Nyatanya, cinta sepihak itu sangat menyakitkan. Namun, Melody malah menyukainya.
Cinta juga bisa membuat seseorang menjadi bodoh, sama seperti Venda, dia sudah cukup sering disakiti oleh kekasihnya, namun ia tetap memilih bertahan.
"Cewek gak tau diri kayak lo buat apa dipertahanin?"
Pertahankan apa yang harus dipertahankan, lepas apa yang harus dilepaskan. Jangan menyakiti diri sendiri.
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Demi melihat kehancuran Lisa, Venda tetap masuk sekolah meski kantung matanya sedikit bengkak dan memerah. Tapi dia terlihat fresh karena memakai make up tipis. Dia sengaja datang lebih awal untuk melancarkan aksinya.
Venda mengeluarkan beberapa lembar foto yang dia bawa, lalu menempelkan foto itu di dinding mading.
Foto itu adalah foto kebusukan Lisa, dari terror Melody sampai gadis itu masuk ke club dengan pakaian tidak sopan, ada pula foto saat Lisa berciuman dengan laki-laki. Semalaman Venda mencari informasi buruk tentang Lisa, dia meminta bantuan Laut. Untungnya lelaki itu belum tidur semalam. Venda sangat berterimakasih pada Laut.
"Malu lo, sialan! Mau main-main sama gue, heh?" gumam Venda. Dia tersenyum miring saat melihat foto yang dia cetak sudah tertempel sempurna di sana.
Selain itu, Venda juga membuat akun sosmed khusus berisi foto dan video keburukan Lisa. Saat para murid sudah tiba, dia akan memencet tombol 'send' dan boom! Semuanya akan terbongkar, kebusukan Lisa akan terbongkar semua. Dan ia pastikan, semua orang tidak akan mau berpihak pada Lisa.
Venda memilih menuju kantin untuk mengisi perutnya sambil menunggu Melody. Rencana ini hanya dia dan Laut yang tau, sedangkan Melody tidak tau sedikitpun.
Biarlah Venda membalaskan dendam dengan caranya sendiri. Main kekerasan bukanlah tipe nya.
****
Di sisi lain, Melody menatap malas kedua manusia di depannya.
Gian dan Laut secara tiba-tiba datang menjemputnya. Dan sekarang mereka sedang berdebat dengan ocehan yang terkesan dingin. Hanya tatapan tajam mereka yang mewakili perasaan mereka.
"Udahlah, kalian berangkat sendiri aja!" ucap Melody.
"Lo berangkat bareng gue," ucap Laut.
"Gak! Berangkat sama gue aja!" Gian menyahut.
"Kalian kenapa sih?" Melody menggaruk kepalanya. Bisa telat kalau terus berdebat seperti ini. Tau gitu dia ikut papanya saja tadi.
"Gue datang duluan, jadi Melody berangkat sama gue," ujar Laut, dia menatap datar ke arah Gian.
"Emang lo siapanya dia?" sinis Gian.
"Kalau lo siapanya dia? Gak ada hubungan juga, kan?" balas Laut.
Entah kenapa, hari ini Laut terlihat sangat menyebalkan di mata Gian. Padahal sebelumnya mereka tidak pernah seperti ini. Dan juga, sejak kapan Laut dan Melody dekat? Gian bingung dengan wakil nya itu.
"Berisik!" kesal Melody. Dia menghentakkan kakinya menjauh dari sana menuju garasi. Lebih baik dia naik motor sendiri biar adil.
Gian dan Laut terus mengamati Melody yang sedang menuntun motornya. Gadis itu naik ke atas motor sambil memasang helm. Hingga tak lama kemudian Melody mulai menyalakan mesin dan tancap gas.
"Ayo berangkat! Kita bisa telat!" seru Melody saat melewati Gian dan Laut. Dia berjalan mendahului mereka.
Laut pun segera mengikuti Melody, lalu diikuti Gian yang juga menjalankan motornya.
Kedua lelaki itu berada di belakang Melody seolah mengawalnya. Melody terlihat seperti dikawal bodyguard kalau seperti ini.
Saat memasuki gerbang, mereka langsung menjadi pusat perhatian. Terlebih Laut dan Gian terlihat lebih keren jika mengendarai motor ninja nya. Para siswi memekik tertahan saat melihat Laut melepas helm nya dan merapikan rambutnya.
Ketua dan wakil ketua OSIS itu sangat tampan pagi ini. Tapi, mereka merasakan aura tidak nyaman yang menyelimuti keduanya.
"Gue yakin mereka berdua kawal Melody sampai sini."
"Itu anak beruntung banget dah! Backingan nya orang-orang penting semua."
"Ketos sama waketos doang."
"Tetap aja penting! Mereka berperan penting di sekolah kita, ege!"
"Iya sih. Mana ganteng banget lagi. Gue juga mau..."
"Kuncinya 1, harus cantik!"
Melody melirik malas ke arah Gian dan Laut yang sedang menunggunya turun dari motor.
"Sana pergi! Ngapain masih di sini?" usir Melody.
