Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.
Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.
"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"
Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
"Makasih udah nganterin gue." Melody menatap Laut yang berdiri di depannya.
Setelah melewati sedikit perdebatan dengan Gian, akhirnya Melody diantar oleh Laut, sesuai apa yang mama Melody pesankan. Laut bukanlah orang yang suka ingkar janji ataupun tidak menepati perkataan, jadi dia tetap kekeuh ingin mengantar Melody, meskipun wajah Gian tidak ada ramah-ramah nya tadi.
"Ngapain lo masih di sini? Sana pulang," usir Melody.
"Mau mampir." Tanpa menunggu Melody, Laut masuk melewati pagar rumah, seolah dia seperti berada di rumah sendiri.
Melody melotot, dia berlari mengejar Laut dan langsung berdiri di hadapan lelaki itu.
"Eits, siapa yang nyuruh lo masuk? Pergi sana! Gue ngantuk, mau istirahat!"
"Jadi ini balasan lo setelah apa yang gue lakuin? Gue udah bantu lo cari pelaku yang udah terror lo, gue juga bantu lo buat—"
"IYA IYA!" Melody menyela. "Cerewet banget! Ikhlas gak sih lo nolong gue?!"
"Ikhlas. Tapi gak gratis," balas Laut, sedetik kemudian dia tersenyum ke arah Airani dan Hadinata yang baru saja keluar dari rumah. Lelaki itu segera berjalan mendekati dan menyalami tangan kedua orang tua Melody.
"Selamat malam, Om, Tante," sapanya dengan ramah.
"Malam," balas Airani, sedangkan Hadinata hanya mengangguk singkat sebagai balasan.
Pandangan mereka beralih pada Melody yang mendekat. Langsung saja Airani memeluk anaknya dengan erat.
"Mama khawatir banget, sayang. Laut udah cerita semuanya," ucap wanita paruh baya itu.
Melody menepuk-nepuk punggung Airani. "Aku baik-baik aja, Ma."
Airani melepas pelukannya. "Kan Mama udah bilang, kalau ada apa-apa cerita, jangan dipendam sendiri."
Melody tersenyum tipis. "Iya nanti kalau ada masalah aku cerita ke Mama. Mending kita masuk aja, yuk. Aku lapar hehehe..."
Airani tersenyum lalu mengangguk, dia menatap Laut yang sedari tadi memperhatikan mereka. "Kebetulan ada Laut di sini, kita makan malam sama-sama aja kalau gitu!"
Melody mengangguk saja, sedangkan Laut hanya tersenyum tipis. Mereka pun segera masuk ke dalam. Hadinata merangkul pundak Laut sambil berjalan masuk ke rumah.
"Jangan menyerah. Om percaya sama kamu," bisik Hadinata.
Laut tersenyum seraya mengangguk. "Terimakasih, Om."
****
Sehabis pulang dari rumah Laut, Venda kembali keluar, lebih tepatnya ke minimarket untuk membeli teh dan kopi. Mamanya yang menyuruh. Minimarket tak jauh dari rumahnya, jadi Venda memutuskan untuk jalan kaki. Lagi pula jalanan masih cukup ramai.
Setelah selesai membeli pesanan sang mama, Venda keluar dari minimarket sambil memakan coklat yang dia beli. Gadis itu celingak-celinguk menatap sekitarnya, hingga matanya terpaku pada suatu tempat.
Venda memperlambat langkahnya, seketika dia terdiam. Matanya menatap lurus ke seberang jalan, tepatnya di sebuah angkringan. Dia melihat Rangga. Tidak, cowok itu tidak bersama teman-temannya, melainkan bersama seorang gadis.
Ia hanya melihat punggung mereka. Tapi dia jelas tau siapa kedua manusia itu. Dengan langkah lebar, Venda menyebrang dan menghampiri mereka berdua.
Ketika sudah berada di belakang mereka, tangannya reflek menarik rambut si perempuan yang duduk di samping Rangga, lebih tepatnya menjambak.
"Akhh!" pekik perempuan itu. Sontak saja mereka menjadi pusat perhatian di sana. Rangga yang terkejut pun langsung berdiri dan berusaha melerai.
"Lepasin, Nda!" sentak Rangga. Dia menarik tubuh Venda agar menjauh.
"LEPAS! DASAR ULAT BULU! PELLACUR! JALLANG! JABLLAY!" pekik Venda semakin kesetanan. Di memberontak saat Rangga memeluknya.
Dengan kencang Venda mendorong tubuh Rangga hingga pelukannya terlepas. Dia menunjuk-nunjuk wajah kekasihnya dengan marah.
"Kamu bilang kamu mau jenguk saudara kamu! TAPI INI APA, NGGA?! KAMU SELINGKUH LAGI?" pekik Venda.
Hatinya sakit, kecewa, dia marah, sedih, semuanya campur aduk. Kenapa Rangga begitu tega dengannya?
"Venda—"
"STOP!" Venda mundur saat Rangga hendak menggapainya. Pandangannya beralih pada gadis yang dibawa Rangga.
