Novel ini adalah Sequel dari Novel ANTARA LETNAN TAMVAN DAN CEO GANTENG, cinta segitiga yang tiada akhir antara Cindra, Hafiz dan Marcelino.
Cinta Marcel pada Cindra boleh dikatakan cinta mati, namum cintanya harus terhempas karena kekuatan Cinta Cindra dan Hafiz. Akhirnya Marcel mengaku kalah dan mundur dalam permainan cinta segitiga tersebut.
Karena memenuhi keinginan anak-anaknya, Marcel dijodohkan dengan Namira (Mira) yang berprofesi sebagai Ballerina dan pengajar bahasa Francis.
Kehidupan Namira penuh misteri, dia yang berprofesi sebagai Ballerina namun hidup serba kekurangan dan tinggal di sebuah pemukiman kumuh dan di kolong jembatan, rumahnya pun terbuat dari triplek dan asbes bekas. Namira yang berusia 28 tahun sudah memiliki dua orang anak.
Apakah akan ada cinta yang tumbuh di hati Marcel untuk Namira, atau Namira hanya dijadikan pelampias gairahnya saja?
Yuk, ikuti kisah Cinta Marcel dan Namira.
Jangan lupa untuk Like, share, komen dan subscribe ya..Happy Reading🩷🩷
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Sahabat Kecil, Romeo.
Perkenalan Tokoh Baru
Bramantyo Xavier [Second lead]
Lelaki berusia 35 Tahun, Duda dua orang anak. Yang kehilangan istri dan anak perempuannya saat kecelakaan Tujuh tahun lalu. Seorang pengusaha dan pembalap Mobil WRC.
Dengan wajah sumringah Namira menyambut anaknya di gerbang sekolah. Ilyas terlihat keluar dari kelas lebih dulu, karena Ilyas masih PAUD. Setelah setengah jam menunggu, kelas satu Sekolah Dasar tempat Wulan belajar juga dibuka pintunya, semua murid keluar berhamburan menuju jemputan masing-masing.
Seorang anak laki seusia Wulan menabraknya, hingga tas bekal Wulan jatuh berantakan.
"Hei gadis lemah, jangan pernah halangin jalanku!" ujar bocah lelaki yang terlihat sok jagoan, bernama Romy.
"Kamu ya yang nabrak aku duluan" Wulan tidak mau kalah
"Owh, berani sekali kamu menantang ku" Romy menarik kerah Wulan
Karena basic bela diri sering diajarkan Mira, Wulan menangkis tangan Romy dengan cekatan hingga anak lelaki itu meringis. Akhirnya keributan mereka mengundang perhatian para siswa dan pengantar yang ada di sana.
Karena mendengar teriakan Wulan, Namira bergegas masuk ke dalam gerbang.
"Wulan, ada apa?" tanya Namira
"Anak ini menabrakku mama, tapi dia sok jagoan" Namira memperhatikan wajah bocah lelaki yang sok jagoan itu, sekilas wajahnya mirip dengan Wulan.
Mata yang bulat indah dengan dihiasi bulu mata yang lentik dengan iris mata hazel dan hidungnya yang mancung.
"Kenapa kamu menabrak Wulan, sayang" tanya Mira dengan lembut
"Anak lemah ini yang memutar tanganku hingga sakit" gerutunya
"Tapi dia duluan yang nabrak aku mama" Wulan membela diri.
Namira bukan tidak percaya dengan Wulan, tapi dia perlu tau permasalahannya.
"Benar begitu Romy? Mungkin Romy tidak sengaja ya?" Mira berusaha mendamaikan kedua anak tersebut.
"Ahh kalian sama saja" wajah Romy cemberut dan menendang udara karena kesal.
Hingga sebuah suara bariton memanggil nama bocah lelaki itu. "Romy, ini papa" seorang lelaki dewasa menghampiri anaknya yang sedang merajuk.
"Kenapa wajahmu ditekuk seperti itu" tanyanya
"Tuh dua wanita menyebalkan, yang kecil perempuan lemah, aku senggol dikit saja dia jatuh seperti tertiup angin. Ibu tua itu tiba-tiba marah padaku" Kata-kata bocah kecil itu sontak saja membuat bola mata Namira membulat
"Hei, Tuan muda. Tante engga marah. Justru Tante melerai kalian" lembut Mira menjelaskan
"Papa tanganku sakit di pukul olehnya" Romy menunjuk Wulan
Wajah lelaki dewasa itu berubah dingin dan menatap Namira dengan tajam. "Ajari anak anda sopan santun Bu, kalau anak saya sampai cidera akan saya bawa ke jalur hukum" Makinya pada Namira
"Maaf Tuan kalau anda tiba-tiba menyudutkan anak saya, saya juga tidak terima. Bagaimana kalau kita cari tahu dari CCTV. Sekolah mahal ini pasti di fasilitasi CCTV kan" Namira menaikan dagunya menatap lelaki di depannya.
