya saja jangan lupa untuk kembali, pekerjaan kamu menanti," potong Garvi cepat, "tapi sebelum itu, tolong kamu kirim rekap data yang saya minta tadi."
"Astaga, maaf, Pak, saya lupa."
Dengan wajah paniknya, Ara langsung mengotak atik laptopnya.
"Sudah terkirim, Zahra. Kamu bisa turun sekarang," ucap Garvi sambil mengangguk.
Ara terlihat tidak begitu yakin. Tapi berhubung ekspresi sang atasan terlihat seperti tidak ingin dibantah, ia pun akhirnya menurut. Daripada potong gaji kan? Kan bahaya.
Meski terkenal royal, tapi Garvi tipikal yang tidak segan-segan memotong gajinya jika memang dia melakukan pekerjaan dengan tidak benar. Ya namanya bos dimana-mana mah sama saja, nggak mau rugi dong.
💙💙💙💙
"Ngelayap mulu lo mentang-mentang kesayangan bos," goda Mahesa saat ia tak sengaja berpapasan dengan Ara.
Ara mendengus. "Iri bilang, bos," balasnya sombong.
Mahesa balas ikutan mendengus. "Sombong amat mentang-mentang backingannya Pak bos." Ia kemudian teringat sesuatu, "eh, ngomong-ngomong lo jadinya pilih siapa?"
"Tergantung ntar yang rame di TL gue siapa," balas Ara ngawur.
Mahesa menaikkan sebelah alisnya tidak paham. "Anjir, ini bahas apaan?"
"Pilkada kan?"
Mahesa terkekeh geli. "Buset berat amat bahasnya politik, njir. Gue nggak nanyain itu, tapi masa depan lo." Mahesa menaikkan kedua alisnya sambil memasang wajah jahilnya, "jadi di antara kakak-beradik itu, lo milih yang mana?" Ia kemudian mengusap dagunya sok dramatis, "tapi kata gue mending Pak Garvi sih, biar lo jadi bu bos, terus gue bisa minta naik jabatan ke lo deh," sambungnya sambil menaikkan sebelah alisnya naik-turun.
Ara langsung memutar kedua bola matanya malas. Ini nih yang bikin dia malas ketemu seniornya ini. Bahasannya itu-itu mulu, hobinya juga ngeledekin terus. Malesin.
"Tapi gue serius, Ra."
"Gimana kalau gue pilih lo aja, Mas?" balas Ara sambil memasang wajah seantusias mungkin, "lo kan jomblo juga," sambungnya kemudian.
Yang langsung disambut tawa renyah dari Mahesa. "Aduh, Ra, sorry banget nih gue harus bilang ini. Tapi gini-gini selera gue tinggi. Ya oke sih lo emang cakep, manis juga, tapi manis dan cakep aja bagi gue kurang. Minimal calon gue tuh harus tinggi semampai, rambutnya panjang body aduhai. Nggak kayak lo depan belakang tepos semua," cibirnya kemudian.
Meski pengakuan Mahesa yang diiringi nada candaan tetap saja Ara merasa kesal sekaligus tersinggung. Seniornya ini benar-benar juara satu dalam hal membuatnya jengkel.
"Sialan lo, Mas, bisanya body shamming doang. Malesin mentang-mentang punya body kayak model L-men."
Mahesa terbahak lalu merangkul pundak Ara. "Bercanda doang elah, sensi amat lo, ah, Ra."
"Bodo amat gue terlanjur tersinggung," sahut Ara dengan wajah kesalnya.
"Gue bayarin minuman lo deh."
"Mau sama red velvet cake tapi."
Mahesa langsung mendengus. "Malesin sumpah."
Sementara Ara langsung terbahak penuh kemenangan.
💙💙💙💙
Pak Garvi : Zahra, jadi kamu suka sama Mahesa?
Ara nyaris tersedak ludahnya sendiri saat membaca chat yang tiba-tiba dikirimkan sang atasan.
Ini maksudnya gimana???
galak² gimanaa.. gitu 😆😂😂