NovelToon NovelToon
JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

JALAN HIJRAH SEORANG PENDOSA

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Cintamanis / Kisah cinta masa kecil / Menikah Karena Anak / Anak Yang Berpenyakit
Popularitas:18.8k
Nilai: 5
Nama Author: Pena Remaja01

Warning⚠️

Siapkan tisu karna banyak adegan mengharukan mungkin akan menguras air mata.

_____
Menceritakan perjalanan hidup seorang pemuda bernama Firman yang berprofesi sebagai seorang pengedar obat-obatan terlarang. Sekian lama berkecimpung di dunia hitam, akhirnya Firman memilih berhijrah setelah mendapatkan hidayah melalui seorang anak kecil yang ia temukan di tepi jalan.

Akan tetapi, semua itu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak halang rintangan yang menghambatnya keluar dari dunia hitam.

"Jack, mungkin aku akan keluar dari dunia hitam ini."

"Kau jangan gila, Man! Togar akan mencari dan membunuh kau!"

Dapatkan Firman keluar dari dunia hitam setelah bertahun-tahun berkecimpung di sana. Dan apakah ia akan Istiqomah dengan pendiriannya, atau akan kembali kejalan yang dulu yang pernah ia tempuh.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena Remaja01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

"Biar mudah, nanti bang Ash bisa membagi buku ini menjadi tiga bagian. Tandai pada bagian Aqidah, Fiqh dan tasawwuf. Setelah itu-"

"Saya saja yang menandai, biar ada kerjaan," potong Firman.

Hari ini ia di ajak Aisyah ke taman yang ada di menggunakan kursi roda. Alasan Aisyah membawa Firman ketaman karna Nayla juga datang bersamanya.

Diatas meja taman itu terdapat sekotak coklat dan kue, buah tangan yang di bawa Aisyah dan Nayla. Padahal Firman sudah sering berpesan pada Aisyah agar jangan membawa apa-apa lagi kalau datang menjenguknya. Sungguh, Firman merasa segan menerima pemberian gadis itu.

Aisyah memasukkan kembali buku tersebut kedalam tas. Di dalam tas itu juga terdapat alat tulis agar Firman bisa menulis apa yang penting saat menonton ceramah di YouTube nanti. Aisyah turut senang melihat semangat Firman belajar ilmu agama.

"Apa ada yang perlu bang Ash tanyakan?" tanya Aisyah.

"Ada, tolong masukkan semua ini pada catatan hutang saya. Takutnya saya lupa." Firman memang berniat akan mengganti semua uang yang telah di keluarkan Aisyah untuknya setelah dirinya keluar dari rumah sakit ini. Walau ia sendiri belum dapat gambaran dari mana akan mendapatkan uang untuk mengganti semua itu.

Aisyah menggeleng dengan senyum kecil. "Baiklah."

Cahaya matahari pagi ini tidak begitu terik. Firman berjemur di bawanya. Ia sudah bisa berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi karna masih di rumah sakit ia terpaksa menurut ketika Aisyah menyuruhnya duduk di kursi roda tadi.

"Aisyah, kenapa tadi kamu ajak aku kesini?" Nayla bersuara. Pada hari Jumat, restoran milik orang tuanya memang tidak buka. Biasanya Nayla akan menghabiskan waktu dengan kesibukannya. Tapi pagi tadi Aisyah tiba-tiba datang dan mengajaknya membesuk Firman kerumah sakit.

"Karna Jack tidak percaya diri kalau bertemu berdua saja dengan Nayla. Sebentar lagi orangnya datang." Firman yang menjawab.

"Jack?" Nayla menoleh pada Aisyah yang duduk di sebelahnya. Sahabatnya itu membalas dengan senyum kecil.

"Bukannya Jack sudah meninggal?" Nayla benar-benar tidak mengerti.

"Itu hanya berita yang di rekayasa saja," balas Firman.

Kening Nayla semakin berkerut.

Firman menggaruk pelipis. Memang susah menjelaskan pada orang yang tidak mengerti dengan masalah hidupnya. Berbeda dengan Aisyah, gadis itu mudah mengerti karna Firman sedikit banyak pernah bercerita tentang masalah yang di hadapinya. "Sekarang ini yang penting Nayla tau kalau Jack masih hidup."

"Kenapa memberitahukan hal ini pada saya?" tanya Nayla.

