NovelToon NovelToon
Kesucian Cinta

Kesucian Cinta

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat
Popularitas:656.4k
Nilai: 5
Nama Author: Susilawati_2393

Pertemuan yang tidak sengaja dengan orang yang sangat menyebalkan menjadi awal sebuah takdir yang baru untuk dr. Fakhira Shakira.

Bruukk

"Astaghfirullah." Desis Erfan, ia sudah menabrak seorang dokter yang berjalan di depannya tanpa sengaja karena terburu-buru. "Maaf dok, saya buru-buru," ucapnya dengan tulus. Kali ini Erfan bersikap lebih sopan karena memang ia yang salah, jalan tidak pakai mata. Ya iyalah jalan gak pakai mata, tapi pakai kaki, gimana sih.

"It's Okay. Lain kali hati-hati Pak. Jalannya pakai mata ya!" Erfan membulatkan bola matanya kesal, 'kan sudah dibilang kalau jalan menggunakan kaki bukan mata. Ia sudah minta maaf dengan sopan, menurunkan harga diri malah mendapatkan jawaban yang sangat tidak menyenangkan.

"Oke, sekali lagi maaf Bu Dokter jutek." Tekannya kesal, kemudian melenggang pergi. Puas rasanya sudah membuat dokter itu menghentakkan kaki karena kesal padanya. Erfan tersenyum tipis pada diri sendiri setelahnya.

Karena keegoisan seorang Erfan Bumi Wijaya yang menyebalkan, membuat Hira mengalami pelecehan. Sejak kejadian itu ia tak bisa jauh dari sang pria menyebalkan.

Rasa nyaman hadir tanpa diundang. Namun sayang sang pria sudah menjadi calon suami orang. Sampai pada kenyataan ia sudah dibeli seseorang.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susilawati_2393, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

10

Alhamdulillah selesai, ruang bersalin aman, hanya ada dua ibu dengan partus normal. Hira menghela napas lega, ia tiba-tiba dapat panggilan darurat tadi malam. Keluar dari ruangan setelah mengambil tas. Pagi ini ia mau mengunjungi bubur ayam Mang Udin dulu sebelum pulang. Bubur ayam langganan, lapaknya di samping rumah sakit.

"Pagi Bebeb Hira!" Sapa pria tampan, siapa lagi kalau bukan Ringgo, ingin sekali Hira mengusir makhluk satu ini dari planet bumi.

Hira mengabaikan makhluk lucknut pengganggu itu menyusuri koridor rumah sakit. Tapi bukan Ringgo namanya kalau menyerah begitu saja.

"Ringgo, profesional. Ini rumah sakit." Bentak Hira, sudah muak dengan tingkah Ringgo yang tidak bisa dikendalikannya. Ia tidak bisa melarang Ringgo agar tidak jatuh cinta padanya. Hati siapa yang bisa memprediksi.

"Profesional kok, gue datang lebih pagi." Ringgo tersenyum manis melihat wajah cemberut Hira, "coba senyum dikit aja pagi ini pasti tambah cantik."

"Jangan ganggu, gue capek!" Sergah Hira pada Ringgo yang menghalangi jalannya.

"Mau dipijetin? Biar capeknya hilang." Tawar Ringgo dengan senang hati. Apalagi kalau bisa meraba-raba. Astaga Ringgo otaknya mesum sekali.

"Ogaah!"

"Mau diajak nikah?"

"Ogaaaahh!"

"Kok ogah semua sih Beb, apa kurangnya aku dimatamu."

"Ringgooooo,,, Ri-ng-go— Gooo gooo sana goo!!" Teriak Hira tidak terlalu nyaring karena sadar masih berada di area rumah sakit. Ringgo menarik tangan Hira ke tempat yang lebih sepi. Hira sendiri tidak tau apa kurangnya Ringgo, sampai ia terus menolak lelaki sebaik Ringgo.

"Ra, beri aku kesempatan sekali saja. Bukalah hatimu, buka sedikit untukku."

"Go, maaf gue gak bisa. Gue belum bisa membuka hati untuk siapapun. Kamu teman terbaik yang gue punya. Jangan paksa lagi ya?"

