Suaminya berkhianat dan selalu mengabaikan nya, Calista malah tak sengaja bermalam dengan seorang Office Boy hotel tempat dia dijebak.
"Kamu masih perjaka?" tanya Calista pada lelaki tampan yang tidur dengan nya.
"Ya, Nona."
"Baiklah, aku akan bertanggung jawab! Kita akan jadi kekasih!" tutur Calista dengan serius, dia adalah orang yang selalu bertanggung jawab pada hal yang telah ia lakukan.
"Tapi saya hanya seorang Office Boy miskin."
"Aku nggak perduli latar belakang mu, aku hanya harus bertanggung jawab telah mengambil keperjakaan mu! Aku orang yang berpikiran sangat kuno, dimana keperawanaan atau keperjakaan sangat penting!"
Siapa sangka, ternyata lelaki itu bukan lah seorang OB biasa... akan tetapi seorang Bos besar misterius yang menyembunyikan identitas aslinya dari Calista dan pria itu mencintai Calista dengan ugal-ugalan!
Bagaimana rasanya dikhianati dan diabaikan suami lalu diceraikan, namun malah dicintai secara ugal-ugalan oleh kekasih misterius?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 28
Calista bukannya bodoh, sebenarnya banyak sekali kejanggalan demi kejanggalan sejak ia bertemu dengan sosok Ravindra di perusahaan.
Meskipun ada beberapa perbedaan antara penampilan Indra dan Ravindra, namun insting nya mengatakan jika kedua laki-laki itu adalah orang yang sama. Hanya saja, Calista belum mempunyai bukti yang kuat dan dia juga sibuk syuting sehingga membiarkan praduga-praduga kecilnya. Namun, wangi parfum ini terlalu kentara, karena Calista akhirnya bisa mengetahui harga parfum yang sering digunakan oleh Indra yang ternyata adalah merek dari parfum mahal.
"Sayang, parfum kamu merek apa?" Gumam Calista seraya menggeser tubuhnya berbalik agar berbaring berhadapan dengan laki-laki itu.
"Kenapa emangnya." Ravindra tersenyum saat melihat wajah cantik Calista yang sejak siang ingin dia eluuss.
Jari-jari besar pria itu mengeluus kedua alis Calista yang begitu sangat sempurna sebagai wanita, lalu jarinya mengeluusss hidung mancung namun dalam porsi yang pas. Lalu ujung jarinya pun sampai di bibir kenyal dan lembut milik wanita itu. "Aku merindukan mu."
"Merindukan ku, nggak salah? Siapa yang sulit dihubungi selama berhari-hari? Kamu selingkuh!" bibir Calista cemberut.
"Khehehehe... aku pria bodoh jika selingkuh dari wanita luar biasa kayak kamu." Ravindra terkekeh pelan, gemas saat melihat wajah curiga Calista.
"Aku nggak akan melepaskan mu meski kau menggombali ku, kemana aja kamu nggak bisa dihubungi?" Calista menjewer telinga Ravindra.
"Duh! Daripada di jewer, mending di gigiit biar enakkkk! Aw...!" teriak pria itu saat Calista menjewer lebih keras.
"Jawab nggak!" Akhirnya wanita itu tak mengantuk lagi, dia bangun dari baringannya di kasur dan melepaskan jeweran pada kuping Ravindra.
Laki-laki itu pun ikut bangun, dia menghela nafas. "Beb, beberapa hari ini aku merenungi hubungan kita..."
Kedua alis Calista menyatu, dia menunggu kata-kata Ravindra selanjutnya.
"Aku nggak ingin menjeggal mu yang sedang melebarkan sayap di dunia hiburan, kau boleh terus berkarir tanpa khawatir dengan hubungan kita. Aku yang egois, harusnya aku tau... kamu adalah tipe wanita independen dan tak ingin hanya menjadi istri rumahan. Kamu sudah pernah mengalami nya bersama Andrean, aku tak ingin kamu kembali mengorbankan karir dan hidupmu demi laki-laki termasuk demi aku sekalipun! Jadi, kita bisa tunda waktu pernikahan kita sesuai keinginan mu."