"Karna bagi Jack, Nayla adalah orang yang penting," jawab Firman. Ia tahu Jack sudah meluahkan isi hati pada Nayla beberapa minggu lalu, karna Jack tidak ingin hanya menyimpan perasaannya. Firman juga tahu tekad Jack ingin berhijrah setelah meluahkan isi hatinya pada Nayla. Pemuda itu rela mati setelah meluahkan isi hatinya pada Nayla.

"Saya kenal Jack. Dia tidak pernah main-main jika sudah mengungkapkan isi hatinya pada orang yang di cintainya. Ya, walaupun terkadang sifatnya agak aneh. Datang ke restoran dan duduk di sana sampai tengah malam. Tapi berilah dia kesempatan untuk datang melamar Nayla," bujuk Firman.

"Saya bisa saja terima dia, tapi dengan satu syarat."

"Apa?" Firman menunggu syarat yang akan di sampaikan Nayla.

"Dia harus khatam kitab fardhu ain dan mengamlkan pada kehidupannya. Tapi niat itu bukan untuk saya, tapi Lillahi Taala," sambung Nayla.

Aisyah malah menunduk mendengar syarat yang di sampaikan sahabatnya. Sampai sekarang gadis itu masih belum menyatakan apa-apa pada Firman, karna memikirkan keadaan Firman sekarang ini. Ia tidak ingin membebankan pikiran pemuda itu. Biarlah semua yang ada di hati di pendam dulu.

"Kitab yang mana?" Firman kembali bertanya.

"Kitab Awjazul Mukhtasarat, kitab fardhu ain mahzab imam Syafie. Saya tidak meminta apa-apa tentang mas kawin dan hantaran. Cuma itu saja permintaan saya." Janda muda itu serius mengajukan syarat. Ia tidak mengharapkan seorang lelaki berharta atau pun lelaki yang hapal 30 Juzz, ia hanya mendambakan seorang lelaki yang mengetahui ilmu fardhu ain dan tercermin dalam tingkah dan perbuatan. Yang mencintai ilmu dan bisa mengamalkan pada diri sendiri. Yang mencintai Allah dan Rasulnya.

"Assalamualaikum." Jack tiba-tiba hadir dan menyapa. Pemuda itu tersenyum malu-malu melihat Nayla yang duduk di sebelah dokter Aisyah.

Berbeda dengan Nayla yang kaget melihat kehadiran pemuda itu. Pandangan ia tundukan setelah yakin yang di lihatnya benar Jack.

"Kalau begitu saya dan Aisyah pamit dulu." Nayla berdiri, sedikitpun ia tidak menoleh lagi pada Jack.

Aisyah yang mengerti sahabatnya itu memang tidak nyaman berada di sana ikut berdiri. "Kalau ada apa-apa nanti, bang Ash bisa chat saya melalui mesenger," ucap Aisyah sebelum pergi.

Firman mengangguk dan menyimpulkan senyum. Wajah Jack yang seperti orang bodoh di pandangnya.

Jack sendiri tidak berani mengucapkan sepatah kata untuk menahan Nayla. Ia masih bingung, dimana salahnya? Kenapa mereka pergi ketika dia datang? Keluhan berat di lepaskan pemuda itu, lalu ia duduk di sebelah Firman. "Mereka kenapa? Apa aku ada salah?" tanya Jack keheranan.

"Tidak. Kau tidak ada salah apa-apa. Nayla itu.... Ah, kau tau sendiri dia seperti apa. Mana betah dia berlama-lama bersama laki-laki.  Berbeda dengan wanita-wanita yang pernah kau kenal. Jangan kau ambil hati sikap dia barusan," bujuk Firman.

Jack tersenyum kuda. "Ya, dia memang lain dari wanita lain. Itulah sebabnya aku selalu terpikirkan dia. Kau tau apa yang Kusuka darinya?"

"Apa?" Firman menanti jawaban sahabatnya.

"Matanya yang indah." Jack tersenyum sendiri. Walau Nayla sudah hilang dari pandangan matanya. Tapi kehadiran wanita yang memabukkan hatinya itu masih dia rasakan.

Ah, cinta memang bisa membuat seseorang gila.

"Sudah, jangan menghayal terus.?"

Jack bergelinjak kaget hingga berdiri ketika Firman menepuk kuat pahanya.

"Ishk, kau ini! Untung kau sakit, kalau tidak sudah kuhajar kau!" dengus Jack, lalu kembali melabuhkan duduk.

Firman tertawa kecil. "Sorry. Habisnya kalau tidak aku kagetkan kau tidak akan berhenti menghayal."

