NovelToon NovelToon
JERAT SUTRA BERDURI

JERAT SUTRA BERDURI

Status: sedang berlangsung
Genre:Menjual Anak Perempuan untuk Melunasi Hutang / Pernikahan Kilat / Dijodohkan Orang Tua / Mafia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Arsila

Aruna yang sedang menikmati masa kuliahnya yang santai tiba-tiba dipaksa pulang ke rumah untuk sebuah "makan malam darurat". Ia mendapati keluarganya di ambang kehancuran finansial. Ayahnya terjerat hutang pada keluarga Gavriel, sebuah klan penguasa bisnis yang kejam. Aruna "dijual" sebagai jaminan dalam bentuk pernikahan politik dengan Damian Gavriel, pria dingin yang mempesona namun manipulatif

bagaimana cara aruna mengahadapi takdirnya?..... yuk, baca selengkapnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Arsila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Home Sweet Home (dan Drama Kompor Meledak

​Mansion Gavriel tidak lagi terasa seperti museum berhantu. Sejak Lukas didepak dan Ibu Elena pindah, suasana rumah itu berubah total. Jika dulu suasananya sedingin kutub utara, kini suasananya lebih mirip pasar malam karena suara Aruna yang selalu bergema di setiap sudut ruangan.

​"Mas Damian! Tolong jangan ditaruh jasnya di sofa! Nanti kalau Ibu Elena lihat, beliau bisa mengira kita sedang buka jasa laundry kiloan!" teriak Aruna dari arah dapur.

​Damian, yang baru saja pulang dari kantor barunya sebagai CEO yang sah, hanya bisa menghela napas sambil tersenyum tipis. Ia berjalan menuju dapur dan menemukan pemandangan yang membuat jantungnya hampir copot Ibunya, Elena, sedang memakai celemek bergambar ayam jago, sibuk mengaduk sesuatu bersama Aruna.

​"Ibu? Ibu sedang apa?" tanya Damian panik. Ia masih sangat protektif terhadap ibunya yang baru saja pulih dari trauma panjang.

​Elena menoleh, wajahnya terlihat jauh lebih segar dan bercahaya. "Oh, Damian. Ibu sedang belajar membuat 'Seblak Mewah' ala Aruna. Katanya, kunci kebahagiaan itu ada di kencur yang melimpah."

​Damian menatap Aruna dengan pandangan 'apa-apaan-ini'. Aruna hanya nyengir tanpa dosa. "Tenang saja, Mas. Ibu Elena ternyata punya bakat terpendam jadi koki kuliner pedas. Beliau bahkan bilang kalau kencur itu aromanya sangat terapeutik, lebih baik dari aroma lilin aromaterapi di sanatorium dulu."

​Namun, kehidupan baru tidak selamanya mulus. Elena, meskipun lembut, ternyata memiliki standar kebersihan yang sangat tinggi warisan dari masa kejayaannya sebagai sosialita papan atas.

​Sore harinya, Aruna mendapati Elena sedang berdiri di depan lemari piring sambil memegang sebuah piring yang sedikit retak di pinggirnya.

​"Aruna sayang," panggil Elena lembut. "Piring ini... kenapa masih ada di sini? Di keluarga Gavriel, piring yang luka itu tandanya rezekinya juga bisa luka."

​Aruna menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aduh, maaf Bu. Itu piring hoki saya. Biasanya kalau saya makan mi pakai piring itu, bumbunya terasa lebih gurih dua kali lipat."

​Elena tertawa kecil, suara tawa yang sangat mirip dengan Damian. "Kamu ini ada-ada saja. Tapi baiklah, untuk hari ini piring hokimu boleh tinggal. Tapi besok, kita harus belanja perlengkapan rumah yang baru. Kamu harus mulai belajar menjadi nyonya rumah yang sesungguhnya."

​Aruna merasa pundaknya mendadak berat. Menjadi nyonya rumah? Aku bahkan masih sering lupa mematikan kompor! batinnya.