"LO!" Venda menunjuknya. "MAU GUE GARUKIN BADAN LO, HAH?! MAK LAMPIR SIALLAN!"
"Gak puas lo gangguin Melody sampai terror dia?! Sekarang lo ganggu gue juga? PUNYA OTAK GAK SIH?! OTAK DIPAKE BUAT MIKIR! JANGAN DIJADIIN PAJANGAN DOANG, BITTCH!"
Rangga mendorong Venda ketika gadis itu hendak kembali menyerang Lisa. Venda terjatuh, barang yang dia beli jatuh berceceran.
"Dramatis! Gak usah malu-maluin!" sentak Rangga. Dia menatap tajam ke arah Venda. Matanya diselimuti amarah yang membara.
Bukannya takut, Venda juga membalas tatapan tajam kekasihnya. Dia kembali berdiri, berusaha tegar.
"Lo bajjingan, Rangga! Lo bajjingan!" pekik Venda. Dia maju dan mendorong-dorong tubuh Rangga. "Lo selingkuhi gue berkali-kali, dan gue selalu maafin lo! Gue pikir lo bakal berubah, tapi ternyata lo malah makin menjadi! MURAHAN!" Venda memekik di akhir ucapannya.
Mati-matian dia menahan air matanya agar tidak jatuh di depan para pecundang seperti mereka.
"Dan lo—" Venda beralih pada Lisa yang hanya diam menunduk. "Dasar jallang! Munafik! Ternyata lo sebusuk ini, Lisa!"
"Lihat aja besok. Gue pastiin lo dapat hukuman yang setimpal karena lo udah terror Melody! Semua orang udah tau kebusukan lo!" Venda mendorong Lisa dengan keras sampai terjatuh, dan Rangga dengan sigap membantu Lisa agar berdiri kembali.
Melihat kedua manusia itu membuat Venda berdecih. "Sama-sama murahan!" desisnya.
"Kita putus! Jangan harap lo bakal dapat maaf dari gue lagi setelah ini!" ujarnya pada Rangga. Setelah mengatakan itu, Venda langsung pergi dari sana. Dia berlari keluar dari area angkringan ramai tersebut.
Beberapa orang mengabadikan momen langka itu. Bahkan tanpa basa-basi mereka langsung meng upload video tersebut ke sosmed. Wajah Venda, Rangga dan Lisa terpampang nyata di sana. Dalam hitungan detik, video perseteruan itu sudah banyak yang like.
Lisa malu, dia pun segera pergi dari sana. Rangga ikut menyusul setelah meninggalkan beberapa lembar uang ke atas meja.
"Venda, Rangga, sama Lisa? Gue yakin besok di sekolah bakal rame!" ucap seorang gadis yang kebetulan satu sekolah dengan Venda. Dia tidak sendiri, ada teman-temannya yang lain juga.
"Apa maksud Venda tadi? Lisa terror Melody? Apa bener foto Melody yang pake baju seksi itu editan? Dan pelakunya Lisa?"
"Bisa jadi! Duh, gue gak sabar nunggu besok!"
"Kalau gitu kita lihat besok aja. Kalau emang bener si Lisa itu problematik, parah banget sih. Sampai beraninya dia terror Melody."
"Kalau gue jadi Melody, udah gue masukin penjara itu orang."
****
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi Melody masih sibuk menonton film. Tentu saja kedua orangtuanya tidak tau. Setelah makan malam bersama Laut dan berbincang bersama sampai Laut pulang, Melody langsung masuk kamar. Bukannya tidur, dia malah menonton drama yang belum selesai.
"Jam berapa sih?" gumamnya sambil menyalakan ponsel.
"Perasaan tadi baru jam 9 deh, cepet amat." Dia bergumam lagi.
Melody segera mematikan laptopnya. Dia merebahkan tubuhnya sambil bermain ponsel.
Keningnya mengerut tiba-tiba. Seketika dia terduduk saat melihat 3 orang yang videonya sedang viral malam ini.
"Venda?" gumamnya. Saking tidak percaya nya, Melody sampai memperbesar layar agar bisa melihat dengan jelas.
"Ini beneran Venda!" bisiknya.
Alis Melody nyaris menyatu ketika melihat video tersebut. Rasa kesal dan marah menjadi satu, tapi dia sedikit lega karena melihat Venda melampiaskan marahnya pada selingkuhan Rangga.
"Emang dasarnya murah ya murah aja. Udah tau Serangga punya cewek, masih aja begatal," desis Melody.
Andai ini belum jam 12 malam, Melody sudah menghampiri Venda ke rumahnya.
Dia yakin Venda sedang tidak baik-baik saja. Melody keluar dari aplikasi tersebut dan beralih ke aplikasi pesan. Dia mencoba menelpon Venda, tetapi nomornya tidak aktif. Sudah dipastikan kalau Venda sedang menangis sekarang.
"Serangga sialan!" gumamnya penuh dendam.
Lihat saja, setelah ini dia tidak akan membiarkan Venda jatuh ke dalam pelukan Rangga lagi.
bersambung...