Setelah bertahun-tahun pasca kelahiran pangeran dan putri bungsu, mereka tetap berusaha mencari pelaku pembunuh sang ratu. Hidup atau mati! Mereka ingin pelakunya tertangkap dan di hukum gantung!Dapatkah para pangeran dan putri menangkap pelakunya?
*update setiap Minggu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mailani muadzimah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta Kerajaan
Tiga bulan setelah piknik dan jalan-jalan yang menyenangkan itu, Liam berulang tahun. Itu adalah ulang tahunnya yang ke sebelas. Raja Finn mengundang semua orang untuk hadir, dimulai dari bangsawan hingga rakyat biasa. Pesta ulang tahun Liam dibuat sangat mewah karena Liam jarang mengadakan pesta ulang tahun.
Biasanya, di hari ulang tahunnya, asma Liam kambuh dan dia harus istirahat total, tapi kali ini tidak, makanya Raja Finn dan Ratu Harika sangat bersemangat mengadakan pesta, mumpung kondisi Liam sedang baik.
“Selamat ulang tahun, Yang Mulia Pangeran Ketiga. Saya sangat senang bahwa Yang Mulia dalam keadaan sehat dan sudah pulih.” Count Gregorius memberi salam hormat pada Liam yang duduk di singgasana pangeran.
Liam mengangguk, “terima kasih atas perhatian anda, Count Gregorius. Silakan nikmati pestanya.”
“Selamat ulang tahun, Yang Mulia Pangeran Liam. Saya bawakan kado untuk anda. Ini adalah sweater yang dibuat khusus menggunakan bulu domba milik peternakan keluarga Rashdan.” Sekarang giliran Marquess Benedict Rashdan yang memberi salam.
Liam tersenyum pada Marquess Benedict. “Ya, aku akan menerima kadomu dengan senang hati. Silakan nikmati pestanya.”
Setelah itu, para bangsawan mengantri memberikan Liam kado ulang tahun secara langsung.
Tidak hanya bangsawan, rakyat biasa pun juga memberinya kado dan menyapa Liam dengan sopan.
“I..ini saya berikan untuk Yang Mulia Pangeran agar selalu sehat dan hangat. Selamat ulang tahun, Yang Mulia Pangeran Ketiga, semoga keberkahan Dandelion terus tercurah pada anda.” ucap seorang anak laki-laki berambut coklat dengan warna mata yang senada. Dia memberikan Liam sebuah syal berwarna biru muda dengan motif anak ayam.
Liam merasakan ketulusan anak itu dan menerima hadiahnya dengan senang hati. “Terima kasih karena sudah memperhatikanku. Kau manis sekali,” ucap Liam sambil tersenyum.
Anak laki-laki itu tertawa, “saya senang karena Yang Mulia mau menerima hadiah dari saya.”
“Iya, ini syal yang bagus. Silakan kau nikmati pestanya, ya. Ada banyak kue di sana,” ucap Liam sambil menunjuk prasmanan dengan kue-kue yang menggugah selera.
“Terima kasih karena anda mengizinkan saya makan kue…” jawab anak itu malu-malu.
Liam mengangguk sambil tersenyum lembut pada anak itu.
Selanjutnya Duke Javier Blackwood yang datang bersama putra pertamanya, Edmund. Duke Javier Blackwood adalah suami dari adiknya Raja Finn yang telah meninggal, jadi Edmund adalah sepupu dari para pangeran.
“Selamat ulang tahun Yang Mulia Pangeran Liam. Kami datang membawakan hadiah permata biru dari tambang Blackwood.” ucap Duke Javier Blackwood.
“Yang Mulia Pangeran, saya juga membawakan hadiah khusus yang saya pilih sendiri. Ini adalah satu set pakaian hangat.” ucap Edmund ramah.
