Dewa adalah seroang Tentara Bayaran yang sangat disegani oleh musuh-musuhnya didunia hitam, dia tergabung dalam pasukan ibils neraka bersama empat temannya.
setelah merasa pekerjaannya terlalu berbahaya dia kemudian memilih pensiun setelah terakhir kali mereka menyelamatkan seorang Dokter yang Cantik.
Setelah menajalani masa pensiunnya ternyata Dewa masih terlibat dengan berbagai masalah yang datang dari masa lalunya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon black urang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terluka
.....
"Kalian semua keluar cari para bajingan itu...." Perintah black Lion kepada anak buahnya. Semua anak buahnya segera keluar dari tempat itu tersisa hanya black lion sendiri didalam ruangan itu. Setelah semua anak buahnya keluar black lion berbalik menunju meja mengambil sebuah cerutu lalu menyalakan kemudian dia mengambil radio. "Sadik perintahkan semua pasukan untuk menyisir kedalam hutan, bagaimana saja caranya temukan mereka dalam keadaan hidup atau mati"...tegas Black Lion. "Siap bos" jawab Sadik diseberanh sana. Saat dia meletakan radio kembali ketempatnya tiba-tiba pintu dibuka dari Luar. "Klik..."bunyi pintu..."kenapa kalian kembali, cepat temukan mereka" seru Black Lion tanpa menoleh kearah pintu tadi. "Lama tidak bertemu Sodar...atau haruskah saya memanggilmu dengan black lion?"....sebuah suara yang tajam mengagetkan Black Lion. Dia mengenal suara itu, suara yang telah lama dia kenal dan membekas diangannya. Sebuah luka codet dipelipisnya adalah karya dari si pemilik suara. Dialah "Sang Mata Elang". Lima tahun lalu mereka pernah bertemu dalam sebuah pertempuran dimana Dewa hampir membunuhnya tapi Sodar berhasil selamat karena sebuah insiden yang hampir membuat Dewa terbunuh dalam misi tersebut.
Black Lion segera berbalik dan mengambil sebuah pistol dari atas meja. "Hahahahaha....akhirnya saya tidak perlu lagi mencarimu kamu datang sendiri kekandang singa bocah sialan...." Sahut Black Lion sambil mengarahkan pistol kearah Dewa.
Dengan Cepat Dewa melakukan tendangan tepat mengenai tangan Black Lion yang memegang pistol. Sodar hendak mengambil pistol yang jatuh dilantai tapi dengan cepat dewa menyingkirkan pistol tersebut mengunakan kakinya, dia menendang pistol tersebut kesudut ruangan dibawah sebuah lemari.
"Ternyata rumor diluaran sana tentangmu yang Banci itu benar Sodar...kamu hanya berlindung dibalik senjata dan anak buahmu saja" pancing Dewa. "Terlalu bancang cakap..." Sodar mengeluarkan sebuah belati dari sepatu bots militer yang dipakai. "Menghadapi bocah sepertimu tidak akan membuat saya mengeluarkan tenaga"....lalu Black lion maju menerjang kearah Dewa, dewa yang sudah siap dengan kuda-kudanya segera menghindar kesamping. Aura membunuh yang kuat keluar, Dewa seperti seekor Macan yang siap memangsa buruannya. Gerakan tangan yang sangat cepat Dewa lakukan meninju Dada Black lion yang tidak menduga serangan dari Dewa. Dengan cepat Dewa menangkap tangan Black Lion yang memegang belati lalu memelintirnya kebelakang, belati itupun terlepas, dewa menangkap menggunakan tangan kiri lalu sebuah gerakan yang indah dewa memutar belati tersebut kemudian menancapkan tepat dijatung Black Lion. "Gerrkkk..." Nafas black lion berhenti seketika saat belati yang tusuk dewa ke jantungnya semakin dalam. Black Lion tewas seketika itu juga. Dewa lalu melepaskan Black Lion..."buk..." bunyi tubuh black lion yang jatuh kelantai.
Dewa segera mendekati meja lalu menarik laci mengambil sebuah flashdisk yang ada didalamya. Dewa segera bergegas keluar dari ruangan tersebut. Sebelum dewa mencapai pintu tiba-tiba pintu dibuka dari luar, itu adalah asisten Black Lion yang datang untuk melapor. Ketika melihat black lion yang terkapar dilantai bersimbah darah anak buahnya itu langsung mengeluarkan pistol lalu menembak Dewa, dewa menghindar dengan cepat. "Dor...Dor...Dorr..." Tiga tembakan berhasil dihindari Dewa. Dia berlindung dibalik meja, dewa mengambil pistol yang terselip di pinggangnya lalu mebalas tembakan "dor...dor..dorr..." Tembakan dewa yang tanpa melihat kearah asisten Black Lion tersebut tidak satupun yang mengenainya. Saat Dewa bergerak untuk melihat posisi asisten itu sebuah tembakan datang begitu saja..."Dor..." tembakan itu mengenai bahu kanan Dewa. Dewa yang telah mengetahui posisi asisten itu segera menembak tepat mengenai kepalanya. Asisten black lion jatuh menimpa dadanya, darah segar mengalir dari kepalanya. Dewa segera berdiri tidak dia pedulikan bahunya yang mengeluarkan Darah. Dewa mengambil sebuah jaket yang tergantung dibelakang pintu memakainya kemudian dia keluar dari ruangan tersebut.