"Ayo siapa takut!" jawab Bram sengit, sementara si bocah kecil itu menciut dan ketakutan hingga dia memegang kain celana Papanya dengan erat.
"Kamu kenapa Romy" Karena gengsi, anak itu berpura-pura sakit perut.
Mira tetap masuk ke ruang guru untuk melihat CCTV sekolah.
"Permisi bapak ibu guru, anak kami tadi sempat ada salah paham dengan salah satu siswa di sini, boleh kami melihat rekaman CCTV di area kelas satu?" Tanya Mira dan Romy yang baru saja masuk ruang guru dengan Papanya, hanya bersembunyi dibalik tubuh sang papa.
"Baik dengan ibu siapa, dan bapak orang tua murid dari siapa?" Tanya Bu Hesti wakil kepala sekolah
"Perkenalkan ibu, saya Namira ibu dari Wulandari" Mira mengulurkan tangannya
"Saya Bramantyo, Papa dari Romeo atau dipanggil Romy"
"Jadi nak Wulan dan Romeo yang terlibat salah paham ya bapak/ibu, baik akan kami lihat rekaman CCTVnya dulu" Bu Hesti lalu membuka rekaman hari ini saat kejadian jam 12.10.
Wajah Bramantyo merah padam melihat anak lelakinya yang lebih dulu usil pada Wulan. "Romy!!" bentak Papanya saat tahu anaknya yang bersalah. Namira jadi tidak enak hati melihat Romeo dibentak Papanya.
"Sudah pak, kami tidak akan mempermasalahkan. Anggap ini selesai dan Romeo tidak perlu dimarahi. Romeo mau berbaikan dengan Wulan, sayang" suara Namira sangat lembut saat berhadapan dengan Romeo.
Dengan wajah takut Romeo mengangguk,dan mengulurkan tangan terlebih dahulu "Maafkan aku Wulan" Wulan pun mengulurkan tangan dengan senyuman.
Bram tersentak saat melihat Wulan, dia teringat senyuman almarhum istrinya, Adelia.
"Baik bapak/ibu terima kasih atas waktu dan kerjasamanya" Mira berdiri lebih dahulu lalu berpamitan kepada ibu wakil kepala sekolah.
Saat Namira dan anak-anaknya akan masuk ke dalam mobil, Bram memanggilnya.
"Ibu Namira!" Panggilnya lantang, Namira menoleh.
"Iya, ada apa Papa Romeo" Namira lupa siapa nama lelaki papa dari Romeo tadi.
"Emh..saya minta maaf karena menuduh Wulan, kalau boleh saya ingin mengajak makan anak-anak sebagai tanda permintaan maaf saya"
"Tapi kami sedang ada urusan Papa Romy, mohon maaf" Mira menolak dengan nada sangat halus
"Saya mohon anda berkenan, agar anak-anak kita bisa lebih bersahabat di kemudian hari. Bagaimana anak-anak, mau Papa traktir makan di mana?" Tanpa menunggu persetujuan dari Namira, Bram langsung menawarkan makan di mana.
"Romy mau makan Pizza Pa, Wulan kamu mau kan?" Wulan menoleh ke Namira dengan wajah memohon, anak-anaknya memang tidak pernah makan pizza seperti yang iklan-iklan televisi itu. Akhirnya Namira mengiyakan permintaan dari Bram.
Dengan mengendarai mobil yang berbeda, mereka menuju sebuah restoran pizza yang terkenal kids friendly, dimana di sana menyediakan program cooking class untuk anak membuat pizza.
Branch manager menawarkan program tersebut dan disambut baik oleh Bram, sambil menunggu anak-anaknya cooking class pembuatan pizza, Bram mengajak Mira menunggu di salah satu meja.
"Jadi, Wulan anak pertama anda?" Tanya Bram
"Panggil saja Mira, pak. Iya Wulan anak pertama saya dan Ilyas anak kedua"
"Kalau kamu minta dipanggil nama, saya juga. Panggil saya Bram. Perlukah kita bersalaman lagi untuk memperkenalkan diri" gurau Bram dan Namira tersenyum manis.
Sesaat mata Bram terpaku melihat senyuman manis Namira yang memiliki lesung pipi yang indah. "Eheem.."
"Suami..maaf maksud saya suami anda bekerja di mana" pertanyaan Bram membuat Namira gelagapan.
Apa yang harus dia akui, sementara pernikahannya dengan Marcel hanyalah pernikahan karena kecelakaan. Belum tentu juga Marcel akan mengakui pernikahan itu, pikirnya.