Edmund ini lebih tua daripada Liam dan Ezra, tapi setahun lebih muda dari Zayden. Pada keadaan biasa, Edmund sangat dekat dengan para pangeran. Dia adalah teman bicara Zayden sewaktu kecil, ketika remaja, mereka pun menjadi sangat dekat. Selain itu, mereka juga memanggil Duke Blackwood dengan sebutan Paman jika sedang tidak dalam situasi formal.
“Terima kasih Duke Blackwood dan Tuan Muda Edmund, aku akan menerima hadiahnya dengan senang hati.” jawab Liam.
“Maaf karena Eleanor tidak dapat hadir kali ini. Seperti yang diketahui sebelumnya, kondisi Eleanor juga sedang kurang sehat sebab asmanya.” ucap Duke Blackwood kemudian.
“Tidak apa-apa. Semoga kondisi Eleanor segera membaik,” respon Liam takzim. Dia paham kalau Eleanor adalah sepupunya yang juga mempunyai asma seperti dirinya. Sebagai informasi, Eleanor juga lebih tua dari Liam, dia seumuran dengan Ezra.
Ada banyak sekali bangsawan dan rakyat yang memberikan hadiah pada Liam. Dia sibuk menerima hadiah dari para tamu undangan dan ucapan selamat. Selain itu, dia juga harus menyapa para tamu yang hadir bersama keluarganya.
"Yang Mulia Pangeran Liam, saya sangat senang karena anda sudah kembali pulih. Mendengar kabar bahwa anda tidak sadarkan diri, sungguh membuat saya sedih. Saya selalu berdoa agar anda bisa kembali beraktivitas." ucap seorang lady dari keluarga Baron Marshal.
"Terima kasih atas perhatian anda, Lady Fiona. Ini berkat kasih sayang dari keluarga saya, sehingga saya bisa pulih dengan cepat." jawab Liam.
Fiona Marshal adalah Lady yang punya reputasi buruk di kalangan bangsawan, meski sering sakit dan jarang menghadiri pesta, Liam juga mengetahui rumor tentangnya yang suka berbohong, boros, dan licik.
"Dilihat dari penampilannya, dia memang heboh karena memakai banyak perhiasan dan gaunnya terlalu banyak pita. Apa benar yang dirumorkan itu? Aku mendengarnya dari para dayang, sih." batin Liam.
"Ah, Yang Mulia Pangeran. Apakah anda ingin makan kue bersama saya?" goda Lady Fiona.
Liam tersenyum canggung, "maaf, Lady Marshal. Saya masih harus menyapa para tamu yang lain. Anda bisa menikmati kuenya lebih dulu," tolak Liam.
"Oh, begitu ya? Tapi kenapa anda memanggil saya Lady Marshal? Panggil saja saya Fiona, Yang Mulia. Bukankah kita hanya beda dua tahun? Saya baru saja berusia tiga belas tahun." ucap Lady Fiona lagi.
"Baiklah, Lady Fiona. Saya permisi dulu," ucap Liam sambil tersenyum canggung. Entah mengapa, Liam merasa tidak nyaman dengan keberadaan Fiona, dia bisa merasakan aura aneh yang menguar dari tubuh Fiona.
Liam melanjutkan menyapa para penduduk dengan ramah. Entah berapa orang yang mengajaknya bicara dan berbasa-basi dengan mengatakan hal yang sama seperti Fiona. Liam sangat lelah menghadapi semuanya. Satu-dua memuji wajahnya yang manis, sebagian juga ada yang memuji kekuatan Liam dalam mengendalikan spirit, selebihnya orang-orang hanya mengucapkan syukur karena dia sudah pulih dari koma selama dua bulan.
Di sisi lain, para gadis sibuk mengajak Zayden untuk berdansa, mereka berbisik-bisik dan membicarakan ketampanan Zayden. Tidak hanya Zayden, Ezra pun juga disebut-sebut mempunyai wajah yang tampan dan manis. Mereka berdua yang sudah remaja itu pun menjadi incaran gadis-gadis puber.
