Rasa cinta yang sangat besar pada Gentala Wiliam Manggala membuat Alena secara ugal ugalan mengejar cintanya. berkali kali di tolak tidak membuat gadis itu menyerah, hingga suatu hari dia mendengar kalimat menyakitkan dari Wiliam.
"wajar kau bertanya seperti itu? kau pikir aku semurah itu? aku hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan, paham!!" -kalimat Wiliam yang secara tidak sengaja menghancurkan hati Alena.
bukan, bukan karena di tolak lagi, tapi kalimat yang mengatakan 'hanya kasihan karena hidupnya menyedihkan' membuat Alena runtuh.
sore itu di tengah hujan deras Alena terlibat kecelakaan maut hingga gadis itu di larikan ke rumah sakit.
ajaibnya, setelah satu Minggu di rawat, Alena kembali tersadar, tapi yang membingungkan Alena tersadar di raga orang asing bernama Nadira Fernandez, seorang gadis yang di kucilkan oleh keluarganya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
kemarahan Wiliam
sudah hampir satu bulan Wiliam tidak pernah lagi datang ke sekolah.walau pada dasarnya kecerdasan Wiliam di atas rata rata dan dia juga dari keluarga yang sangat berpengaruh tapi harusnya dia akan tetap ke sekolah walau hanya sekedar formalitas.
mommy Alisia sekarang tengah menceramahi putra satu satunya itu.
"sayang, kau harus ke sekolah ya" suara lembut itu masih terdengar sejak tadi namun Wiliam acuh. dia tidak akan pernah datang ke sekolah karena disana pun tidak ada bedanya. bahkan di sekolah kenangan dari Alena lebih banyak di bandingkan di apartemen.mungkin setiap sudut sekolah ada kenangan dari Alena.
"enggak mom!" jawaban yang masih sama, Wiliam ini memang benar benar mewarisi sifat ibunya yang keras kepala.
"oh iya, aku dengar di kelas kamu ada murid baru, emang kamu nggak papa jika kursi dan meja Alena akan di duduki olehnya?" kali ini pasti berhasil, mommy Alisia tahu betul jika semua tentang Alena akan membuat putranya berpikir dua kali.sementara Xavier Manggala dan anak gadisnya Aurora Manggala hanya diam menyimak sejak tadi.keduanya tidak mau ikut campur jika mommy Alisia sudah bicara.
"maksud mommy??" tanya Wiliam,
" iya coba kamu bayangkan, anak baru itu duduk di kursi yang Alena tempati dulu, emang kamu terima?" di tanya seperti itu tentu saja jawabannya tidak terima. Wiliam tidak pernah mau jika semua tentang Alena harus di hapus oleh jejak orang lain. mendengar penuturan lebih lanjut dari sang mommy membuat Wiliam bergegas ke kamar untuk berganti seragam.
.
.
.
sementara di sekolah Alena mengikuti langkah pak Broto yang akan mengisi kelas mereka di jam pertama. hari ini Alena kembali masuk ke kelasnya setelah hampir sebulan dia tinggali.
"selamat pagi anak anak" sapa pak Broto kala masuk ke dalam kelas 12A
"pagi pak!!" jawab para murid kelas 12A yang Alena kenal satu persatu diantara mereka. Mereka tampak heboh saat Alena masuk ke kelas mereka.
"hari ini kalian kedatangan teman baru, dia akan membersamai perjalanan kalian selama satu tahun kedepan, Nadira silahkan perkenalkan diri!" pak Broto memanggil Alena.
dengan tenang dan gaya angkuh Alena kembali memperkenalkan diri di hadapan mereka tapi mengunakan nama Nadira.
"halo salam kenal semuanya,, saya Nadira Fernandez, kalian bisa panggil aku Nadira atau Dira" selesai, Alena kini menuju kursi paling belakang. saat melewati kursinya dulu Alena melirik sejenak, masih dapat ia lihat banyak sekali stiker yang tertempel dengan nama Gentala disana. mengingat itu Alena jadi tersenyum merasa geli sendiri dengan sikap kekanak kanakannya dulu. jika di pikir pikir kembali dia ternyata se alay itu.
"kau pindah ke depan!!" nada bicara yang sangat angkuh, Alena menggebrak meja dan menyuruh gadis berkaca mata yang duduknya paling ujung untuk segera pindah di tempat duduknya dulu.
"ta tapi.." dengan gugup gadis itu menjawab,jujur saja dia takut dengan air otoriter seorang Nadira,mereka persis merasa Dejavu dengan sikap Alena dulunya.
"tidak ada tapi tapi,, kau pindah ke depan sekarang!!" masih dengan sikap otoriternya, Alena mendudukan bokongnya kala wanita berkaca mata yang selalu takut dengan siapapun kini berlari pindah ke kursi Alena.
setelah urusan perpindahan selesai, pak Broto memulai kelasnya. tapi dia harus menghentikan kegiatannya kembali kala pintu ruangan di buka dengan kasar dari luar.