Mata Calista berembun, dia begitu terharu ternyata Ravindra sangat pengertian. Wanita itu bahkan melupakan tentang parfum, dan memeluk Ravindra lalu menyatukan bibir mereka berdua dengan penuh perasaan. Malam itu keduanya melepaskan rasa rindu dan tidur dengan saling berpelukan setelah saling memuaskan tubuh mereka.
Pagi pun tiba, Calista dan Ravindra turun dari lantai atas untuk sarapan. Calista dengan dress santai rumahan melingkupi tubuhnya, sementara Ravindra memakai kaos putih dengan celana pendek sebatas lutut begitu terkesan sederhana.
"Bik, dia Indra. Calon suamiku." Ucap Calista memperkenalkan.
Bibik mengangguk sopan, dia memang tidak mengenal Indra sebagai sosok seorang Ravindra karena dia dibawa bekerja ke rumah itu oleh Bram.
"Semoga Bibik selalu baik dan menjaga calon istri saya di rumah ini." Ucap Ravindra.
"Baik, Den Indra."
"Ohya, Bik. Kapan Putri datang?" tanya Calista.
"Subuh tadi udah berangkat dari Garut, Non. Katanya pakai mobil online, kayaknya nggak macet dan sebentar lagi udah nyampe sini."
Calista mengangguk, "Nanti saya yang bayar mobilnya, panggil saya aja karena hari ini syuting masih libur."
"Iya, Non."
Ravindra tiba-tiba saja ingin makan sesuatu. "Beb, siang nanti bikinin bakso ya. Bukannya kamu bilang mau bikinin aku kalau lagi break syuting."
"Oke, nanti aku buat tapi enak nggak enak harus tetep dimakan!"
"Siap, My Queen." Ravindra mengecup pipi Calista.
"Ish! Ada Bibik."
Bik Sari yang sedang menata meja makan untuk menyiapkan sarapan hanya mesem-mesem, dia juga pernah muda dan bisa maklum dengan tingkah keduanya.
"Silahkan dimakan Non, Aden. Sarapannya sudah selesai saya siapkan, Bibik permisi mau cuci pakaian."
"Ohya Bik, pakaian kotor yang di koper bekas syuting bawa ke laundry aja ya Bik."
"Baik, Non."
"Makasih ya, Bik."
"Sami-sami, Non. Bibik permisi ke belakang."
Calista tersenyum membiarkan Bibik pergi, dia lalu mulai sarapan dengan Ravindra.
"Ngomong-ngomong, kamu nggak ada hubungan sama Bara seperti yang beredar di internet kan?"
"Kamu percaya dengan berita itu dan curiga padaku?" Calista menatap tajam pada Ravindra.
Astaga! Tatapan matanya seperti akan memaakan ku hidup-hidup! Aku kan cuma bertanya...! Gerutu pria itu.
"Percaya, aku cuma ingin bertanya langsung padamu."
"Hm, dia hanya temen. Sebenarnya, Mutia minta aku buat ajak Bara masuk ke agensi nya. Cita-cita Mutia ingin membuat agensi besar dengan menaungi artis-artis papan atas atau artis baru yang bertalenta. Jadi dalam foto aku masuk ke kamar Bara, ya... karena membicarakan hal itu."
"Jadi begitu, kesayanganku ini hanya ingin bantu si wanita galak itu." Ucap Ravindra masih menyimpan kekesalan pada Mutia.
