Perjuangan seorang Nayra Kalista yang menghadapi begitu kerasnya dunia ini, dunia yang tak adil untuk dirinya hidup. Dari kecil menjadi seorang yatim-piatu, hidup di panti asuhan, rela putus sekolah demi menjadi tulang punggung bagi saudaranya di panti asuhan. Sampai akhirnya harta satu-satunya yang dijaga selama ini direnggut oleh pria asing yang Nayra sama sekali tak kenal.
Hidupnya hancur bertubi-tubi. Apakah ia bisa menjalani hidup nya kembali setelah apa yang ia alami selama ini? Apakah Nayra bisa bahagia dengan cobaan yang begitu berat ini?
yuk mampir biar tau perjalanan hidup Nayra!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon cacil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
part 10
🍁🍁🍁
"Kamu lupa dengan aku?" Andrian hanya menggelengkan kepalanya saja karena memang ia tak mengenal wanita yang ada dihadapannya saat ini.
"Aku Nadia yang kemarin datang ke rumahmu."
Andrian pun mengingat siapa wanita ini, wanita ini adalah anak teman mamanya yang kemarin ingin sempat dikenalkan oleh mamanya.
"Terus kamu ngapain datang ke kantor saya?"
"Ini aku membawakan mu makan siang dari rumah, cobain ini spesial aku yang buatin," Nadia duduk dan menyodorkan rantang yang berisikan makanan itu.
"Kenapa kamu membawakan saya makan siang? Saya tak menyuruhmu untuk membawakan makan siang untuk saya. Lebih baik kamu bawa pulang saja makanan itu!"
"Kok kamu gitu sih? Aku kan udah capek-capek masak buat kamu."
"Saya tak menyuruhmu untuk membautkanya untukku, jadi kamu bawa pulang saja makanan itu," Andrian kembali menyodorkan makanan itu ke arah Nadia.
"Padahal aku ke sini di suruh sama Tante Kumala untuk membawakan mu makan siang," kata Nadia sambil kondisi wajah dibuat-buat sedih.
Karena ini dari mamanya dan tak tega bila mengusir Nadia dari sini, Andrian pun dengan terpaksa menerima makanan yang dibawa Nadia tadi.
Sedangkan Nayra yang berada di situ merasa menjadi benalu karena tak dianggap dari tadi. Ia juga merasa tak suka melihat perempuan itu membawakan Andrian makanan. Firasatnya kalau wanita itu bermaksud lain dengan Andrian apalagi Nayra melihat wanita itu begitu caper (cari perhatian) terhadap Andrian.
Karena merasa panas dengan kedatangan wanita itu membuat Nayra langsung saja keluar dari situ tanpa minta izin dari Andrian.
"Mau ke mana kamu?" tanya Andrian melihat Nayra pergi tanpa seizinnya.
"Ini sudah jam istirahat, jadi saya mau ke kantin untuk makan siang."
"Oh_"
Itu saja respon dari Andrian lalu kembali memakan makan siangnya dengan dilayani oleh Nadia. Apalagi terlihat wanita itu begitu dekat dengan Andrian membuat Nayra tambah tak suka. Ditambah lagi respon Andrian yang begitu dingin membuat Nayra langsung saja pergi dari sana dengan langkah kaki dipercepat.
"Ada apa kamu jalan begitu cepat?" tanya Tiara yang tak sengaja bertemu Nayra ditengah perjalanan ke kantin kantor.
"Nggak pa-pa! Hanya saja aku takut kalau nanti nggak kebagian tempat duduk di kantin."
Tiara hanya manggut-manggut percaya dengan perkataan Nayra, karena alasan Nayra terdengar masuk akan ditelinga Tiara.
Sampai di kantin Nayra dan Tiara memesan makanan masing-masing. Nayra memesan bakso sedangkan Tiara memesan nasi beserta lauk-pauknya.
Ketika pesanan sampai, Nayra langsung saja mencampurkan baksonya dengan sambal yang begitu banyak. Sebenarnya Nayra tak terlalu kuat untuk memakan-makanan yang cukup pedas tapi tak tau mengapa Nayra merasa ingin meluapkan emosinya dengan memakan-makanan yang pedas-pedas.
"Nay, udah dong sambalnya itu! Itu udah banyak banget sambalnya," ujar Tiara yang khawatir melihat Nayra akan sakit perut dengan sambal yang begitu banyak.
"Ini masih kurang pedas, aku mau tambah lagi."
Nayra lagi-lagi mengambil sambal dan menuangkan cukup banyak ke dalam mangkuk baksonya. Sampai kuah baksonya hampir terlihat merah karena sambal yang begitu banyak.
