Bagaimana rasanya ketika suami yang Aurel selalu banggakan karena cintanya yang begitu besar kepadanya tiba-tiba pulang membawa seoarang wanita yang sedang hamil dan mengatakan akan melangsungkan pernikahan dengannya? Apakah setelah ia dimadu rumah yang ia jaga akan tetap utuh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aure Vale, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Satu
Aurel yang sedang menyiapkan makan malam untuk menyambut kedatangan suaminya tersentak karena tiba-tiba gelas yang sedang ia bawa jatuh dan pecah menjadi serpihan-serpihan kecil di lantai.
"Astaghfirullah, ada apa ini? Kenapa tiba-tiba perasaan aku gak enak?" lirih Aurel sembari mengambil satu pecahan gelas yang paling besar diantara serpihan-serpihan lainnya.
Aurel mengambil sapu, lalu mengumpulkannya menjadi satu ke dalam sebuah pengki, Aurel juga tidak lupa untuk membuangnya ke dalam plastik agar tidak kembali berserak dan melukai orang lain yang mengambil sampah di halaman rumahnya setiap pagi.
Aurel kembali tersentak ketika mendengar suara pintu terbuka dan terdengar suara salam dari arah ruang tamu, Aurel menjawab salamnya dengan sedikit berteriak agar terdengar oleh suaminya, ia tahu itu suaminya, oleh karena itu ia segera berlari kecil untuk menyambut suaminya yang baru pulang dari luar kota, ia sudah sangat merindukannya karena selama sebulan ini, mereka hanya bertukar pesan lewat telpon dan chat.
"Mas," sambut Aurel dengan senyum lebarnya, ia hendak mengalami suaminya tapi seorang wanita yang muncul di dari belakang suaminya membuat Aurel menghentikan gerakannya, Aurel menatap heran wanita berkerudung pink yang menatap canggung dirinya.
Siapa wanita berkerudung pink itu? Apakah itu salah satu rekan kerja suaminya? Atau mungkin salah satu karyawan di kantor suaminya? Pertanyaan-pertanyaan bingung mulai menumpuk di kepala Aurel membuat ia tidak tahan untuk tidak bertanya langsung.
"Siapa, Mas?" tanya Aurel berusaha untuk bertanya sesopan mungkin agar wanita itu tidak merasa terintimidasi olehnya.
Erven, sang suami langsung tersenyum dan menoleh kepada wanita yang berdiri di sebelahnya.
"Boleh kita duduk dulu, setelah ini Mas akan menjelaskan kepadamu?" izin Erven dengan suara lembutnya yang khas.
"Oh, boleh, Ayok!" ajak Aurel kepada wanita yang hanya diam sambil menundukkan kepalanya itu, wanita itu mengangguk lalu mengikuti langkah Erven yang berjalan lebih dulu dari Aurel.
Melihat itu, tentu saja Aurel merasa kebingungan, mengapa wanita itu malah membuntuti suaminya? apakah Aurel semenyeramkan itu sampai membuat wanita itu tidak mau berjalan di sampingnya, lebih heran lagi ketika suaminya duduk, wanita itu malah ikut duduk di sofa yang sama dengan suaminya, dan hanya menjaga jarak sekitar beberapa senti saja.
"Jadi apa, Mas?" tanya Aurel berusaha biasa saja walaupun hatinya mulai merasa tidak nyaman dengan pemandangan di depannya, bagaimana pun Aurel harus tetap menjaga sikapnya sebagai istri dari atasan wanita itu.
Erven terdengar menghela nafas kecil sebelum menggenggam kedua tangan Aurel di depannya, mereka hanya terhalang kursi kaca panjang yang memanjang, jadi Erven masih bisa meraih kedua tangan istrinya.
"Mas, gak enak loh sama karyawan kamu," ucap Aurel kecil, bukannya ia menolak sikap romantis suaminya, ia hanya ingin menjaga sikapnya di hadapan karyawan Erven, takutnya wanita itu merasa tidak nyaman bertamu di rumahnya.
"Namanya Jihan, dia bukan karyawan mas," balas Erven membuat Aurel mengerutkan dahinya tidak paham, kalau bukan karyawannya, lalu siapa?
"Mas sengaja bawa dia ke sini untuk ketemu kamu," sejenak Erven memejamkan matanya sembari menghela napas kecil, lalu kembali terbuka menatap kedua mata Aurel dalam, "Aurel sayang, Mas izin untuk menikahi Jihan," ucap Erven dengan sakali tarikan napas.
