Setelah lulus SMA, Syafana menikah siri dengan kekasihnya yang baru saja lulus Bintara TNI-AD. Sebagai pengikat bahwa Dallas dan Syafana sudah memiliki ikatan sah. Pernikahan itu dirahasiakan dari tetangga maupun kedinasan.
Baru beberapa hari pernikahan siri itu digelar, terpaksa Dallas harus mengikuti pendidikan selama dua tahun. Mereka berpisah untuk sementara.
"Nanti setelah Kakak selesai pendidikan dan masa dinas dua tahun, kakak janji akan membawa pernikahan kita menjadi pernikahan yang tercatat di secara negara," janji Dallas.
"Kak Dallas janji, harus jaga hati," balas Syafana.
Namun baru sebulan masa pendidikan, Dallas tiba-tiba saja menalak cerai Syafana. Syafana hilang kata-kata, sembari melepas Hp nya ke ubin, tangan Syafana mengusap perutnya yang kini sudah ditumbuhi janin. Tangis Syafana pecah seketika.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 Mencocokkan Syafana dengan Mama Sakala
"Dia sudah pergi, Pak?" Syafa bertanya dengan rinai wajah yang muram. Kemunculan Dallas yang tiba-tiba setelah 19 tahun berlalu, kini seakan mengungkit kisah lama.
Dallas yang tiba-tiba menalaknya di dalam sambungan telpon tanpa menjelaskan kenapa alasannya. Mata Syafa sembab, karena ia tadi sempat menangis. Karena rasa bencinya terhadap Dallas kembali menguap akibat pertemuan tanpa sengaja ini.
"Sudah. Dia sudah pergi. Dia tahu kamu memiliki anak. Dia menuntut anak yang telah kamu lahirkan, dia menuntut kamu jangan sembunyikan darah dagingnya."
Syafa terhenyak mendengar apa yang disampaikan Pak Syakir. Kenapa Dallas tahu dia memiliki anak, sementara dirinya dulu saat dalam sambungan telpon, tidak sepatah katapun mengungkapkan bahwa dia sedang hamil. Syafa justru tidak sempat mengatakan dirinya hamil, karena Dallas terlanjur menalaknya.
"Tidak, Pak. Dia tidak tahu kalau Syafa mengandung. Bahkan ketika dia menalak Syafa lewat sambungan telpon, Syafa tidak keburu memberitahu dia, sebab dia keburu menalak Syafa," jelas Syafa dengan wajah gelisah.
"Dia tidak ada hak menuntut seperti itu, karena dia sudah menalak Syafa." Syafa menghembuskan nafasnya kasar. Dia mempertanyakan kenapa dia kembali dipertemukan dengan Dallas disaat hati dan jiwanya mulai tenang.
"Kalau begitu, Syafa harus segera kembali, Pak, Bu. Sepertinya keberadaan Syafa di sini sudah tidak aman. Syafa minta maaf kalau Syafa harus kembali pulang ke Cikaracak." Syafa tergesa, meraih tasnya yang tadi ia gantung di atas paku.
"Jangan tergesa-gesa. Kamu tenangkan diri dulu. Kamu makan dan minum dulu, setelah itu kamu bisa pulang dengan hati tenang. Kalau sekarang mau langsung pulang, tidak menutup kemungkinan dia masih menunggu kamu di depan jalan itu," bujuk Pak Syakir menyadarkan Syafa.
Syafa tersentak, benar apa yang dikatakan bapaknya, bisa saja Dallas masih mengawasinya di depan dan sengaja menunggunya.
"Baiklah, Pak. Syafa akan ikuti saran Bapak. Syafa pun takut, kalau dia ternyata menunggu di depan jalan itu." Syafa setuju dengan saran bapaknya, untuk menunda kepulangannya satu jam ke depan.
Satu jam kemudian, Syafa pun bersiap untuk kembali pulang, meskipun hatinya masih dilanda was-was.
Syafa berpamitan dan memasuki grab yang sudah menjemputnya.
Kini beralih ke Dallas. Sepanjang jalan Dallas masih memikirkan seputar pertemuannya dengan Syafana tadi di trotoar simpang empat. Awalnya Dallas tidak menyangka kalau perempuan yang terjatuh di trotoar itu adalah Syafa.
Dallas terhenyak, ternyata Syafa kini sudah berhijab dan semakin bertambah umur, Syafa semakin cantik dan anggun. Wajahnya menyiratkan sebuah ketenangan dan kedamaian sebelum sadar kalau yang menolongnya adalah Dallas. Namun Syafa berubah muram, ketika dia tahu siapa orang yang telah menolongnya.
"Kamu semakin cantik dan anggun Sya. Aku sungguh menyesal karena telah menghempasmu dahulu hanya karena menuruti ego orang tua. Aku sungguh menyesal. Dan sepertinya apa yang dikatakan bapakmu benar adanya, rupanya kamu sudah menikah. Tapi, kalau kamu memang sudah menikah, kenapa kalian tidak pergi bersama saat mau mengunjungi orang tuamu?"