"Yang Mulia Putra Mahkota, maukah anda berdansa dengan saya?" tawar seorang Lady dari keluarga Marquess Willow.
"Maaf Lady Willow, saya tidak bisa berdansa malam ini. Ini malamnya Liam." tolak Zayden tegas.
"Kalau begitu, apakah anda mau berdansa dengan saya saja, Yang Mulia?" ajak Lady Fiona yang mendadak muncul.
Kedatangan Lady Fiona membuat para lady yang tadinya berkumpul pun mulai menjauh, mereka tidak mau dekat-dekat dengan Lady Fiona.
"Maaf Lady Marshal, seperti yang sudah kukatakan sebelumnya, malam ini adalah malamnya Liam." tolak Zayden lagi. Dia tidak ingin berdansa dan malah jadi bintang utama di acara ulang tahun adiknya.
Lady Fiona cemberut mendengar jawaban Zayden, dia sudah ditolak 2 pangeran malam ini.
"Lihat itu. Dia tidak tahu malu sekali. Beraninya seorang Baron mengajak Putra Mahkota berdansa."
"Benar, tadi dia juga mengajak Pangeran Liam makan kue bersama. Apakah dia tidak mempertimbangkan kondisi kesehatan Pangeran Liam? Tidak sopan sekali..."
"Aku tidak mengerti kenapa dia masih berani datang ke pesta seperti ini, padahal rumor tentangnya sudah menyebar."
"Yaahhh... mau bagaimana lagi. Yang Mulia Raja mengundang semua orang untuk datang ke pesta ulang tahun Pangeran Liam, ini kan juga sekaligus perayaan karena Pangeran sudah sadar. Wajar kalau dia juga diundang."
"Huh, aku muak melihat wajahnya."
Semua orang berbisik-bisik. Tentu saja Fiona Marshal mendengarnya, dia merasa kesal dan geram, bahkan sampai menggemeretukkan giginya.
***
Sementara itu, Ezra juga sedang dikerumuni oleh para gadis.
"Yang Mulia Pangeran Ezra, saya dengar anda menjadi siswa terbaik di akademi karena keterampilan anda dalam menguasai ilmu kesehatan," ucap seorang lady.
"Benar. Anda keren sekali. Saya juga mendengar kabar bahwa anda jago berpedang. Anda benar-benar paket komplit," sahut lady lainnya antusias.
"Yang Mulia Pangeran Ezra, bisakah anda memberitahu rahasia menjadi jenius di bidang kesehatan?" tambah Lady Jeanette.
Ezra tertawa. "Itu semua karena saya rajin berlatih dan banyak membaca."
Melihat Ezra yang tertawa, para gadis pun heboh dan sibuk memuji ketampanan Ezra yang tidak kalah saing dengan kakaknya, Zayden.
Liam menggeleng heran saat melihat para gadis berkerumun di sekitar Zayden dan Ezra.
"Mereka benar-benar berisik dan heboh, tapi kak Zayden dan kak Ezra hebat juga bisa bertahan seperti itu menghadapi mereka." keluh Liam di dalam pikirannya.
Liam merasa sudah lelah, sudah cukup baginya menyapa para tamu. Sekarang dia akan kembali ke singgasana pangeran.
"Kau sudah lelah, Liam?" tanya Ratu Harika yang sejak tadi mendampingi Liam.
Liam menjawab pertanyaan itu dengan batuk. Tiba-tiba tenggorokannya terasa agak dingin.
"Kau tidak apa-apa, putraku?" tanya Ratu Harika kemudian, di wajahnya tersirat rasa cemas.
"Iya, Mama. Jangan khawatir, Liam baik-baik saja. Liam hanya butuh duduk," jawab Liam tenang.
"Ayo kita kembali ke singgasana." ajak Ratu Harika.