​Malam harinya, setelah makan malam yang penuh dengan tawa (dan sedikit rasa pedas yang membuat Damian berkali-kali minum air), Aruna duduk di balkon kamar mereka. Damian datang dari belakang, menyampirkan selimut di bahu Aruna.

​"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Damian.

​"Hanya merasa... ini seperti mimpi, Mas. Beberapa minggu lalu aku masih dikejar hutang dan hampir dijual Ayah ke Mas. Sekarang, aku duduk di sini, punya Ibu Mertua yang baik, dan punya suami yang... yah, lumayan tampan kalau tidak sedang merengut."

​Damian menarik Aruna ke dalam pelukannya. "Ini bukan mimpi, Aruna. Ini adalah hidup yang seharusnya kita miliki sejak awal."

​"Mas," Aruna menengadah, menatap mata suaminya. "Apa Mas tidak menyesal? Mas kehilangan banyak sekali hal karena memilihku. Reputasi Mas di depan kolega Lukas pasti hancur."

​Damian mencium kening Aruna. "Reputasi bisa dibangun kembali. Tapi seseorang yang berani membawakan mi instan ke tempat persembunyianku dan menendang tiner ke kaki penculik... itu hanya ada satu di dunia. Dan aku beruntung memilikinya."

​Aruna tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya di dada Damian. Namun, suasana romantis itu segera buyar saat terdengar suara PRAAANG dari arah dapur.

​"Aduh! Itu pasti piring hoki saya jatuh!" Aruna langsung melompat berdiri.

​"Aruna! Biar pelayan saja yang bereskan!" teriak Damian.

​"Tidak bisa, Mas! Itu piring sejarah!" Aruna berlari keluar kamar dengan sandal jepitnya yang berbunyi plok-plok-plok di atas lantai marmer mahal.

Damian hanya bisa memijat pelipisnya sambil melihat Aruna yang sudah menghilang di balik pintu. Kehidupan barunya memang penuh kejutan; dari menghadapi mafia bersenjata hingga menyelamatkan piring retak. Namun, di balik kericuhan itu, ia merasakan kedamaian yang belum pernah ia kecap sebelumnya.

​Keesokan paginya, suasana meja makan sedikit berbeda. Ada sebuah kartu undangan berwarna rose gold yang tergeletak di samping cangkir kopi Damian. Aruna menatap kartu itu dengan tatapan yang sulit diartikan—antara semangat membara dan kecemasan yang akut.

​"Undangan apa ini?" tanya Damian sambil menyesap kopinya.

​"Itu... undangan reuni akbar jurusan sosiologi kampusku, Mas," jawab Aruna pelan. Ia menusuk-nusuk telur mata sapinya dengan garpu. "Semua teman-temanku akan datang.

Termasuk Tiara yang sudah pasti akan pamer pacar barunya yang katanya 'mirip aktor drakor tapi versi ekonomis'."

​Damian menaikkan sebelah alisnya. "Lalu kenapa kamu tampak ragu? Bukankah ini kesempatanmu untuk pamer bahwa kamu sudah jadi Nyonya Gavriel?"

​Aruna menghela napas panjang. "Bukan itu masalahnya, Mas. Masalahnya adalah... di sana pasti ada Raka. Dia itu... mantan pacarku pas zaman semester awal. Dulu dia mutusin aku karena katanya aku terlalu berisik dan memalukan kalau diajak ke acara formal. Dia sekarang kabarnya jadi pengacara muda sukses dan tunangannya adalah anak pemilik bank."

​Damian meletakkan cangkir kopinya. Matanya yang tajam menatap Aruna dengan intensitas yang berbeda. Ada sedikit percikan api persaingan yang mendadak tersulut.

"Terlalu berisik? Memalukan?"

​"Iya," Aruna mengerucutkan bibirnya. "Dia selalu bilang aku ini 'kerupuk di tengah pesta steak'. Tidak nyambung."