Jack memutar bola mata, masih kesal dengan perbuatan Firman tadi.

"Jack, kau sudah dapat kerja belum?" tanya Firman.

"Hm, sudah. Tapi gajinya kecil." Jack merubah posisi duduk lalu meletakkan dagu diatas meja. "Bagaimana caranya kita mengontrak rumah nanti?"

Melamar pekerjaan tanpa ada ijazah memang sulit. Sekarang saja pekerjaan yang di dapat hanya sebagai tukang cuci piring di sebuah rumah makan.

Melamar pekerjaan ke perusahaan pasti yang di tanya ijazah. Bukan keahlian yang di miliki. Berbeda jauh dengan negara barat di luar sana. Yang di nilai keahlian tanpa ada pembatasan usia. Oh, Indonesiaku.

"Sudah, tidak apa. Jangan terlalu di pikirkan. Setelah aku keluar dari rumah sakit, kita bisa tidur di mesjid dulu untuk sementara waktu. Kalau sudah ada uang baru kita cari rumah atau kosan."

"Mana bisa begitu." Jack tidak setuju. Ia tidak akan membiarkan Firman tidur di lantai, sedangkan ia tahu rusuk sahabatnya masih belum sembuh.

"Mungkin besok aku sudah bisa pulang." Pelan suara Firman bicara.

"Serius?" tanya Jack memastikan.

"Ya, pagi tadi dokter sudah memeriksa. Alhamdulilah semua normal. Cuma Minggu depan aku harus datang lagi kesini untuk melakukan fisioterapi. Uang lagi." Firman tersenyum pahit memikirkan dari mana bisa mendapatkan uang.

"Jangan pikirkan hal itu. Uang bisa di cari." Jack menepuk pundak Firman dan meletakkan tangannya disana.

Dulu, mereka memilih jalan sebagai pengedar barang haram karna masalah keuangan. Sekarang masalah itu hadir lagi, mau tidak mau masalah itu di hadapi bersama dengan jalan yang benar.

"Aku pikir untuk sementara waktu, setelah keluar dari sini mau buka usaha service ponsel dan leptop. Biar ada pemasukan uang sedikit sambil istirahat."

***

Yang pertama kali dilakukan Firman setelah keluar dari rumah sakit adalah mendatangi kantor polisi untuk menanyakan perkembangan laporan kehilangan Umar yang pernah di buatnya sebulan yang lalu.

"Man, gimana nanti kalau kita malah bertemu Nia?" bisik Jack sambil memperbaiki letak topinya agar menutupi sebagian wajah

"Tenanglah. Dia bagian narkotika. Kantornya bukan di sini," desis Firman.

Nama mereka masih bersih karna selama menjadi pengedar narkoba mereka belum pernah tertangkap. Walau nama mereka sudah masuk dalam target pencarian orang, tapi pihak polisi belum mengenal wajah mereka. Sedangkan dalam kasus penculikan Nia, tidak ada bukti keterlibatan Firman. Lagian Nia juga mengira Firman telah mati di tembak Togar, karna berita itu memang sudah tersebar ke media.

"Selamat siang? Apa ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang polisi yang bertugas.

"Siang, pak. Saya mau menanyakan laporan tentang orang tua anak bernama Umar. Bulan lalu saya pernah membuat laporan disini," balas Firman.

"Oooh. Kami memang sudah menemukan informasi tentang orang tua anak itu. Dari informasi yang kami dapatkan, ibu dan ayah anak itu sudah meninggal beberapa bulan yang lalu akibat 'sakau'. Kedua orang tua anak itu merupakan pecandu narkoba. Masalah keuangan membuat mereka tidak dapat membeli barang terlarang itu, hingga mengalami sakau. Kami juga tidak ada mendapat informasi tentang keluarga terdekat anak itu." Sebuah foto di perlihatkan polisi itu pada Firman.

Firman lansung mengambil foto itu dan memperhatikan wajah yang tidak asing baginya. Semakin kencang tidak jantungnya saat melihat foto di tangannya.

Flashback 

"Ada uang ada barang!" Firman menampung sebelah tangannya pada seorang pria yang mendekap tubuh sendiri. Bibir pria itu pucat dan bergetar.

"Saya mohon, berikan saya barang itu sekarang." Pria itu melutut di kaki Firman, meminta barang yang di butuhkan tubuhnya. Apabila barang itu tidak masuk ketubuh ia akan menggigil kedinginan.