"Apa nggak sakit perut nanti kalau begitu banyak sambalnya."
"Nggak usah khawatir, aku sudah biasa memakan sambal yang begitu banyak."
Padahal Nayra agak kurang bisa makan-makanan yang terlalu pedas, tapi tak tau kenapa sekarang ini Nayra bisa memakan bakso yang terasa sangat pedas. Sampai Tiara bergidik ngeri melihat kuah baksonya yang dilumuri bumbu sambal yang begitu banyak.
Tinggal satu lagi pentol baksonya yang tersisa, tapi Nayra sudah tak kuat untuk memakannya. Ia sudah pasrah dengan pedasnya, mana lagi bibir Nayra sudah terlihat memerah dengan pedasnya kuah baksonya.
"Tuh kan apa aku bilang, kamu ngeyel sih jadinya kamu pasrah kan makan baksonya."
Nayra tak merespon perkataan Tiara, malah ia langsung berlari dari sana untuk pergi ke kamar mandi. Perutnya mulai terasa mulas karena sambal yang begitu banyak.
"Ada-ada aja tuh anak," gumam Tiara menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sedangkan Nayra yang baru keluar dari WC kembali lagi mulas, ia terpaksa lagi masuk ke WC. Hampir beberapa kali Nayra bolak-balik masuk WC karena perutnya terasa begitu mulas.
Sampai akhirnya empat kali bolak-balik ke WC baru Nayra tak lagi merasakan mulas, tapi tubuhnya merasa begitu lemas karena lelah bolak-balik tadi, apalagi semua isi di dalam perutnya sudah keluar.
"Huffftt! Capeknya."
Tubuh lemas dan wajah terlihat pucat membuat Nayra terlihat seperti orang sakit. Bahkan ia terlambat masuk ke dalam ruangan Andrian karena durasi lama ketika bolak-balik ke WC.
"Kamu habis dari mana saja baru sampai ke_" Andrian menghentikan ocehannya ketika melihat wajah Nayra terlihat pucat dan tubuhnya terlihat lesu.
"Kamu kenapa terlihat pucat sekali?" tanya Andrian.
"Maaf Pak saya terlambat masuk."
"Saya tanya kamu kenapa terlihat pucat seperti itu?" tanya lagi Andrian.
"Saya tidak pa-pa Pak!" Nayra tak mau memberitahu kondisinya kepada Andrian. Nayra lebih memilih kembali duduk di mejanya.
Karena tak mau menjawab pertanyaan darinya, Andrian pun kembali melanjutkan pekerjaannya. Masa bodoh ia kenapa-napa lagian ditanya tadi Nayra tak mau menjawab.
Beberapa saat kemudian suara hening terdengar di ruangan Andrian. Andrian pun melirik Nayra yang dari tadi tak mendengar suaranya.
Andrian langsung kaget ketika menoleh ke arah Nayra. Ia begitu kaget melihat kondisi Nayra tambah lemas dan terlihat Nayra ingin pingsan. Cepat-cepat Andrian menghampiri Nayra ke mejanya.
"Kamu tidak pa-pa?" tanya Andrian tapi tak ada respon sama sekali. Andrian pun mencoba menepuk-nepuk pipi Nayra agar terbangun tapi sama sekali tak ada responan dari Nayra.
"Nayra bangun! Nayra bangun! Bangun Nay!" Andrian berusaha menggoyang-goyangkan pipinya tapi tak ada perubahan, Nayra tetap tak ada respon sama sekali.
Kemudian tanpa berpikir panjang Andrian membopong tubuh Nayra ke dalam kamar rahasianya. Di kamar tersebut tempat peristirahatan Andrian bila capek bekerja atau sedang lebur. Kamar itu terletak di dalam ruangan Andrian yang belum sama sekali Nayra ketahui.
Setelah menaruh Nayra di atas kasur, Andrian pun menghubungi dokter perusahaan untuk memeriksa kondisi Nayra. Tak lama kemudian dokter Itupun datang dengan membawa alat medisnya.
"Anda kenapa Pak? Apakah Anda merasa kurang sehat?" tanya dokter itu yang mengira bahwa Andrian lah yang sakit.
"Bukan saya yang sakit tapi wanita ini yang sakit," sanggah Andrian sambil menunjuk Nayra di tempat tidur.
"Wanita ini kenapa sampai seperti ini?" tanya dokter itu.
"Saya juga kurang tau, tapi tadi saya melihat tubuhnya terlihat lemas dan kondisi wajahnya terlihat pucat."
"Baiklah saya akan memeriksa kondisi wanita ini."
See you again...
LIKE DAN KOMEN YA! KALAU IKHLAS BOLEH DI VOTE JUGA ^_^
typoo yaaaa