"Aku akan tetap menunggu sampai kamu membuka hati Ra."

"Terserah, tapi jangan salahkan Hira kalau jawabannya tetap sama."

"Hmm, udah sana pulang. Istirahat, hati-hati di jalan bebeb Hiraku sayang."

"Ya..!" Hira meninggalkan Ringgo yang masih menatapnya. Gak bosen napa Ringgo mengganggunya. Hira geleng-geleng kepala. Moodnya jadi rusak gegara ulah pria itu. Makhluk itu selalu saja merusak kesenangannya.

Hira menepikan mobil di depan warung Mang Udin. Sudah lama gak mampir ke tempat ini. "Pagi Mang Udin, porsi seperti biasa ya Mang!" Sapanya dengan riang.

"Pagi Neng Hira, lama gak mampir ke sini!" Balas Mang Udin, lelaki paruh baya dengan umur kisaran setengah abad. Hira suka bubur ayam di sini, selain enak penjualnya juga ramah.

"Sibuk Mang, lebih tepatnya pura-pura sibuk." Hira terkekeh sembari mendatangi satu-satunya meja yang masih kosong di dekat gerobak.

"Percaya kalau Neng sibuk, beda kalau Mamang yang bilang mah, gak akan ada orang yang bakal percaya." Goda Mang Udin, Hira menarik kedua sudut bibirnya.

"Mamang bisa aja, lagi rame Mang?" Basa basi Hira basi banget, gak perlu ditanya juga udah keliatan dari meja yang penuh.

"Alhamdulillah Neng, ini buburnya selamat menikmati."

"Kayak lagi dikondangan aja Mang 'selamat menikmati' bikin merinding." Hira terkikik, tuhkan bener Mang Udin orangnya ramah.

"Biar Neng Hira cepat mengundang tamu dan mengucapkan selamat menikmati..!"

"Haahaa, Mamang. Jangan ucapkan kalimat keramat itu Mang. Mengerikan." Hira tertawa gelak sambil melap sendok dengan tisu lalu mengipas-ngipas bubur dihadapannya, kalau makanan panas gak boleh ditiup, jadi Hira menunggu buburnya sampai agak dingin. Tak apa lebih lama nongkrongnya. "Hmm maknyuss ini Mang."

"Bubur ayam dua Pak." Ilmi memesan bubur karena kebetulan lewat daerah ini diikuti Erfan. Mereka belum pernah mencoba makan dipinggir jalan seperti ini, jadi kali ini ingin mencobanya.

"Iya Mas, ditunggu ya. Kursinya penuh semua, mas-nya bisa duduk di meja si Eneng itu." Mang Udin menunjuk ke arah meja Hira.

Ilmi mengangguk, "Makasih Pak." Ia bergabung di meja Hira, yang masih ada tiga kursi kosong. Erfan hanya menurut mengikuti Ilmi, tak membantah juga. Walau pengalaman pertama makan di tempat seperti ini. "Permisi Mbak, ikut duduk di sini ya." Ujar Ilmi sopan.

"Ya, silahkan." Jawab Hira tanpa memandang orang yang menyapanya.

"Mas Ringgo mana Neng?" Mang Udin masih mengajak Hira ngobrol, jarak meja dengan gerobak hanya dua meter, jadi mereka masih bisa ngobrol saat Mang Udin melayani pembeli.

"Ada Mang, makhluk ternyebelin itu masih ada di planet bumi ini kok." Sahut Hira, ia baru melayangkan suapan pertamanya.

"Rasanya tak pernah berubah ya Mang, bubur Mang Udin tetap yang terjosss." Puji Hira, menikmati buburnya tanpa menghiraukan orang yang ikut duduk di mejanya. Tidak ada hak paten untuk sebuah meja, ia tidak berhak melarang orang lain duduk di mejanya.

"Jangan benci berlebihan Neng." Goda Mang Udin, pelanggannya yang satu ini memang selalu menggemaskan.

"Bukan benci Mang, dia aja suka gangguin orang. Gak pagi, siang, malam selalu aja jadi pengganggu. Hidup Hira jadi tak tenang Mang, serasa dikejar rentenir."

