Namaku Erikha Rein,anak kedua dari pasangan Will Rein dan Carlista Sari,kakakku bernama Richi Rein(ketua osis di smu purnama bakti,aktif di sekolah dan pastinya dia vocalis band Enew).
yah,keluarga kami sebenarnya broken karena perceraian tetapi Mami selalu ada buat kami.
Seiring waktu aku dan kakakku sangat ingin Mami bahagia karena sepertinya Mami menyimpan masa lalunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone pak Lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
"Papi,bangun."Richi membangunkan Didi.
Perlahan Didi membuka mata dan mengusap-usap wajahnya,setelah mata benar-benar terbuka baru dia bangun dan menatap jam dinding.
Waktunya bangun untuk sholat Subuh.
Didi melihat kondisi Richi."Bagaimana kakinya?
"Masih sakit,pi bantu aku mau kekamar mandi."kata Richi.
Didi memapah Richi berjalan kekamarnya,mengantarnya kekamar mandi dan kembali membantunya berbaring diranjangnya.
"Sementara disini ya,kalau ada mau sesuatu panggil om Iqbal kalau papi lagi gak ada."
"Iya pi makasih ya."
Didi meninggalkan Richi dikamarnya menutup pintu dan berjalan menuju kamarnya.Semalaman tidak bisa memejamkan mata karena beberapa kali Richi mengigau dalam tidurnya,sesekali badannya panas.
Didi juga khawatir dengan istrinya biasanya jam segini sudah sibuk diluar tapi hari ini tidak ada aktifitas sama sekali.
"Lis,bangun."Didi membuka selimut yang menutup istrinya.
Lista membuka matanya perlahan dan meraba ponselnya dimeja,dilihat jam pada ponsel yang sudah menunjukkan waktu sholat subuh hampir habis.
"Kok bisa sih kesiangan."
Lista buru-buru bangun dan pergi kekamar mandi,lagi-lagi ketika membuka pintu ada bau yang sangat tidak disukainya."Huueeekkk."
"Yang,bisa bantu aku tidak?"
"Kamu kenapa?sakit ya?"tanya Didi.
"Singkirkan ini."pengharum toilet.
Didi membungkusnya dengan plastik dan membuangnya ketempat sampah.
Setelah baikan Lista mengambil air wudhu dan menunaikan sholat.
Didi membereskan ranjang yang sedikit berantakan,menyiapkan baju ganti dan pergi mandi.
Sementara Lista kembali duduk bersandar diranjangnya dan kembali menyelimuti kakinya,entah mengapa hari ini rasanya lelah dan hanya ingin tidur.
Didi melihat istrinya kembali keranjang meski tidak tidur tapi dia juga khawatir."Yang kamu kenapa?"
"Gak papa cuma ingin kembali tidur."
Didi ingin menceritakan kejadian semalam tapi melihat kondisi Lista,dia urungkan niatnya.
"Yang,aku ada acara pagi ini kuusahakan siang sudah kembali."
Lista hanya mengangguk dibalik selimut,berat rasanya bagi Didi meninggalkan anak dan istrinya karena kondisinya sedang tidak baik.
Eri bersiap untuk pergi kesekolah,dirasa tengkuknya masih dingin karena dia lupa belum mengeringkan rambutnya.
Dicarinya pengering rambut ternyata alatnya tidak menyala."Yah rusak lagi."
Eri buru-buru keluar dari kamarnya berniat meminjam alat pengering rambut milik Lista sesaat itu juga dia melihat kakaknya berjalan dengan pegangan tembok.
Buru-buru Eri membantunya"Kak kamu kenapa?"
"Aku bosan dikamar."jawab Richi.
"Maksudku kakinya?"tanya Eri.
"Bantuin aku dulu turun."Jawab Richi.
Eri memapah tubuh kakaknya meski dengan sempoyongan,dilihatnya Didi keluar dari kamarnya."Pi,bantuin!"
Didi meletakkan tasnya begitu saja melihat Eri sudah sempoyongan memapah tubuh kakaknya.
Dimeja makan Eri tidak melihat maminya."Mami mana pi?"
"Masih diatas."
Eri sangat ingin bertanya banyak namum waktu seakan berjalan begitu cepat."Papi berangkat jam berapa?"
"Sekarang,Ayuk!"
Didi kembali keatas mengambil tasnya,saat itu juga Iqbal dan Alif masuk kerumah sekedar minum kopi."Iqbal kamu jaga Richi dirumah."