Dari singgasana, Liam dan Ratu Harika bisa melihat Raja Finn, Zayden dan Ezra masih menyapa tamu. Liam menghirup inhalernya, dia khawatir asmanya akan kambuh lagi karena tenggorokannya sudah mulai terasa dingin.
"Apakah anda mau saya buatkan susu hangat, Yang Mulia?" tanya Lilian.
"Iya. Bawakan susu hangat." jawab Liam usai menghirup inhalernya sekali lagi.
Lilian mengangguk dan segera menyiapkan susu hangat. Itu bukan susu sapi, melainkan susu kambing. Susu kambing di klaim bagus untuk penderita asma, gangguan pernapasan, dan alergi, jadi Liam meminumnya juga sebagai bentuk terapi.
***
Lilian kembali sepuluh menit kemudian dengan susu hangat. Liam meminumnya pelan-pelan sambil menikmati kukis khusus rasa buah-buahan asli.
Liam punya alergi pada coklat, jadi dia dilarang makan kukis coklat atau apapun yang mengandung coklat. Jika dia memakannya, maka dia akan sesak napas dan muncul kemerahan di kulitnya. Oleh karena itu, di pesta ulang tahunnya ini tidak ada kue coklat. Kadang Liam iri pada orang lain karena tidak bisa mengonsumsi coklat yang katanya bisa membuat bahagia, tapi dia tidak pernah mengatakannya pada siapapun.
Tidak lama usai Liam menghabiskan susu dan kukisnya, Raja Finn kembali ke singgasana. Dia menyerahkan penyambutan tamu pada Zayden dan Ezra, biarlah mereka berdua yang meneruskan menyapa.
***
Malam pun semakin larut, Liam tanpa sadar tertidur. Ratu Harika yang melihat putranya yang baru saja tertidur di singgasana pangeran pun menyikut lengan Raja Finn, sejak tadi dia sudah melihat Liam terkantuk-kantuk sebelum akhirnya benar-benar ketiduran.
“Suamiku, tampaknya kau harus membawa Liam ke kamar.” bisik Ratu Harika.
Raja Finn baru menyadari sesuatu setelah melihat Liam.
“Ah, aku lupa kalau ini sudah lewat jam tidurnya. Dia juga tidak boleh begadang.” ucap Raja Finn.
Buru-buru dia berdiri dan segera menggendong Liam yang sudah tertidur. Momen itu disaksikan oleh banyak orang, para bangsawan dan rakyat biasa. Mereka bisa melihat keharmonisan keluarga kerajaan secara langsung, juga melihat sisi imut Pangeran Liam yang dikenal cuek dan misterius. Ini jelas momen langka bagi mereka, jarang-jarang bisa melihat langsung kedekatan keluarga kerajaan yang diberitakan sangat harmonis dan damai.
Semua orang berbisik.
“Lihat. Yang Mulia Pangeran Ketiga tertidur…”
Para gadis bersorak tertahan, “imut sekali. Siapa sangka kita bisa melihat momen langka ini.”
“Baginda Raja juga sangat hangat, ya. Beliau bahkan menggendong sendiri Pangeran Ketiga yang tertidur.”
Raja Finn tentu saja mendengar bisik-bisik itu. Dia menoleh pada para tamu yang berbisik. Para tamu itu seketika diam karena segan sekaligus takut dengan tatapan dingin Raja Finn. Pesta itu akan berakhir satu jam lagi, jadi tidak masalah jika Liam meninggalkan lokasi pesta sekarang.
“Silakan nikmati pestanya. Aku akan kembali setelah mengantar putraku. Mohon maaf karena dia harus istirahat lebih cepat.” ucap Raja Finn tegas.
Semua orang tentu saja mengerti, alasan Pangeran Liam harus istirahat lebih cepat adalah karena penyakitnya. Raja Finn turun dari singgasana dan menggendong Liam ke kamarnya.
Di perjalanan menuju kamar, Liam tiba-tiba terbangun.
“Papa?” panggilnya pelan.