Erfan sudah tau siapa perempuan yang duduk satu meja dengannya, jadi tidak kaget saat mendengar nama Hira. Ia nampak tak acuh, walau merasa lucu juga dengan celotehan gadis itu. Ilmi mungkin lupa dengan perempuan dihadapannya, jadi Erfan takkan mengingatkannya.

"Ntar kalau dia gak ada kangen lho Neng." Ujar Mang Udin, Hira menjeda suapannya lalu melanjutkan lagi.

"Ogah Mang, ngapain kangen sama makhluk menyebalkan itu."

"Neng ini, sekarang bilang gitu bisa aja nanti berubah pikiran." Mang Udin tertawa geli mendekat ke mejanya dengan membawa dua mangkok bubur ayam, "ini Mas buburnya."

"Amit-amit Mang, doain yang bagus kek. Jangan sama Ringgo jodohnya." Hira tersenyum sinis.

"Makasih Pak." Ujar Erfan dan Ilmi bersamaan.

"Sama-sama Mas." Mang Udin kembali duduk di sisi gerobak, karena belum ada pelanggan lagi. "Emang Neng Hira mau jodoh yang seperti apa?"

Hira menyendok suapan ketiganya sambil berpikir. "Jodoh mana bisa milih Mang, kalau berharap boleh kali ya." Hira terkekeh yang disetujui Mang Udin.

"Apalagi kalau berharapnya sama anak pemilik rumah sakit ya Neng."

"Hahaha, jangan Mang. Hira gak akan sanggup bersaing dengan menantu pemilik rumah sakit." Ia terkikik geli, ada-ada saja pikiran Mang Udin, mana berani Hira menggait putra mahkota pemilih Emiral Hospital.  Bertemu saja belum pernah.

"Kan berharap gak ada yang melarang Neng, ponakannya juga masih jomblo."

"Hira jadi curiga, Mamang jualan bubur cuma buat penyamaran ya. Jadi tau banyak sama pemilik rumah sakit." Lagi-lagi Hira dibuat terkekeh geli oleh Mang Udin, jangan lupakan satu pria yang menikmati tawa dari seorang dokter menyebalkan.

"Mas Guntur sering makan di sini Mbak, jadi Mamang tau mereka orangnya ramah. Tidak memandang kasta." Hira mengangguk mengerti, Mang Udin kembali sibuk dengan pelanggannya. Hira makan dalam diam sambil menyimak pembicaraan dua orang yang duduk di mejanya.

1
Damalia Rose
kereen
Rati Nafi
🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷🩷
cucu rosmalia
ahh.. hira ga punya harga diri bangett.. udah di dzolomi masih baik
ya ti urip
Luar biasa
dementor
erfan,tolong kau lenyapkan reny & salwa.. saya sudah muak dgn kelicikan mereka berdua..
dementor
💪💪💪💪💪.. 👍👍👍👍👍
dementor
sama kayak anaknya sifany.. ibu sama anak sama" gelo'..
dementor
ya lanjut lagi ya author.. semangat jangan kendor.. 💪💪💪💪
dementor
up terus ya author sampe tamat kalo perlu.. 👍👍👍👍👍👍
dementor
👍👍👍👍👍👍
Farida Silvi
sangat membuat penasaran sehingga pengen baca terus gak berhenti
Nurhayana
nbbbnhn
𝐵💞𝓇𝒶𝒽𝒶𝑒🎀
aku enggak setuju erfan nikah siri yg ada kasus nya mirip Nisa dan Zico no
Aina Jacqueline
patutnya diberi pengajaran lama dikit thor...
Aina Jacqueline
sama guntur aja deh
dementor: jangan aina,sama saya saja hiraukan itu.. gimana setujukan??? 👍👍👍
total 1 replies
Yanti Agejul
adeknya Erfan nih biang keroknya
Suherni 123
lagian Hira ngeyel di bilangin
udah untung suami mendukung pekerjaan nya,malah mau di bikinin tempat praktek sendiri, kurang apa coba si erfan
Suherni 123
Hira ngeyel juga sih
Suherni 123
tuh kan adeknya erfan
Suherni 123
jangan jangan adeknya erfan
Rara Nurul: jangan2 emang iya.apa mungkin bukan adik kandung kali ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!