"Iyeeeesss!"senang karena bebas tugas.
Sebelum pergi Didi menemui mbok Yum untuk mengantar sarapan buat Lista.
"Eri,ayo."
Eri menghabiskan segelas susu dan membawa sisa roti ditangannya,mulutnya begitu penuh dengan makanan.
Mobil melaju membelah jalanan yang mulai lalu lalang dengan pengendara lain.
Beberapa kali Eri menutup hidungnya karena bersin"Achoo,Achoo,Achoo."
Eri baru mengingat tadi belum sempat mengeringkan rambutnya,dipegang rambutnya masih setengah basah,dikucir rambutnya keatas dan diraba tengkuknya dingin."Pi kecilin ac nya boleh gak?"
"Kamu sakit?"
"Enggak cuma dingin aja,tadi lupa mengeringkan rambut."
Didi melepas jas nya dan memberikan kepada putrinya.
Eri menutup rapat tubuhnya dengan jas yang diberikan Didi.
Mbok Yum membangunkan Lista untuk sarapan tapi tidak menemukan Lista ditempat tidur,mungkin sedang dikamar mandi.
"Mi,ada didalam ya?"
Lista muncul dibalik pintu dengan rambut acak-acakan dan hanya memakai handuk,mandi membuat rasa kantuknya hilang dan kembali segar."Ada apa mbok?"
"Sarapan dulu."
"Bentar lagi juga aku turun kok."Jawab lista.
"Mi,apa papi belum cerita?"
"Apa?"
"Mas Richi semalam pas naik tangga kakinya terkilir,jadi semalaman papi jagain tidur disofa."
Lista kaget mendengar cerita cerita Mbok Yum dipakainya baju dengan cepat tanpa berkata-kata lagi langsung turun menemui anaknya.
Richi duduk disofa sedang makan ditemani Iqbal,sesekali mereka tertawa dengan acara yang ditontonya.
Lista melihat anaknya baik-baik saja bahkan baru kali ini Richi tertawa lepas,membuat rasa paniknya sirna begitu saja.
"Chi,kamu udah baikan?"
"Mami baru bangun ya?"tanya Richi balik.
Bagi Richi sangat tidak biasa maminya bangun kesiangan,justru sebenarnya malah membuat Richi khawatir.
Lista hanya tersenyum kearah Richi,diurungkan niatnya untuk menanyakan apa yang sebenarnya terjadi bukankah Didi sudah merawatnya semalam bahkan Didi mempercayakan Iqbal untuk menjaganya.
Lista membawa beberapa makanan kekantornya,Monic dan dua rekannya juga masih sarapan.
Monic heran melihat piring Lista penuh dengan makanan manis,padahal Monic tahu banget Lista tidak suka makan makanan manis.
"Mi,coba test urin mana tahu Mami sudah isi."
Lista diam dan menghentikan makannya,rasanya apa yang dibilang Monic ada benarnya karena badanya yang cepat merasa lelah dan mengantuk.
Dilihat hasil test urinnya menunjukkan dua garis meski terlihat samar,senyumnya mengembang air matanya hampir menetes.
"Alhamdulillah."
Beberapa pesan dari Lista masuk ke ponsel Didi,Didi masih belum membuka karena acara masih berlangsung.
Selesai acara Didi masih harus mengurus beberapa hal dan harus menandatangi beberapa kontrak kerja.
Diruang tunggu Alif gelisah harusnya boss sudah kembali satu jam yang lalu,Alif mondar-mandir hampir saja dia mau keluar namun Didi sudah membuka pintu.
"Lama kali sih Boss."
"Sorry,tadi ketemu teman jadi ngobrol dulu."
Alif buru-buru memberikan ponsel milik Didi"Cepat dibuka."
Didi menerima ponselnya dan membuka dengan mengusap layar,dilihat beberapa pesan dari istrinya terlihat gambar test pack dengan dua garis.
Didi tidak paham apa maksudnya,maklum ini kali pertama baginya menerima gambar seperti itu.
"Lif,ini maksudnya apa?"
Alif hanya ketawa melihat ekspresi Didi yang tetap datar menerima gambar seperti itu dari istrinya.
"Aha ha ha ha."Bos selamat ya."
Didi masih belum mengerti dengan ucapan dari Alif.
"Jelaskan dulu apa ini?"
Daripada penasaran akhirnya Alif menjelaskan
"Boss,nyonya hamil!"
Mendengar penjelasan Alif buru-buru Didi meminta kunci mobilnya.
"Mana kunci mobil?"