"Galak-galak gitu, dia baik padaku sejak dulu dan setia kawan juga. Pas dulu aku kesusahan cari uang buat kuliah... dia yang menawariku kerjaan meski serabutan tapi aku bisa menyelesaikan kuliahku berkat bantuan Mutia. Konon katanya... darah lebih kental daripada air, itu semuanya bohong! Mutia yang nggak ada hubungan darah apapun dengan ku, dia lah yang selalu ada di sampingku saat aku kesulitan sejak dulu."
"Teman mu baik rupanya, dia hanya bawel aja." Ravindra mengakui.
Kalau begitu, aku akan bantu wanita galak itu membesarkan agensinya! Tentu saja ini demi Calista juga, agensi seorang artis multitalenta seperti Calista... haruslah agensi paling excellent!
"Bagaimana berita itu, meskipun sepertinya sudah hilang tapi akan mempengaruhi image mu kan? Kamu diberitakan sudah menikah dan bercerai, pasti banyak spekulasi negatif yang menyerang mu. Kenapa nggak adakan konferensi pers aja?" saran Ravindra, jika Calista ingin konferensi pers tentu saja dia sendiri yang akan menyiapkan.
"Aku hanya artis baru, tak perlu adakan konferensi pers. Selama sinetron dan kerjaan ku yang lain tak ada masalah, aku nggak perlu menanggapi berita ini."
Ravindra tak sependapat, jika masalah ini dibiarkan mungkin saja akan ada dampak berkepanjangan.
"Ada tanggapan dari Andrean atau wanita selingkuhan nya itu, bukankah mereka tak ingin hubungan mu dengan Andrean terekspos?"
"Mereka sudah menikah secara negara dan akan mengadakan resepsi pernikahan beberapa hari lagi. Sepertinya... dari pihak mereka akan menekan berita sampai tak muncul lagi spekulasi agar nama baik mereka aman setelah menikah. Jika rahasia ku terbongkar, yang akan lebih rugi adalah mereka."
"Menikah?"
"Hm, menikah resmi."
Astaga! Aku juga ingin segera menikah, apa aku jujur aja sekarang kalau aku adalah Ravindra biar kami secepatnya mengurus dokumen untuk menikah!? Ravindra pun seketika bimbang.
Baru saja Ravindra ingin mencoba bicara jujur, namun tiba-tiba saja pintu rumah ada yang mengetuk. Biasanya itu adalah bodyguard yang akan melaporkan lebih dulu siapa yang datang, Calista ingin bangun dari duduknya untuk membuka pintu tapi Ravindra menahan tangannya.
"Biar aku saja." Ravindra segera berjalan ke arah pintu dan membukanya.
"Tuan Indra." Bodyguard itu bersandiwara memangil Ravindra dengan Indra.
"Ada apa?"
"Tadi Bik Sari sudah titip pesan, kalau anaknya akan datang. Itu dia sudah di depan gerbang tapi satpam belum buka gerbangnya karena minta ijin dulu."
"Buka saja dan biarkan dia masuk rumah."
"Baik, Tuan."
Ravindra memperhatikan saat gerbang dibuka dan sebuah mobil online masuk dan berhenti di halaman. Tak lama seorang gadis berusia 18 tahun dengan wajah imut dan cantik keluar dari dalam mobil, wajah gadis itu sangat ceria.
Pandangan Putri mengarah pada rumah besar dan mewah milik Calista dengan mata penuh ambisi, lalu saat tatapannya beralih ke pintu rumah yang terbuka dia terperangah saat melihat visual Ravindra yang sederhana sebagai Indra namun aura ketampanan nya tak usah diragukan lagi begitu memikat wanita manapun termasuk gadis itu.
Ravindra tidak suka dipandangi oleh wanita manapun selain Calista, dia mengabaikan Putri yang terpesona olehnya lalu membalikkan tubuh berjalan masuk ke dalam rumah tanpa berkeinginan untuk berbasa-basi.
Lah? Kenapa pria itu nggak ajak aku masuk! Sombong amat! Gerutu Putri.
bener gak sih dia yg anuu sama Cal?/Awkward/