Raja Finn menengok pada Liam yang ada di gendongannya, “ah, Liam. Kau terbangun karena
Papa ya?” tanyanya hangat.
Liam menggeleng pelan. “Maafkan aku karena tertidur, Papa. Apakah pestanya sudah selesai?” tanya Liam sambil menahan kantuk.
“Kau boleh tidur lagi, Liam. Pestanya juga akan berakhir sebentar lagi, malam sudah larut.” ucap Raja Finn sambil tersenyum.
“Terima kasih… karena mengadakan pesta untukku, Papa…” Liam mengatakannya dengan suara pelan sambil menutup matanya.
Raja Finn tersenyum tipis. Kali ini Liam benar-benar tertidur, ketika sampai di kamar pun, dia tidak terbangun meski Raja Finn mencium keningnya, mengucapkan selamat tidur, dn mengucapkan selamat ulang tahun untuk yang kesekian kalinya.
***
Waktu berlalu begitu saja, sudah 4 bulan sejak pesta ulang tahun Liam, keluarga kerajaan menikmati momen bersama Ratu Harika yang pulih sementara. Kini kandungan pun Ratu Harika semakin besar dan diketahui ternyata dia mengandung anak kembar. Kebahagiaan lagi-lagi menyelimuti Kerajaan Dandelion. Akan tetapi, para penduduk tidak tahu bahwa mereka akan kehilangan Ratu Harika yang sangat mereka cintai.
Lalu, setiap kali Liam teringat bahwa waktu mereka untuk bersama tinggal sedikit, Liam akan merasa stress dan memicu asmanya kambuh. Sejak ulang tahunnya, sudah berkali-kali Liam jatuh pingsan karena asmanya memburuk dan dia harus istirahat total.
“Menurutku kau terlalu memikirkannya, Liam.” Lyrien yang duduk di tepian kasur menatapnya penuh perhatian.
Liam balas menatap Lyrien. Dia tidak menjawabnya. Nebulizer masih terpasang di wajahnya.
“Kau seharusnya menikmati waktumu bersama Ratu Harika dengan riang,” sambung Lyrien pelan.
Liam diam saja. Dia juga tahu itu, tapi tetap saja hal itu membuat Liam kepikiran. Liam masih tidak siap kehilangan Ratu Harika. Apalagi setiap kali dia sakit, Ratu Harika selalu berada di sampingnya, menjaganya semalaman dan memastikan Liam tetap hangat. Liam tidak bisa membayangkan seperti apa dirinya tanpa Ratu Harika, ibu yang sangat dicintainya. Ini seharusnya kesempatan emas untuk bermanja-manja dengan Mamanya, tapi rasanya dia tidak pantas melakukannya.
“Aku paham perasaanmu, tapi kalau asmamu terus-terusan kambuh, Ratu Harika juga pasti cemas. Kau tidak ingin membuatnya sedih dan khawatir terus-terusan, bukan?” Lyrien mengusap kepala Liam lembut.
Liam mengangguk lemah sambil masih di nebulizer. Lyrien benar, dia tidak seharusnya merasa stress memikirkan ini. Toh, dia sudah melakukan yang terbaik untuk Mamanya, Ratu Harika.
Sebaiknya dia menghabiskan waktu yang berharga ini bersama keluarganya, kalau terus-terusan pingsan, dia akan kekurangan waktu bersama Ratu Harika.
Berkat tekadnya itu, Liam pun berangsur-angsur kembali membaik. Selama itu pula lah Ratu Harika dengan penuh kasih sayang dan perhatian menjaga Liam siang dan malam sampai kondisi Liam benar-benar membaik, setidaknya asmanya sudah bisa dikontrol dan suhu tubuhnya kembali normal. Sementara itu, Raja Finn sedang sibuk mencari pemilik monster Snarfluff yang menyerang istana tempo hari, dia sangat sibuk dan tidak sempat menengok kondisi Liam lagi.
***