"Jangan Boss biar aku tetap menyetir."
Didi keluar tanpa memperdulikan lagi rengekan Alif,Alif yang berjalan dibelakang Didi keteteran karena barang yang dibawanya banyak,akhirnya menyerah dan memanggil taxi.
"Apes gue."
Didi meninggalkan Alif sendirian,dia melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh seakan jalanan yang dilalui adalah miliknya.
Didi sudah paham dengan Alif meski nanti dia akan marah-marah tapi apabila diberi bonus lebih maka mulutnya akan langsung diam.
Didi berjalan dengan setengah berlari senyumannya dari tadi terus mengembang di menghiasi wajahnya.
Iqbal dan Richi hanya melongo melihat Didi pulang sendiri tanpa Alif.
"Sayang."Didi memangil Lista.
Lista yang baru selesai sholat tersenyum kearah Didi,Lista yakin melihat Didi yang buru-buru mencarinya dan dengan senyum diwajahnya.
"Apa?"
Didi langsung memeluk erat istrinya,Lista merasakan pelukannya terlalu kuat, dengan pukulan lembut Lista minta Didi melepaskannya kerana hampir tidak bisa bernafas.
"Sayang aku gak bisa nafas."
"Ups sorry."masih memandang dengan senyuman.
Didi mematikan ponselnya dan menaruhnya dimeja,itu adalah tanda dia tidak ingin diganggu.
Dia hanya ingin menghabiskan waktu bersama istrinya.
Lista menggantung mukena sementara Didi melepaskan baju yang melekat ditubuhnya.
Didi dan Lista duduk bersandar pada dinding ranjang,Didi meraba-raba perut Lista yang masih datar mendekatkan wajahnya.
"Sayang kamu didalam gak boleh nakal ya,bantu papi jaga mami?"
Lista hanya tertawa mendengar permintaan suaminya kepada janin yang dikandungnya.
"Yang sebenarnya apa yang terjadi pada Richi semalam?"
Didi kembali duduk bersandar merangkulkan tangannya dipinggang Lista menceritakan apa yang terjadi semalam.
Lista hanya menganggukkan kepala.
"Mungkin anak itu mengantuk?"
Banyak yang ingin Didi tanyakan kepada Lista tentang Richi,setelah memeriksa riwayat kelahirannya.Richi lahir beberapa bulan setelah Lista menghilang begitu saja,tapi niatnya diurungkan karena melihat saat ini Lista begitu bahagia.
"Yang kamu kenapa?tanya Lista.
Didi hanya menggeleng dan tersenyum meski sedikit dipaksa.
Lista Sadar apa yang membuat Didi sedikit murung karena menyangkut masalah Richi.
Ingin rasanya Lista bercerita tapi rasa sakit hatinya kembali mengunci mulutnya.
Lista bahkan lebih takut Didi tahu dari orang lain,dengan sedikit keberanian akhirnya dia ungkapkan.
"Yang,aku ingin jujur padamu."
Didi bangkit dari sandaran duduknya dan duduk dengan tegak.
"Apa itu?"
"Tapi kamu jangan marah ya?"
"Yang apapun itu aku lebih senang kamu jujur sama aku."
Lista membisikkan sesuatu ditelinga Didi seakan dia ingin menyimpan rapat-rapat rahasia yang selama ini dipendamnya.
Setelah bicara jujur pada Didi Lista merasa bebannya luntur dan ringan.
Didi hanya menebak-nebak sebelumnya siapa ayah Richi sebenarnya,melihat dari tulisan lirik dan nada dalam lagu yang diciptakannya sangat mirip dengan gaya Gasa.
"Yang sebenarnya aku sudah suka sama kamu dari dulu."Kata Didi.
"Kamu gak bilang sih."
"Kali ini aku minta maaf tidak lebih tegas dan tidak punya keberanian."
Lista hanya tersenyum melihat ekspresi Didi karena justru dia yang merasa bersalah.
"Cup."Lista mengecup bibir Didi.
"Hanya itu untuk hari ini?"tanya Didi menggoda.
Lista kembali mencium bibir Didi sedikit dalam Didi membalasnya dengan ciuman lebih dalam dan sesekali menggigit tangannya membuka satu persatu baju yang masih melekat ditubuhnya.
Lista takut Didi akan bermain kasar."Yang stop."
Didi tidak memperdulikan apa yang Lista katakan,hasratnya sudah mempengaruhi pikirannya.
\*\*\*\*\*\*\*\*\*