Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesta
Langit senja di ibu kota Qianlong tampak indah dengan semburat jingga keemasan, pertanda malam akan segera tiba. Malam ini adalah malam yang penting—pesta penyambutan Jenderal Li Zhen setelah kemenangannya melawan pemberontakan.
Di depan gerbang utama kediaman Jenderal Li, keluarga Li telah berkumpul. Para pelayan sibuk menyiapkan kereta kuda dan kuda-kuda perang yang gagah.
Li Zhu berdiri di tengah, dikelilingi oleh pujian.
"Zhu'er, kau semakin cantik malam ini," puji Jenderal Li Zhen dengan bangga.
"Benar, semua mata pasti akan tertuju padamu," tambah Li Yuan.
"Putri Jenderal Li pasti akan menjadi yang paling bersinar di pesta nanti," sambung Li Shimin.
Pujian demi pujian membuat Li Zhu tersenyum penuh kemenangan. Matanya berbinar, membayangkan dirinya menjadi pusat perhatian di istana kekaisaran.
Ling Zhi, yang berdiri di sampingnya, menatap putrinya dengan penuh kebanggaan. Baginya, hanya Li Zhu yang pantas bersanding dengan putra mahkota, menjadi bagian dari keluarga kekaisaran, dan mengangkat derajat mereka.
Ketika Ling Zhi mengingat Li Mei, dia tersenyum sinis. Kali ini, Li Mei akan menjadi bahan tertawaan sesuai rencananya.
Ketika semua orang bersiap, Li Zhu dan Ling Zhi naik terlebih dahulu ke dalam kereta kuda mewah yang dihiasi ukiran indah.
Jenderal Li Zhen, yang akan berkuda, masih berdiri di tempatnya. Dia menunggu satu orang lagi.
Tak lama kemudian, langkah anggun terdengar dari kejauhan.
Semua kepala menoleh.
Li Mei akhirnya tiba.
Li Mei mengenakan hanfu biru muda dengan aksen perak, anggun dan sederhana.
Di wajahnya, sebuah cadar tipis menutupi setengah dari wajahnya, hanya menyisakan sepasang mata yang tajam dan dalam.
Li Mei terlihat seperti seseorang dari dunia lain—tenang, tidak tersentuh oleh kebisingan di sekitarnya.
Namun, reaksi pertama yang diterimanya adalah dengusan dingin dari Jenderal Li Zhen.
"Lambat sekali," ujar pria itu dengan nada dingin. "Kau akan naik kereta sendiri. Aku tidak mau terlambat hanya karena menunggumu."
Li Mei berhenti sejenak, menatapnya sekilas sebelum mengangguk ringan.
"Baik."
Jawaban singkat itu membuat Jenderal Li Zhen, Li Yuan, dan Li Shimin tertegun.
Biasanya, Li Mei akan merajuk, menangis, atau bahkan bersikeras untuk ikut bersama mereka.
Tapi kali ini? Tidak ada protes. Tidak ada keluhan.
Sikap Li Mei yang datar justru membuat mereka merasa ada sesuatu yang berubah. Dan perubahan Li Mei sejak beberapa hari yang lalu membuat mereka tidak tenang.
Tanpa memedulikan tatapan mereka, Li Mei berjalan melewati mereka dan naik ke kereta kudanya sendiri—sebuah kereta sederhana, berbeda jauh dari kereta Li Zhu yang mewah.
Saat Jenderal Li Zhen masih terdiam dalam keterkejutannya, suara Ling Zhi terdengar dari dalam kereta.
"Suamiku, sebaiknya kita segera berangkat sebelum terlambat," ujar Ling Zhi dengan suara lembut.
Tersadar dari lamunannya, Jenderal Li Zhen mengangguk dan segera menaiki kudanya.
Mereka akhirnya berangkat menuju istana kekaisaran. Di dalam keretanya, Li Mei menatap ke luar jendela, matanya penuh ketenangan.
Malam ini akan menjadi malam yang panjang. Dan ia sudah siap untuk menghadapi semuanya.
🍃🍃🍃🍃
Di langit malam, bulan menggantung tinggi, menyinari halaman luas istana Kekaisaran Qianlong yang dipenuhi lentera berkilauan.
Malam ini, aula utama kekaisaran menjadi pusat perhatian. Para tamu dari berbagai kalangan—pejabat, bangsawan, dan orang-orang terpandang—berkumpul untuk menghadiri pesta penyambutan Jenderal Li Zhen, sang pahlawan perang.
Tak lama, rombongan keluarga Jenderal Li akhirnya tiba.
Kereta kuda berhenti di depan gerbang utama istana. Para tamu yang sudah berada di sana mulai berbisik-bisik, menunggu kemunculan keluarga jenderal yang terkenal itu.