"Maaf jika pertanyaan saya terlalu privasi" Bram jadi salah tingkah, Bram justru berpikir Namira tidak mau ketahuan statusnya sebagai single mom.
"Saya ganti saja pertanyaannya, anda bekerja atau memiliki usaha" Namira kembali diam berdetik-detik.
"Apa yang harus aku akui, saat ini aku seorang pengangguran, masa aku harus mengakui sebagai pemulung, apa aku akui saja ya?" Batinnya bermonolog
"Saya mengajar, dan terkadang mengumpulkan barang bekas" Jawab Namira tidak ingin berbohong
"Owh mengajar apa kalau boleh tau?"
"Emm..Tarian ballet" jawabnya mantab
"Wow, pantas gestur tubuh anda sangat anggun" mata Bram tiba-tiba memindai Namira dari atas hingga bawah
"Kenapa sikap anda seperti itu" Namira terlihat kesal dan tersinggung karena mata Bram memindai tubuhnya
"Oh maaf Namira, aku baru kali ini bisa sedekat ini dengan seorang Ballerina. Waktu aku kecil pernah mengagumi seseorang yang gemar sekali berlatih balet. Tapi belum sempat berkenalan padanya kami sudah berpisah, dia sepertinya pindah ke kota lain" Wajah Bram seperti sedang mengenang masa lalunya.
"Oiya, kenapa mama Romeo tidak menjemputnya. Apakah istri anda bekerja?" Namira juga tidak mengerti kenapa harus bertanya tentang mama Romeo, rasanya ingin dia pukul kepalanya saat itu juga, dia hanya tidak ingin keadaan menjadi hening.
"Mama Romeo sudah meninggal saat mereka bayi, makanya Romeo kurang kasih sayang seorang ibu. Akhir-akhir ini dia sering membuat onar. Aku sampai kewalahan dengan sikapnya. Anda tahu Mira, ini adalah sekolah ke empat yang aku percayakan untuk membimbingnya" Namira mengernyit, dia kurang setuju dengan statement di akhir kalimat Bram.
"Maaf Bram, kurasa sekolah hanya sarana untuk menimba ilmu yang tidak bisa kita ajarkan di rumah. Masalah etika seharusnya kita sebagai orangtua yang mendidiknya"
"That's Right! Tapi aku sibuk, hari ini saja aku harus membatalkan jadwal meeting demi menjemputnya sekolah. Karena sudah satu bulan aku tidak ada di rumah"
Seketika Namira terdiam, sebulan? Lalu anaknya di rumah dengan siapa?
"Romeo bisa menjadi teman Wulan dan Ilyas jika dia mau" Jawab Namira akhirnya.
"Anakku pasti akan senang memiliki seorang sahabat" Bram tersenyum
"Papa, pizzaku telah matang" Romeo berlari mendekati meja mereka dan disusul dengan Wulan dan Ilyas.
"Mah, pizza ku bagus kan? Ini kado untuk mama" Wulan menyerahkan pizza untuk Namira
"Punya iyas gak bagus tapi iyas buatnya dengan cinta" Namira menerima pizza dari kedua anaknya dengan gembira dan menghadiahkan kecupan pada wajah anak-anaknya
Romeo memasang wajah bete dengan tangan dilipat diatas dada. "Gak usah lebay!" Gerutunya
"Apa tuan muda Romeo berkenan memberikan pizzanya untuk mama Namira? Please" Rayu Namira.
Romeo langsung tersenyum lebar dan memberikan pizza demi mendapatkan pelukan dan kecupan dari seorang mama.
"Sini mama Mira peluk" Namira merentangkan tangannya untuk memeluk tubuh mungil Romeo
Bram melihat interaksi Mira dengan anaknya begitu natural dan penuh kasih, tidak seperti wanita-wanita lain yang berusaha mendekati anaknya demi bisa berpacaran dengannya.
"Kalau hari libur, boleh gak aku main ke rumah mama Mira?" Tanya Romeo yang masih diatas pangkuan Namira.
"Boleh saja, tapi rumahku gubuk lho. Emang kamu mau ke rumah aku yang gubuk itu" celoteh Wulan jujur
Namira tidak bisa menahan kejujuran anaknya, lebih baik jujur diawal daripada kejadian belum lama ini terjadi lagi.
"Aku engga apa-apa daripada aku selalu sendirian di rumah, iya kan Pah" Jawab Romy dan Bram menyetujui.
Di tempat lain, Marcel begitu geram dengan foto kiriman dari anak buahnya dimana Namira dan anak-anaknya sedang makan bersama dengan lawan bisnis dan rival tandingnya di sirkuit, Bramantyo.
...💃🩰💃🩰...
Mohon dukungan n like, komen, subcribe dan vote nya ya...