Tubuh Aurel menegang, apa katanya? Izin menikahi Jihan? Kenapa? banyak pikiran-pikiran buruk yang bermunculan di kepala Aurel, tapi tidak satu pun keluar dari kedua bibirnya.
"Aurel," panggil Erven karena istrinya yang hanya diam saja menatap dirinya tapi pandangannya kosong.
"Maksudnya apa ini?" tanya Aurel langsung melepaskan kedua tangannya dari genggaman Erven.
"Jihan baru saja mengalami pelecehan seksual di kantor mas sendiri, mas harus tanggung jawab atas perbuatan salah satu karyawan mas di kantor cabang, jad... "
"Kenapa tidak pria yang melakukannya saja yang bertanggung jawab? Kenapa harus kamu, mas?" tanya Aurel menyela ucapan suaminya.
Erven menghela napasnya lagi, lalu melirik Jihan yang hanya menunduk di sebelahnya sebelum ia kembali menatap istrinya.
"Tidak bisa, dia langsung meninggal di tempat begitu karyawan mas yang lain memergokinya, di sana karyawan mas menghajarnya habis-habisan, karena mereka kepalang emosi dengan perbuatannya," ujar Ervan.
"Masih banyak laki-laki di luar sana mas, mas tidak perlu bertanggung jawab atas kesalahan yang tidak mas perbuat," beritahu Aurel membuat Erven menggeleng tidak setuju.
"Tidak bisa, Tidak ada satu pun dari mereka yang mau menikahi Jihan, mas menjadi pilihan terakhir, oleh karena itu mas menikahinya semata-mata untuk menolongnya,"
"Aku tidak mau, mas, aku tidak mau dimadu, aku tidak ingin memiliki madu," tolak Aurel memundurkan duduknya dan memalingkan wajahnya dari Erven yang menatap melas kepadanya.
Aurel terkejut ketika ia merasakan seseorang memeluk kakinya, ia menundukkan pandangannya dan mendapati Erven yang menangis sembari memeluk kedua kakinya.
"Mas mohon Aurel, izinkan mas untuk menikahi Jihan, jika mas tidak menikahinya, rasa bersalah itu akan terus menggerogoti diri maa sendiri, Jihan mengalami pelecehan di kantor milik mas, dan itu artinya mas harus tanggung jawab karena laki-laki yang seharusnya tanggung jawab sudah tiada," bisik Erven dengan suara yang sangat lirih bahkan hampir tidak terdengar oleh Aurel, jika saja Aurel tidak menundukkan wajahnya lebih dalam lagi.
"Mas janji tidak akan mencintai Jihan, niat mas hanya untuk menolongnya dan tanggung jawab atas apa yang karyawan mas perbuat,"
Bianca mendongakkan wajahnya, mencegah air matanya agar tidak semena-mena turun ke pipinya, ia hanya tidak ingin terlihat sangat menyedihkan di hadapan wanita yang ingin suaminya nikahi.
Sungguh, tidak pernah terlintas dalam benak Aurel jika ia akan di madu oleh suaminya, suaminya yang ia percaya bisa menjaga hatinya sampai maut memisahkan mereka, suaminya yang ia percaya hanya akan menjadikan dirinya seorang ratu dalam kehidupan suaminya, suaminya yang mencintai dirinya, suaminya yang rela kelelahan hanya karena bisa membuatkan makanan kesukaan dirinya selepas ia pulang kerja.
Tapi hari ini, semuanya itu hancur, tidak ada lagi Erven yang akan mengatakan jika dirinya hanya satu-satunya di hati dan juga hidupnya, karena kini, Ervan rela berlutut dan memohon di kakinya hanya karena meminta izin untuk menikahi wanita lain.
istri normal mana yang rela jika suaminya menikah lagi? istri normal mana yang akan mengizinkan suaminya memadu dirinya, tidak ada yang mau, semua wanita tidak ada yang mau di madu.
"Mas janji, Aurel, Mas janji hanya menikahinya dengan niat menolong, mas tidak sedikitpun menaruh perasaan kepada Jihan," mohon suaminya lagi.
Lihatlah, bahkan Erven menangis untuk wanita lain, bohong jika nanti suaminya tidak akan jatuh cinta kepada Jihan, karena suatu saat nanti suaminya akan diam-diam mencintai Jihan.
_________________________________________
Gimanaa guys menurut kalian, Erven ini udah bener belum, masa keukeuh pengen tanggung jawab sama yang bukan kesalahan diaaa...
Menurut kalian gimana ini ceritanya
Seru atau anehh guyss
Komen yaaaa
jangan lupa juga tinggalin jejak kalian disini
Thankyou 😘
bye bye aja lah