Pintu kereta yang paling mewah terbuka lebih dulu. Li Yuan turun terlebih dahulu, lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Li Zhu.
Li Zhu melangkah turun dengan penuh keanggunan. Malam ini, ia mengenakan hanfu ungu yang dihiasi bordiran emas dan perak. Rambutnya disanggul tinggi dengan hiasan giok berkilauan. Wajahnya berseri, penuh percaya diri.
Begitu kaki Li Zhu menyentuh tanah, bisikan pujian langsung terdengar.
"Lihat nona Li Zhu, begitu anggun dan menawan!"
"Dia benar-benar pantas menjadi permaisuri masa depan!"
"Jika dibandingkan dengan Li Mei, benar-benar jauh berbeda!"
Mendengar pujian yang mengalir seperti sungai, Li Zhu tersenyum penuh kemenangan. Rasa bangganya semakin membuncah, terutama saat beberapa gadis bangsawan menatapnya dengan iri.
Di sisi lain, Jenderal Li Zhen turun dari kudanya dan dengan penuh kehormatan membantu Ling Zhi turun dari kereta
Ling Zhi, yang mengenakan pakaian indah layaknya wanita berstatus tinggi, tersenyum penuh arti.
Dalam hatinya, ia sudah membayangkan bagaimana Li Mei akan menjadi bahan tertawaan malam ini.
Namun, senyum itu perlahan luntur saat ia menoleh dan melihat Li Mei turun dari kereta kudanya.
Tidak ada pakaian norak.
Tidak ada perhiasan berlebihan.
Sebaliknya, Li Mei mengenakan hanfu biru muda yang anggun dengan hiasan bordiran halus berwarna perak. Cadar tipis menutupi sebagian wajahnya, hanya menyisakan mata tajam dan tenangnya.
Para tamu yang sudah bersiap menertawakan Li Mei kini malah terdiam.
Bukan karena kecantikannya yang luar biasa, tetapi karena ia tampak berbeda.
Dulu, Li Mei selalu tampil berlebihan, menjadi bahan tertawaan. Tapi malam ini?
Sederhana, tapi tetap anggun.
Ling Zhi yang melihatnya mengerutkan kening. Ini bukan rencananya. Bukankah seharusnya Li Mei mengenakan hanfu mencolok yang dikirimnya?
Tak bisa menahan diri, Ling Zhi mendekati Li Mei dan bertanya dengan suara rendah, "Kenapa kau tidak memakai pakaian yang kuberikan, itu dari ayahmu?"
Li Mei menoleh perlahan. Dengan suara lembut namun penuh ketegasan, ia menjawab, "Pakaian pemberian Nyonya tidak cocok untukku. Itu untuk selera para jalang, di rumah bordil."
Jawaban itu sederhana penuh sindiran, namun cukup untuk membuat Ling Zhi terdiam dan menahan rasa kesalnya.
Li Mei melangkah dengan tenang ke belakang Jenderal Li Zhen dan saudara-saudaranya. Seperti biasa, ia tetap berada di posisi paling belakang. Namun, untuk pertama kalinya, kehadirannya tidak dipandang sebagai lelucon.
Saat mereka akhirnya melangkah masuk ke aula utama, seorang kasim kekaisaran dengan suara lantang mengumumkan:
"Jenderal Li Zhen beserta keluarga tiba!"
Pintu aula pesta terbuka lebar.
Semua mata tertuju pada mereka.
Jenderal Li Zhen berjalan paling depan dengan penuh wibawa, berdampingan dengan Ling Zhi. Di belakang mereka, Li Yuan dan Li Shimin mengapit Li Zhu, yang tersenyum penuh percaya diri.
Namun, kejutan terjadi.
Saat para tamu menoleh ke bagian paling belakang, mereka terkejut.
Tidak ada Li Mei yang berpakaian mencolok atau norak.
Sebaliknya, yang mereka lihat adalah seorang gadis dalam balutan hanfu biru muda, melangkah tenang dengan cadar tipis yang menambah kesan misterius.
Bibir beberapa orang terbuka, seolah ingin mengeluarkan ejekan. Tapi, tidak ada yang bisa mereka katakan.
Suasana hening sejenak sebelum bisikan-bisikan kembali terdengar.
"Kenapa Li Mei berbeda malam ini?"
"Bukankah biasanya dia selalu terlihat memalukan?"
"Dia ... terlihat lebih anggun dari sebelumnya."
Dari jauh, Li Zhu yang mendengar bisikan itu mulai merasa terganggu. Seharusnya, hanya dia yang mendapatkan perhatian malam ini.
Sedangkan Li Mei tetap melangkah dengan tenang, seolah tidak peduli dengan segala tatapan di sekelilingnya.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt