Alea, seorang gadis yang menjadi korban perkosaan di hotel tempat dimana ia bekerja. Alea yang kala itu sedang bertugas membersihkan salah satu kamar hotel karena dia merupakan seorang office girl, harus menerima kenyataan pahit ketika seorang laki-laki asing menjamahnya. Penderitaan tak sampai disitu, ketika Alea di paksa harus menikah dengan pria paruhbaya yang berkuasa di wilayahnya, dan hal yang lebih mengejutkan ketika Alea tahu jika orang yang telah menjadi suaminya adalah ayah dari laki-laki yang sudah tega menodainya. bagaimana Alea harus menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RD Junior, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mencari Aleta
"Arthur, jangan bicara seperti itu kepadanya. Kau akan melukai perasaannya," tegur Samantha kepada putranya.
"Aku tidak peduli! Kenapa Ibu harus memikirkan perasaannya? Dia sendiri pun bahkan tak pernah memikirkan perasaan Ibu, ketika dia merebut ayah."
"Aku tidak pernah merebut tuan Carlos dari siapa pun," bantah Alea yang tidak terima dengan tuduhannya, namun tetap berusaha untuk bersikap tenang.
"Lalu apa yang kau lakukan? Kau menikahi ayahku dan membuat seluruh perhatiannya hanya tertuju padamu."
"Arthur, cukup sayang," hardik Samantha, sehingga membuat Arthur terdiam dan kembali duduk di sofa. Namun dia tidak mengalihkan pandangannya terhadap Alea. "Maafkan perkataan Arthur," ucap Samantha merasa bersalah.
"Tidak apa-apa." Alea tersenyum getir.
"Tuan Carlos baru saja pulang. Pergi dan layani lah dia dengan baik," ucapan Samantha membuat Alea terkejut dan membuat Arthur mengernyitkan keningnya. Bagaimana bisa Samantha mengatakan itu pada Alea.
"Bolehkan malam ini aku tidur disini untuk menemani nyonya Samantha?" rasa takut Alea terhadap Carlos rupanya mengalahkan rasa malunya terhadap Samantha. Apa lagi tadi dia melihat hawa nafsu dari sorot mata Carlos terhadap dirinya. Walaupun Carlos sudah berjanji tidak akan meminta haknya sebagai seorang suami, namun Alea takut jika Carlos tidak bisa menepati janjinya.
Mendengar itu, Arthur langsung menariknya. "Ikut aku!" Arthur menarik pergelangan tangan Alea dengan kasar.
"Arthur, lepaskan dia!" teriak Samantha, namun Arthur mengabaikannya.
Arthur terus berjalan seraya sedikit menyeret tubuh Alea, membawanya ke atas balkon. "Jangan pernah memanfaatkan kebaikan ibuku untuk menyakitinya!" ucap Arthur seraya melepaskan cengkeramannya dengan kasar, sehingga tubuh Alea terhempas.
"Apa maksudmu, Tuan? Aku tidak mengerti." Alea heran, mengapa Arthur semarah itu kepadanya. Padahal niatnya itu baik, hanya ingin lebih dekat dengan salah seorang penghuni di mansion itu.
"Jangan pura-pura bodoh!" bentak Arthur, Aku tahu kau tidak sepolos itu," lanjutnya.
"Tapi aku benar-benar tidak tahu, apa yang sebenarnya Tuan bicarakan." Alea menatap dalam kedua bola mata laki-laki yang ada di hadapannya.
"Alea. Arthur. Apa yang sedang kalian lakukan disini?" Carlos pun mendekat kearah mereka yang tampak diam seribu bahasa. "Dari tadi aku mencari mu, ternyata kau disini. Sekarang ayo ikut denganku!" Carlos meraih tangan Alea, lalu menuntunnya. Kedua mata Alea dan Arthur saling bertemu dan enggan untuk melepas tatapan satu sama lain.
"Em, Tuan." Di tengah-tengah Alea melepas genggaman tangan Carlos. Tentu saja dengan cara yang halus. Karena Alea mulai memahami bagaimana sikap Carlos. Semakin dia berusaha untuk berontak, maka semakin kasar pula perlakuan Carlos terhadapnya.
"Kenapa?" tanyanya.
"Nyonya Samantha sedang sakit. Apa tidak sebaiknya malam ini Tuan tidur di kamar nyonya Samantha untuk menemaninya?"
Carlos tertegun sejenak. "Besok aku akan menemaninya. Tapi malam ini aku hanya ingin menghabiskan waktu ku bersamamu," ucap Carlos.
"Kalau aku meminta Tuan untuk menemaninya malam ini, apa Tuan akan memenuhi keinginanku?" Alea menatap wajah Carlos dengan suara yang terdengar sangat lembut sehingga memancing kembali bira*hi Carlos. Tanpa aba-aba Carlos langsung mengecup ranum bibir Alea.
Carlos merasa sedikit tersentuh, mendengar ucapan Alea yang memintanya secara baik-baik. Dia pun membuang ego-nya untuk tidak tidur malam ini bersama Alea, walaupun dia sangat menginginkan istri keempatnya. Dia pikir, mungkin dengan cara itu perlahan Alea akan membuka hati untuknya.
"Baiklah! Aku akan berusaha untuk menjadi seorang suami yang pengertian," ucap Carlos. Seketika Alea tersenyum lega. "Tapi aku harap kau juga mau belajar untuk menjadi seorang istri yang pengertian," lanjutnya. seketika ucapan Carlos membuat senyuman Alea kini memudar.
***
Arthur memasuki ruang kerja Carlos, lalu duduk di kursi yang berhadapan dengannya.
"Ada apa?" tanya Carlos. Masih fokus ke layar komputernya.
"terima kasih karena Ayah sudah mau perhatian sama ibu, dan masih peduli dengannya," ucap Arthur.
"Kau ini bicara apa? Ibumu itu istri Ayah, sudah sepantasnya Ayah peduli kepadanya," ungkap Carlos sedikit ketus, tanpa memalingkan wajahnya dari layar.
"Mulai sekarang, aku mau membantu mengelola perusahaan Ayah." Ucapan Arthur kali ini membuat Carlos menoleh dan menatapnya. "Tapi aku ingin di sediakan ruangan khusus disini, karena aku tidak mau setiap hari pergi bolak-balik mendatangi perusahaan," pintanya. Seketika Carlos tersenyum menyeringai.
"Baik. Ayah akan menuruti permintaan mu." Carlos merasa senang mendengar keputusan Arthur. Karena dari dulu Arthur selalu menolaknya, setiap kali dia memintanya untuk membantu mengurus perusahaan.
Tok tok tok.
"Masuk!" teriak Carlos.
Saat melihat keberadaan Arthur di ruang kerja Carlos, Alea pun hendak pergi lagi. Namun Carlos menghentikannya.
"Tidak apa-apa. Bicaralah, apa yang ingin kau katakan."
"Aku ingin sekali bertemu dengan Ibu. Aku sangat merindukannya," Alea mengungkapkan apa yang ada di hatinya.
Sejak kejadian waktu itu, dimana anak buah Carlos berhasil menemukan Alea lewat informasi yang di dapatnya dengan menekan Aleta agar memaksa Alea mau memberi tahu keberadaannya. Sejak saat itu juga Aleta menghilang bak di telan bumi. Aleta bahkan tidak pernah menghubungi Alea, walaupun hanya sekedar menanyakan kabar.
"Aku sudah menyuruh orang-orang ku untuk mencari keberadaannya," ujar Carlos.
"Tolong ijinkan aku juga untuk mencarinya," pinta Alea.
"Tidak bisa! Aku tidak akan pernah mengijinkan mu keluar dari mansion!" tegas Carlos.
"Ku mohon... Tuan?" wajah Alea tampak sedikit berkaca-kaca hingga membuat Carlos sedikit melunak.
"Baik, aku akan memerintahkan anak buahku untuk mengawalmu."
"Ku rasa tidak perlu. Apa Tuan tidak mempercayaiku, sehingga aku harus keluar dengan pengawasan?" tanya Alea. "Ibu pasti tidak akan mau menemuiku jika melihat anak buah Tuan," lanjutnya.
Carlos tertegun mendengar ucapan Alea yang menurutnya ada benarnya juga. Aleta pasti tidak akan mau menemui Alea jika melihat keberadaan anak buahnya. Seketika dia pun menoleh kepada Arthur. "Kalau begitu kau bisa pergi dengan Arthur." Ucapan Carlos membuat Alea dan Arthur terbelalak kaget.
"Apa?" ucap keduanya secara bersamaan.
"Kau bisa keluar dari mansion ini, asal Arthur menemanimu. Atau tidak sama sekali!" ucap Carlos dengan tegas.
Arthur dan Alea saling menatap satu sama lain. seketika Arthur tampak menyunggingkan senyumnya. Entah apa yang ada di pikiran Arthur sekarang. "Baik, Ayah. Aku akan menemaninya," jawab Arthur lalu keluar lebih dulu.
Alea masih diam terpaku di ruang itu. Namun saat melihat Carlos berdiri dari duduknya, dengan cepat dia berpamitan.
Sudah beberapa tempat Alea datangi, namun dia tak kunjung juga menemukan keberadaan Aleta. Bahkan dia sudah menanyakannya ke beberapa teman Aleta. Namun tak ada satu orang pun yang tahu dimana Aleta sekarang tinggal.
"Aku lapar," ucap Arthur, "bisakah kita mampir ke cafe sebentar untuk makan?" tanyanya yang di balas anggukan kecil oleh Alea.