Dalam hati Dallas terus berpikir tentang benarkah Syafa sudah menikah. Dan apakah benar dari hasil pernikahan siri dirinya 19 tahun lalu, Syafa saat itu sedang mengandung ketika ia menalaknya?
"Apakah kabar yang akan diberikan Syafa kala itu adalah tentang kehamilannya?" Pikiran Dallas masih berputar-putar seputar Syafa dan kehamilannya 19 tahun lalu.
Meskipun Dallas pikirannya masih kalut dan kusut karena memikirkan Syafana, Dallas segera memacu mobilnya menuju sebuah tempat yang ia janjikan untuk bertemu seseorang.
Mobil Dallas tiba di sebuah kafe yang ia janjikan. Dallas segera keluar dari mobilnya setelah diparkir dengan benar.
Dallas menunggu di luar kafe lalu menghubungi nomer orang yang akan ditemuinya. Namun, belum sampai Dallas menghubungi, orang yang dimaksud tiba-tiba sudah tiba di depannya.
"Pak." Orang itu menyapa seraya menyalami Dallas setengah ia cium di dahinya. Dallas terharu saat tangannya hampir saja menyentuh dahinya. Selama hidupnya Dallas belum merasakan diperlakukan layaknya seorang ayah oleh makhluk yang bernama anak.
"Kita masuk dan makan. Nanti di dalam kita sambil membicarakan pendaftaran bintara yang akan kamu jalani nanti," ujarnya mengajak orang yang ditemuinya itu ke dalam restoran.
Sakala, orang yang ditemui Dallas adalah Sakala. Sakala menepati janjinya dan menemui Dallas di depan sebuah kafe yang kini mereka masuki.
Sakala dan Dallas sudah berada di dalam kafe dan bahkan kini mereka tengah menikmati hidangan yang tadi sempat dipesan.
Obrolan mereka mengalir begitu saja, sejak makan dan kini mereka menyudahi makan, masih saja mengalir. Sampai pada pertanyaan yang dilontarkan Dallas, yang berhasil membuat Sakala mematung beberapa saat.
"Kamu sebenarnya anak ke berapa dan siapakah ayahmu?" Pertanyaan ini membuat Sakala berpikir, di dalam kartu keluarga dia merupakan anak kedua dari Mak Sarma dan Pak Syakir. Apakah Sakala harus mengatakan sesuai kartu keluarga atau sesuai fakta.
"Saya anak kedua dari dua bersaudara. Sementara nama orang tua saya adalah, ibu bernama Mak Sarma Lela. Sementara ayah saya adalah Syakir," jawab Sakala. Untuk sejenak jawaban Sakala cukup membuat Dallas berpikir dalam. Sakala menyebutkan nama Syakir saat menyebutkan nama bapaknya.
"Syakir? Bukankah itu nama ayahnya Syafa. Apakah mereka hanya kebetulan mirip saja?" renungnya dalam.
"Kamu saat ini tinggal di mana kalau boleh tahu?" tanya Dallas lagi meyakinkan. Padahal setahunya di dalam alamat yang tertera di dalam data diri Sakala, Sakala menuliskan tempat tinggalnya di Cikaracak.
"Saya tingga di Cikaracak," jawabnya. Dallas langsung mengangguk dan otaknya kembali bekerja mencocokkan alamat kedua orang tua Syafa dengan alamat tinggal Sakala.
"Tidak sama. Apakah nama ayahnya hanya kebetulan saja sama?" batinnya masih berusaha mencocokkan.
"Baiklah, niat saya menyuruhmu menemui saya di sini adalah, saya hanya ingin memberikan soal bekas psikotes dan tes akademik bintara tahun lalu. Kamu pelajari semua, dan berlatih, karena soal seperti ini pasti akan ditanyakan ulang di tes berikutnya," jelas Dallas seraya memberikan kertas bekas yang lumayan tebal.
"Wah, terimakasih banyak, Pak. Ini akan saya pelajari nanti di rumah." Sakala meraih tumpukan kertas itu dengan senang hati, lalu dimasukkannya ke dalam tas ranselnya.
"Sayang sekali kemarin kamu tidak hadir saat tes wawancara. Dan terpaksa namamu dicoret dan gugur sebagai Catam. Itu sebenarnya kamu kenapa tidak hadir?" tanya Dallas sangat penasaran.
"Oh itu. Sebetulnya saya pagi itu memang sudah siap akan pergi. Namun, tiba-tiba saja, mama saya terjatuh dari motor saat ban motor depan menginjak batu, sehingga motor mama jatuh dan menimpa kaki kanan mama sampai mama susah berjalan," jelas Sakala membuat Dallas teringat kembali pada Syafana yang kaki kanannya terlihat sakit, bahkan ia terpincang-pincang saat berjalan.
"Kenapa kaki Syafana sama persis dengan kaki mamanya Sakala yang tertimpa body motor dan mengenai kaki kanannya?" Dallas masih belum berhenti mencocokkan antara Syafana dengan mamanya Sakala yang diceritakan Sakala.
jejak dlu ka ya Lina, iklan mndarat salam dari Sebatas Istri Simpanan.. 🤗