Firman menendang pria itu tanpa belas kasihan. "Sudah kubilang, ada uang ada barang! Kalau kau tidak ada uang, berhentilah memakai! Mending sekarang kau kerja, cari uang atau berhenti memakai."

"Saya mohon, kali ini saja. Besok saya bayar. Saya janji." Pria itu tidaklah berputus asa. Dia begitu membutuhkan barang itu untuk meneruskan hidup. Wajah Firman di pandang dengan penuh harap.

"Besok? Kau pikir aku ini tukang keridit? Ini kenapa kau bawa anak bini? Kau pikir aku akan kasihan?" Sempat Firman memandang seorang wanita muda yang sedang menggendong anak kecil. 

Di gang sempit yang agak jauh dari rumah warga menjadi tempat pertemuan mereka. Anak kecil yang berada dalam gendongan wanita itu tidak lepas memandang Firman.

"Malam ini. Ya, saya janji malam ini akan saya bayar." Pria itu terus membujuk Firman. Ia dan sang istri sama-sama pecandu.

"Buang-buang waktuku saja kalian!" Firman bersiap untuk pergi.

Flashback habis.

"Man? Kau kenapa?" Jack menepuk bahu Firman yang kebingungan. Keningnya berkerut melihat wajah Firman yang tiba-tiba berubah pucat.

Firman masih diam dengan wajah kebingungan.

Lalu Jack merebut foto di tangan Firman dan mengembalikan pada polisi.

"Terimakasih informasinya, pak. Kami permisi dulu." Segera Jack menarik tangan Firman keluar dari kantor polisi. Ia cemas kalau-kalau Firman sakit lagi, ataualah membuat pengakuan gila.

"Man, kau kenapa? Kau sakit lagi?" Jack semakin kebingungan karna tanyanya tak satupun di jawab Firman.

"Man!" Kali ini suara Jack lebih tinggi. Kedua belah tangannya juga menggoncangkan bahu Firman.

Firman tersentak lalu menggeleng.

"Sudah, ayo kita pergi," ajak Jack.

Firman di bimbing menuju mobil dan di dudukkan di kursi sebelah sopir.

Pikiran Firman masih melayang pada kejadian beberapa bulan yang lalu.

"Man, kau kenapa sebenarnya? Kalau kau masih merasa sakit bilang. Kita bisa kembali kerumah sakit. Jangan pikirkan biaya, kita bisa jual mobil ini untuk biaya pengobatan kau." Jack masih cemas karna Firman masih tidak bersuara. Perlahan gas mulai di injak. Hanya mobil ini yang mereka punya sekarang sebagai penyambung kaki.

Firman kembali menggeleng. Matanya menatap hampa kedepan. Foto yang di lihatnya tadi benar-benar membuatnya shock.

Bocah yang selama ini bersamanya ternyata anak dari salah satu pelanggannya yang mati  karna sakau atau putus mengkonsumsi barang haram.

Firman kemudian menunduk. Hatinya terasa perih menanggung penyesalan.

"Jack, bawa aku ke panti sekarang. Aku mau melihat Umar." Firman tiba-tiba bersuara.

"Hm, baiklah." Jack menurut. Tadinya ia mau membawa Firman kerumah sakit, andai sahabatnya itu tidak juga bersuara.

***

Sepasang kaki kecil itu dengan riang berlari keluar sambil sebelah tangannya di bimbing Jack.

"Yayah!" Melengking suara itu memanggil pria yang duduk di kursi teras depan panti. Ia berlari lebih kencang lagi dan memeluk kaki Firman yang sedang duduk di sana.

Firman mengangkat tubuh kecil itu dan mendudukkan diatas pangkuan.

Jack menyandarkan punggung di dinding dengan kedua tangan mendekap dada sambil memperhatikan yang di lakukan anak dan ayah itu.

"Adik anen Yayah," celetuk mulut murai sikecil.

Firman memeluk tubuh kecil itu penuh kasih. "Maaf," bisik Firman. Suaranya terdengar serak. Setitik demi setitik air mata jatuh menuruni pipi.

Umar mendongak memandang wajah sang ayah yang telah basah oleh air mata. Kedua tangan di ulurkan menyeka air mata itu. "Yayah, kok angis?"

"Aya.... Maaf." Sungguh, Firman tak sanggup menyebut dirinya sebagai ayah. Air mata semakin deras mengalir menuruni pipi. Wajah tanpa dosa itu di usapnya perlahan.