​Damian berdiri, berjalan mengitari meja, dan berdiri tepat di belakang Aruna. Ia membungkuk, membisikkan sesuatu tepat di telinga Aruna yang membuat bulu kuduk gadis itu berdiri. "Kalau begitu, mari kita tunjukkan pada pengacara muda itu, bahwa 'kerupuk' ini sekarang adalah pemilik dari seluruh lantai restoran 'steak' tersebut."

​Aruna menoleh, wajahnya memerah. "Maksud Mas?"

​"Aku akan menemanimu ke reuni itu," ujar Damian dengan nada mutlak. "Dan aku pastikan, saat kita masuk ke ruangan, mantan kekasihmu itu akan merasa bahwa keputusannya meninggalkanmu adalah kesalahan finansial dan emosional terbesar dalam hidupnya."

​"Mas Damian mau ikut?" Aruna matanya berbinar-binar. "Mas tidak malu punya istri yang hobi makan kerupuk kaleng?"

​Damian tersenyum miring, senyum yang sangat jarang ia tunjukkan namun selalu berhasil membuat Aruna terpana. "Kenapa harus malu? Kamu adalah satu-satunya orang yang bisa membuat seorang Gavriel mencuci mangkuk mi instan sendiri. Itu adalah pencapaian yang tidak dimiliki tunangan anak pemilik bank manapun."

​Sepanjang hari itu, Aruna mendadak jadi sangat sibuk. Ia mulai memilih baju, namun setiap baju yang ia pilih ditolak oleh Damian. Akhirnya, Damian memanggil penjahit pribadi keluarganya ke mansion.

​"Pilihkan kain terbaik," perintah Damian pada penjahit itu. "Aku ingin dia terlihat seperti berlian yang terlalu terang untuk dipandang oleh orang-orang dari masa lalunya."

​Ibu Elena, yang melihat kesibukan itu dari ruang tengah, hanya tersenyum sambil menyesap tehnya. "Sepertinya anakku benar-benar sudah terjebak dalam jeratnya sendiri ya, Aruna?"

​"Hehe, iya Bu. Doakan Aruna tidak keseleo pas pakai sepatu hak tinggi nanti ya!"

​Namun, di sisi lain kota, di sebuah kantor hukum mewah, seorang pria bernama Raka sedang menatap undangan yang sama. Di sampingnya, seorang wanita cantik sedang memoles kuku.

​"Raka, kamu dengar kabar tidak? Katanya Aruna Maheswari menikah dengan orang kaya untuk bayar hutang ayahnya," ujar wanita itu sinis.

​Raka tersenyum meremehkan. "Paling-paling dia hanya jadi pajangan di rumah orang tua bangka. Aruna itu tidak punya kelas. Kita lihat saja nanti di reuni, seberapa menyedihkannya hidup dia sekarang."

​Raka tidak tahu, bahwa 'orang tua bangka' yang ia bayangkan adalah seorang predator puncak yang siap menghancurkan harga dirinya dalam satu malam.

1
shabiru Al
aruna jeli juga yah...
shabiru Al
waduh,, bakalan jadi korban barunya aruna nih si raka
shabiru Al
ini gimana sih thor aruna bilangnya saya saya terus sementara damian bilangnya aku
shabiru Al
buset aruna masih sempet kepikiran mesen makanan onlen cod lagi 🤭
shabiru Al
tdkah aruna ingin belajar menjadi lebih cerdik,, tdk mungkin jika harus bergantung terus sama damian kan.. tak selamanya damian akan ada d sisi aruna
shabiru Al
sudah mulai falinginlop kah.... 🤭
shabiru Al
aruna yang out of the box😄
shabiru Al
nah kan bener damian mengerikan,, dia bisa merancang sekenario dengan sangat rapih
shabiru Al
kok damian sedikit mengerikan ya...
shabiru Al
aruna ya gokil abis,, berbanding terbalik dengan damian
shabiru Al
mampir ya thor....
Ayu Arsila: silahkannn🤭
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!