Brakkkkk
Masuklah Wiliam dengan wajah merah padam, pandangannya langsung tertuju pada gadis berkaca mata yang kini duduk di dekat kursinya.tatapan tajam yang Wiliam leparkan seolah menyirat bahwa dia ingin menguliti gadis itu hidup hidup. Alena yang melihat api kemarahan dari Wiliam membuatnya bertanya tanya dalam hati.
dia sangat menakutkan
guman Alena, tapi setelah itu dia kembali fokus pada buku dan ballpoint yang dia coret coret tak jelas.
Brakkkkk
"tendangan maut pada meja yang gadis berkaca mata itu duduki membuat seisi kelas ketakutan.Wiliam mode iblis yang tidak dapat mengendalikan kemarahannya. pak Broto pun sama bingungnya, tapi dia tidak berani menegur anak dari pemilik sekolah itu.
"SIAPA YANG MENYURUHMU DUDUK DISINI BITCH!!!" suara Wiliam sangat keras dan menggelar,, kini tangan kekarnya mencekik leher wanita berkaca mata itu.
Jerry, teman Wiliam satu satunya mendekat berniat menghentikan aksi pria itu. dia takut gadis yang tidak bersalah itu akan mati di tangan Wiliam.
"Wil sadar,, kau tidak boleh seperti ini,dia akan mati nanti!!" ujar Jerry berusaha melepaskan cekikan dari leher gadis itu.
"JANGAN MENGHENTIKANKU SIALAN,, DIA HARUS MATI SEKARANG,, DIA SUDAH BERANI DUDUK DISINI!!" pada akhirnya Jerry berhasil melepaskan tangan Wiliam dari leher gadis berkaca mata itu. dapat Alena lihat wajah memerah di sertai dengan batuk membuat wanita itu terlihat sangat menyedihkan. Alena menjadi merasa bersalah, harusnya dia yang menerima amukan dsri Wiliam bukan gadis tak bersalah itu.
"kenapa kau sampai marah segitunya hanya karena bangku dan kursi ini?? ini bukan kursimu tapi kursi Alena!!" ujar Jerry tidak tahu lagi hendak ngomong apa.
"justru karena ini kursi Alena, aku tidak mau ada yang menduduki kursinya!!!! hanya dia yang boleh duduk disini, tidak ada yang lain Paham!!" perkataan itu masih mengandung luka. Wiliam sudah menjadi pria gila, dulu dia tidak segitunya, dia bahkan sangat tenang dalam menjalankan hidupnya,tapi sekarang? Alena menggeleng kepalanya tidak percaya.
"tapi Wiliam, sudah tidak ada kursi kosong lagi, lalu dia harus duduk dimana??" pak Broto bersuara setelah lama berdiam.
Wiliam memandang guru tersebut dengan wajah tak bersahabat membuat pak Broto menelan ludah kasar. apa dia salah bicara? pikirnya dalam hati.
"sekolah ini tidak kekurangan meja dan kursi kan?? siapapun tidak ada yang boleh duduk di kursi ini titik!" Wiliam duduk di kursinya sembari menghembus nafas kasar. dia tidak mempedulikan gadis berkacamata yang masih berdiri dengan suara tangis sesenggukan.
"Mila, sini!! kau duduk kembali disini,, maaf ya.." Alena memanggil Mila kembali ke kursinya,hendak apa lagi ,dia saja yang akan mencari kursi lain.
deghhh!!!
suara yang cukup familiar, Wiliam menoleh mencari sumber suara itu. mata Wiliam terhenti pada sosok gadis asing yang kini berdiri dengan tas gendong di bahunya. yang menjadi pusat perhatian Wiliam adalah dimana gadis itu berpenampilan menyerupai Alena. dapat Wiliam lihat jaket berkulit hitam yang menempel di kursinya dengan kunci motor di tangan gadis tersebut.
apa dia anak barunya?
Wiliam bertanya dalam hati karena memang ini pertama kali dia melihat murid tersebut di kelasnya.
"tapi kamu duduk dimana Dira?" Mila, gadis berkacamata yang hampir nyawanya melayang barusan kini menghampiri kursi Alena.
"kau duduk dulu disini, aku akan mengambil kursi dan meja di gudang nanti!" Alena membiarkan Mila duduk, dia kemudian melirik Vallerio yang masih betah diam sedari tadi.
seolah bicara lewat telepati, Vallerio berdiri dan mengikuti langkah Alena.
"pak saya permisi keluar dulu!" ujar Alena meminta izin pada pak Broto.
"tapi,, kamu emangnya tahu dimana letak gudangnya??" tanya pak Broto.
"tau,, em maksud saya nanti Vallerio yang memberi tahu saya kan pak" hampir saja Alena keceplosan, tapi dia dengan cepat mengalihkan ucapannya. Vallerio dan Alena keluar dari kelas mereka untuk mengambil kursi yang nantinya akan Alena duduki.
keakraban keduanya tak luput dari tatapan mata elang Wiliam, kenapa melihat anak baru itu membuat Wiliam merasa dejavu. dari penampilan sampai pada pertemanan kenapa seakan anak baru itu mengkopi semuanya tentang Alena?. Wiliam masih berperang dengan segala pikiran yang janggal di otak cerdasnya.
______