Diluar sudah gelap gulita karena Agen Steven dan rekannya sudah menembak lampu sorot dan melumpuhkan penjaga yang ada dimenara jaga markas teroris. Tangan dewa terus mengeluarkan darah tapi dia harus segera keluar dari tempat itu. Sambil menekan bahu yang tertembak Dewa dengan kemampuan berkamuflasenya perlahan keluar dari markas teroris tersebut. Dalam perjalanan menuju tempat persembunyian dari agen-agen itu Dewa mendengar bunyi tembakan kearah bukit itu. Dia segera bergegas, dia memegang pistol ditangannya. Dewa mendekati para teroris yang menembak ke bukit dari arah belakang dia melihat tujuh orang sedang memberondong Agen dani dan rakannya. Tanpa berpikir panjang Dewa melepaskan Tembakan kearah teroris itu. "Dor...dor...dorr...dorr...dor...dorr....dorr...'' tujuh tembakan semuanya tepat mengenai kepala para teroris itu. Ketujuh teroris itu langsung mati tempat tanpa mengetahui siapa yang menembaki mereka. Dewa segera memutari tempati itu menuju bukit. "Tahan...." Seru Dewa ketika melihat Dani yang mengarahkan senjata kearahnya. Mata Dewa seperti mata elang yang bisa melihat dalam gelap. Dia mendekati Agen Dani dan rekannya lalu segera merayap mengikuti posisi mereka. Dia mengeluarkan sebuah kertas yang meruapakan peta. Dia membuka peta tersebut dengan bantuan cahaya bulan yang sudah mulai terang dia menjelaskan kepada ketiga orang itu rute yang harus mereka lalui untuk keluar dari tempat itu.
Selesai menjelaskan rute mereka berempat segera berjalan sambil menunduk menuruni bukit itu yang penuh dengan bebatuan dan semak. Anak buah Black Lion masih mengejar mereka digelapnya malam itu. Sesekali terjadi tembakan antara mereka dengan para teroris itu. "Agen Steven yang ternyata seorang Sniper memisahkan diri dari mereka dia mencari tempat yang cocok untuk menembak, semtara agen dani dan temannyamengikuti Dewa. Mereka semakin jauh masuk kedalam hutan menuju titik penjemputan yang telah Dewa sepakati dengan agen rahasia dari pemerintah sebelumnya.
....
Sementara itu...di markas teroris terjadi kepanikan saat mereka mengetahui pimpinan mereka telah tewas. Anggota teroris yang mengetahui itu banyak yang mulai ragu untuk terus bergabung dalam komplotan itu. Ada yang diam-diam pergi kehutan ada juga yang lain marah setelah megetahui pimpinan mereka tewas, mereka yang marah berniat melakukan balas dendam. Tanpa mereka sadari ternyata sebelumnya Dewa telah memasang bom waktu disetiap sudut dan beberapa bangunan dimarkas itu. Tidak lama terdenagar bunyi...."buummm....buumm...buumm...." Tempat itu meledak, hampir semua bangunan ditempat itu hangus terbakar. Anak buah Black Lion yang bertahan ditempat itu tewas tak tersisa. Hanya yang melarikan diri entah kemana yang masih selamat.
...
Mendengar bunyi ledakan yang sampai ditengah hutan dimana Dewa dan para agen saat ini berada. Mereka berhenti sesaat tapi tidak mereka melanjutkan perjalanan ketitik penjemputan. Agen Steven sudah kembali bergabung dengan mereka setelah memastikan sudah tidak anggota teroris yang mengikuti mereka.
Menjelang fajar mereka sampai dititik penjemputan, mereka beristirahat dekat sungai sambil menunggu jemputan.
Agen Dani melihat Dewa yang duduk bersandar disebuah batu, muka Dewa sudah kelihatan pucat karena banyak darah yang sudah keluar akibat tembakan anak buah Black Lion. Agen Dani segera mendekati Dewa lalu memeriksa tangan Dewa...."di Bahu..." Suara Dewa serak mungkin karena dia kelelahan setelah berjalan semalaman. Agen Dani membantu Dewa melepaskan jaket dan menyobek lengan baju sampai bahu Dewa. Dia lalu membuka tas ransel milik Dewa memeriksa isinya dia menemukan kain kasa dan alkohol dalam botol kecil serta obat betadine didalamnya. Dengan cekatan Dia membersihkan luka dibahu Dewa, mengobatinya lalu membungkus dengan kain kasa. Agen Dani menatap Dewa...."terimakasih....saya tahu tentang kamu dan pasukanmu" suara Dani pelan yang membuat Dewa menoleh kerahnya. "Sang Mata Elang dari Pasukan Iblis Neraka".....legenda itu sering dibahas oleh agen rahasia, bahkan pasukan itu banyak ditakuti oleh para agen dalam dan luar negeri, suatu kehormatan bagi saya bertemu denganmu...." Sambung agen Dani. "Dewa...." sahut Dewa singkat. Sepuluh menit lagi pasukanmu akan tiba. "Kita berpisah disini..."....lanjut Dewa.
(BERSAMBUNG)