"Daddy dan mommy menemukan wanita yang cocok untuk menjadi isterimu! Tepati janjimu! Kau akan menikah bila kami menjodohkanmu kan?"
"Baiklah. Dengan siapa?" tanya Xander
"Namanya Audrey Lee, puteri Christoper Lee dan Margareth Lee. Usianya sembilan belas tahun."
Xander langsung membelalakkan matanya, "Sembilan belas?!"
Bab 30
Xander benar-benar membatalkan semua agendanya hari ini dan menemani Audrey ke permainan ski. Xander juga mengaktifkan kembali ponsel gadis itu dan memberikan pada Audrey.
"Aku boleh mengaktifkannya?" tanya Audrey
Xander mengangguk, "Ya."
Audrey langsung tersenyum dan menyalakan ponselnya. Langsung saja notifikasi berderai masuk yang berasal dari banyak orang, dari mertuanya dan juga sahabatnya. Audrey memang tidak mengundang Vania dalam pernikahannya, tapi Audrey mengirimkan fotonya pada Vania. Dan dia juga memberitahu sahabatnya itu bahwa dia akan pergi ke Jepang bersama dengan suaminya.
Setelah itu Audrey belum menghubungi lagi Vania, dan pasti membuat sahabatnya itu terus kepo akan dimana dirinya saat ini. Dan melihat pesannya di baca oleh Audrey, Vania langsung memutuskan untuk menghubungi gadis itu.
Audrey langsung menoleh pada suaminya, "
Bolehkah aku mengangkatnya? Dia sahabatku" ucap Audrey
Xander mengangkat pandanngannya dari laptopnya dan mengangguk tenang.
"Terima kasih" ucap Audrey, dia langsung menggeser tombol hijau dan mendekatkan benda pipih itu ke telinganya seketika itu suara khas sahabatnya langsung terdengar nyaring.
"Audrey! Kenapa baru on?! Segitu sibuknya pengantin baru sampai pegang HP aja nggak sempet?! Berapa ronde non?!" pekik Vania
Audrey langsung menggigit bibir bawahnya dan melirik suaminya yang tampak seperti tak terganggu sama sekali. Padahal Audrey yakin bahwa suaminya ini mendengar teriakan Vania barusan.
"Diem Vania! Mulutmu ya! Nggak bisa ya sedikit berpendidikan?!" jaab Audrey kesal
Tawa Vania langsung menggelegar terdengar, Kenapa bisik - bisik gitu nona?! Eh apakah sekarang panggilannya nyonya? Uwihhh udah sold out nih sahabatku! Apakah beneran udah buka segel?!"
tanya Vania
Audrey mendengus kesal, "Bisa nggak pertanyaannya yang normal aja?! Nggak usah menjurus ke hal begituan! Kenapa kamu telpon? Jangan bilang cuma kepo soal malam pertama ya Van!"
Karena Xander memang mengabaikannya, maka Audrey semakin nyaman berbicara dengan Vania. Dia mulai berbicara lepas dengan sahabatnya itu. Tapi tentu saja Audrey tidak membahas apapun tentang dirinya dan Xander, karena sampai saat ini tak ada yang tau tentang perjanjian itu selain Audrey, Xander dan mungkin juga Jose.
Audrey juga tak berminat melanggar janjinya sendiri. Baginya menjaga rahasia sekecil ini itu mudah banget dikala hidupnya sendiri terlalu banyak rahasia kelam yang harus dia telan sendiri. Sehingga tak ada yang tau tentang perjanjian itu bahkan Vania sekalipun.
Xander mengulurkan ponselnya, "Mommy mencarimu" ucapnya sambil mengulurkan ponselnya
Audrey menoleh dan mengangguk, "Oke, sebentar" jawab Audrey. Dia kembali kepada ponselnya sendiri dan berpamitan dengan sahabatnya karena ingin menerima telpon mertuanya. Baru kemudian Audrey menerima ponsel Xander.
"Hallo mom?" sapanya
"Audrey sayang! Akhirnya mommy bisa denger suaramu! Kamu baik - baik saja nak?" tanya Jemima
Audrey menoleh pada suaminya, dan Xander memberikan tanda untuk Audrey mengaktifkan saja loudspeakernya. Audrey mengangguk dan langsung mengaktifkannya lalu dia tanpa sadar beringsut dekat dengan Xander tujuannya agar suaminya itu juga mendengar dengan jelas ucapan mertuanya. Padahal suara Jemima cukup kencang,dan Xander tidak tuli untuk bisa mendengarnya.
"Baik mom. Kemarin aku jalan - jalan melihat bunga sakura, menonton film juga, lalu aku mencoba banyak sekali makanan Jepang mom. Seru sekali!" ucap Audrey penuh semangat
Jemima terkekeh pelan, "Begitukah? Apakah kalian bersama sayang?" tanya Jemima
Audrey langsung menoleh pada suaminya, tapi Xander tidak menjawab apapun. Dia hanya mengangkat bahunya seolah menyerahkan jawabannya pada Audrey begitu saja.
"Ehm ya, aku bersama Xander mom. Sekarang kita sedang dalam perjalanan main ski! Xander bersedia mengajariku main ski mom!" ucapnya senang
"Oh ya? Bagus kalau memang begitu Audrey! Kemarin kamu bersama Xander juga kan?" desak Jemima
"Cukup menginterogasinya mom! Kami sudah sampai!" ucap Xander yang menolong isterinya menjawab ibunya
Xander sangat tau ibunya, jika tidak diberikan jawaban maka sang ibu akan tetap mengejar. Jadi Xander perlu memotong pertanyaan itu daripada Audrey yang merasa tertekan dengan itu semua.
Jemima mendengus mendengar jawaban puteranya, "Mommy yakin kalau kau meninggalkan isterimu kemarin! Dan itu sebabnya kau meminta Audrey mematikan ponselnya kan?! Supaya mom tidak bisa melacaknya?! Xan daddymu masih bisa melacakmu! Dan mommy serta daddy tau apa yang yang kamu lakukan!"
Shit! Batin Xander! Dia lupa dengan pelacak yang tertanam dalam tubuhnya. Dia memang tidak pernah peduli jika ayahnya selalu mengeceknya dia sedang berada dimana. Sehingga dia tak pernah terlalu peduli dengan pelacak itu! Tapi itu juga yang akhirnya membuatnya lupa dengan keberadaan pelacak itu.
"Jangan mengulanginya Xan! Mommy akan menjemput Audrey bila kau meninggalkannya sendiri!" ucap Jemima
"Hmm, aku tutup mom. Kami benar - benar sudah sampai!" ucap Xander. Dia tidak menunggu jawaban Jemima dan langsung memutuskan sambungan telponnya.
Audrey yang melihat itu langsung membulatkan matanya, tanpa sadar dia memukul lengan Xander keras.
"Kau ini! Bagaimana bisa memutuskan telpon mommy sepihak begitu!" protesnya
"Akh! Kenapa kau memukulku!" protes Xander
Audrey membulatkan matanva dan menutup bibirnya saat menyadari dirinya sudah bersikap kurang ajar pada Xander, "Maaf, aku tidak sengaja" cicitnya
Xander sendiri langsung salah tingkah karena tadi dia juga sempat lepas kontrol dan memekik saat Audrey memukulnya. Xander langsung berdehem untuk mengusir kecanggungannya.
"Ekhm, kita turun! Pakai jaket dan syalmu! Dan jangan lupakan topinya!" ucap Xander yang sudah membuka pintu di sampingnya dan turun dari mobil