Wajah inilah yang pernah ia lihat beberapa bulan yang lalu. Terlalu banyaknya pelanggan membuatnya susah mengingat lagi ketika bertemu kedua kali. Tapi Firman memang merasa wajah bocah yang di temuinya terlantar di jalan waktu itu tidak asing. Rasanya ia memang pernah melihat. Tapi ia lupa dimana. Setelah melihat foto yang diberikan polisi tadi, Firman baru ingat semuanya.

"Yayah, angan angis agi."

Perbuatan Umar yang seakan membujuknya, semakin melebatkan air mata Firman. Kedua telapak tangan kecil itu masih melekat di pipi.

"Maafkan ayah." Tangis Firman semakin menjadi-jadi. Kedua tangan Umar diambil dan di ciumnya.

Bocah 2 tahunan itu semakin kebingungan melihat perbuatan ayahnya. "Yayah angan angis agi, adik ngak akal kok."

"Tidak sayang. Adik tidak nakal." Tubuh si kecil semakin di peluk erat. Tekad Firman semakin kuat akan menjaga dan melindungi anak yatim piatu itu.

Firman menyandarkan punggung di kursi sedangkan tubuh Umar masih di peluknya erat.

"Yayah, adik ica nyanyi." Umar kembali mendongak memandang ayahnya. Ia ingin menghibur sang ayah yang sedang menangis tanpa ia sendiri tahu sebabnya.

"Ohya? Coba nyanyi. Ayah mau dengar." Firman menyeka air mata sendiri, ia tidak ingin mematikan mood bocah itu.

Umar kembali menyembunyikan wajah di dada Firman. Ia coba mengingat lirik lagu yang sering dinyanyikan bersama teman-temannya.

"Angau oh angau tenapa engtau tuyus..."

1
maya ummu ihsan
karya bagus tp sepi pembaca..sayang srkali..
Sasa Sasa: Gak apa-apa kak. Bukan rezeki mungkin
total 1 replies
maya ummu ihsan
bagus
maya ummu ihsan
bkn kaleng2 nih ternyata firman pernah kuliah kedokteran
Iqlima Al Jazira
kasihan anisa
Iqlima Al Jazira
siapa yang meninggal thor?
oma lina katarina
Lom ngerti nih ceritanya
Iqlima Al Jazira
kejam😡
Sasa Sasa: Biar fealnya dapat
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
jangan terlalu rumit donk thor,
kasian Aisyah 😢
Iqlima Al Jazira
karena mertuanya selalu membandingkan dengan mu. tapi Jack juga keterlaluan pada unar
Iqlima Al Jazira
🤣🤣
®agiel
Masyaa ALLAH....
luar biasa Aisyah dengan ucapannya ya...

karena sebaik baik memohon pertolongan & perlindungan hanya kepada ALLAH SWT saja.

thoyyib Author thoyyib...👍
®agiel
Hahahahaa kejam sekali dokter Fadli ya Thor 🤭
®agiel: saya sih ikutin kata naluri pembaca aja Kaka....hehehee 🤭
Sasa Sasa: 🫢 masa sih?
total 2 replies
®agiel
sungguh memang berat untuk berhijrah menjadi lebih baik & tetap Istiqomah ( taubatan nasuha ), akan tetapi yakin dengan ketetapan ALLAH SWT adalah yang terbaik, tidak ada yang tidak mungkin jika ALLAH SWT sudah berkehendak.

semoga alur di bab ini Author bisa menggiring pembaca, agar bisa juga Istiqomah menjadi pribadi yang lebih baik.

semangat & sehat sehat ya Thor 💪
®agiel: sama sama yaaa...👍
Sasa Sasa: Ammin, makasih kakak🥰
total 2 replies
Usmi Usmi
Nia kan Intel cuma ada kepentingan
Maria Ulfah
update nya lama ya sekarang mah
Sasa Sasa: Dua bab sehari kadang lebih.
total 1 replies
Iqlima Al Jazira
next thor
Sasa Sasa: Oke kak
total 1 replies
Agus Tina
Semoga Togar tidak pernah menemukan mereka kembali ... taunya mereka berdua benar2 sudah tiada ...
Maria Ulfah
update lagi thor seru
Maria Ulfah
update lagi thor seru
®agiel
Dan Menikah itu adalah ibadah terpanjang manusia sampai ajal itu tiba...
Wallahu a'lam bisawwab 🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!