"Nungguin lo." Keduanya menjawab bersamaan dan seketika mereka langsung melempar tatapan sinis.
Melody menahan tawa melihat kedua lelaki tersebut. Padahal mereka berteman, kenapa bisa jadi tidak akur seperti ini?
"Gue mau temui Venda dulu," ujar Melody. Dia membalas pesan Venda terlebih dahulu sebelum turun dari motor.
"Eits..." Melody berbalik menatap Gian dan Laut. "Mau ngapain? Ikut? Kalian gak lupa jabatan, kan? Tuh, banyak yang telat." Melody menunjuk ke arah gerbang yang sudah di tutup, dan di luar ada beberapa siswa yang terlambat.
"Udah ya. Jangan ngikutin gue mulu," lanjutnya. Lalu ia segera berlari menuju kantin.
"Lo suka sama Melody?" Pertanyaan Gian menghentikan langkah Laut.
"Bukan urusan lo," balas Laut.
"Jelas urusan gue!"
"Kenapa? Bukannya lo gak suka sama dia? Buktinya selama ini lo gak kasih dia kepastian, kan?"
"Bukan urusan lo!"
"Jelas urusan gue," desis Laut. "Lo pikir dia gak capek ngejar lo terus? Sedangkan lo akhir-akhir malah sama mantan tersayang lo itu. Pulang pun biasanya lo minta tolong gue buat antar dia."
Gian mengeraskan rahangnya. "Tau apa lo tentang gue?"
"Semuanya." Setelah itu Laut segera pergi dari sana, meninggalkan Gian yang masih diam di tempatnya.
Sekarang, Laut adalah ancaman untuknya. Ternyata benar, teman bisa saja menjadi musuh dalam selimut. Dia tak pernah berfikir jika Laut menyukai Melody, terlebih Laut jarang berkomunikasi dengan gadis cantik itu. Lalu, bagaimana Laut bisa menyukainya?
Banyak pertanyaan yang bersarang di otaknya, tapi hanya bisa ia pendam. Sepertinya Gian harus gerak cepat kali ini.
"Gian!" Suara itu membuyarkan lamunan Gian. Dia menatap Nada yang berlari ke arahnya sambil membawa sesuatu.
"Aku mau kasih ini! Jangan lupa dimakan ya!" ucap Nada seraya menyodorkan paper bag pada Gian.
Gian tak menolak, dia menerimanya sambil tersenyum tipis. "Thanks."
Nada mengangguk berkali-kali, senyumnya sama sekali tidak luntur.
"Oh iya, pulang sekolah aku nebeng kamu boleh? Papa gak bisa jemput soalnya." Nada mengerjapkan matanya lucu. Dia menatap Gian penuh harap membuat Gian tidak ada pilihan lain selain mengangguk mengiyakan.
Nada bersorak riang melihat jawaban Gian.
"Makasih, Gian!" serunya dan Gian hanya mengangguk singkat.
****
Rahang Melody nyaris terjatuh. Niat hati ingin menghampiri Venda di kantin, tapi keramaian di depan mading membuatnya urung. Dia membelah kerumunan dan langsung dihadapkan foto-foto Lisa yang tertempel di sana.
Siapa yang melakukan itu? Melody yakin dalangnya pasti orang yang dia kenal.
Bisik-bisik tentang keburukan Lisa mulai terdengar.
Sebenarnya Melody senang karena Lisa merasakan apa yang dia rasakan, tapi dia penasaran siapa pelaku yang menempelkan foto-foto tersebut.
Puas melihat semuanya, Melody pun segera menyusul Venda, siapa tau Venda mengetahui foto-foto itu.
Melody semakin mempercepat langkahnya ketika melihat Venda yang duduk santai di sebuah kursi kantin.
"Nda, lo udah liat foto-foto Lisa di mading?" Melody bertanya sambil duduk di hadapan Venda.
Venda mengangguk santai. Dia memberikan susu kotak untuk Melody.
"Muka lo bisa biasa aja gak sih, Mel?" Venda tersenyum geli melihat wajah Melody yang tegang.
"Gak bisa lah! Gue penasaran siapa yang nyebarin foto-foto itu, dan darimana dia dapat fotonya?" Melody menghela nafas berat.
"Harusnya lo seneng karena dia ngerasain apa yang lo rasain, Mel," ucap Venda, nadanya terdengar tak suka. Harusnya Melody jingkrak-jingkrak karena kesenangan.
"Iya gue seneng! Tapi, gue juga bingung siapa yang nyebar foto itu!" balas Melody.
"Gak usah dipikirin. Mending kita tunggu kekalahan dia hari ini. Gue yakin pihak sekolah gak akan ampuni dia. Kelakuan dia udah gak bisa ditoleransi." Sorot mata Venda menajam.
Melody teringat sesuatu. Dia menatap Venda dengan dalam. "Dia... Selingkuhan nya Serangga, kan?"
Venda meremas susu kotak yang dia pegang, lalu mengangguk. Hal itu membuat Melody semakin yakin dengan tebakannya.
"Apa lo yang udah nyebarin foto sama bukti-bukti itu??"
bersambung...