Menceritakan tentang dimana nilai dan martabat wanita tak jauh lebih berharga dari segenggam uang, dimana seorang gadis lugu yang baru berusia 17 tahun menikahi pria kaya berusia 28 tahun. Jika kau berfikir ini tentang cinta maka lebih baik buang fikiran itu jauh - jauh karena ini kisah yang mengambil banyak sisi realita dalam kehidupan perempuan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Just story, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9 : Tekanan
Pagi itu, sinar matahari menembus tirai ruang tamu dengan lembut, membangunkan suasana hangat di rumah kecil mereka. Yeon Ji berdiri terpaku di ambang pintu, di matanya penuh kebahagiaan.
Yeon ji : Wahhh, cantik sekali !! Aku pikir ayah lupa pada ulang tahun ku ???
Kim woon : Bagaimana mungkin ayah lupa pada putri ku satu-satunya
Yeon ji tersenyum dan membuka paper bag yang dibawa ayah nya.
Kim woon : Yeon ji bisa ayah bicara sesuatu pada mu
Yeon ji : Tentu ayah mau bicara apa?
Kim Woon menarik napas, bibirnya mulai membuka, seakan ingin mengungkapkan sesuatu yang penting. Namun sebelum kata-kata sempat terucap, suara lonceng paviliun berbunyi dari kejauhan. Dentingannya menggema lembut, membelah kesunyian pagi.
Kim woon : Sebentar ya, biar ayah liat dulu siapa
Dengan langkah tenang, kim woon meraih gagang pintu kayu itu dan membukanya perlahan. Cahaya pagi menyelinap masuk, menyapu sebagian ruang tamu.
Di ambang pintu, sosok Wang He berdiri tegak, wajahnya tenang namun sorot matanya membawa kesan mendalam. Udara di antara mereka terasa menggantung, seolah ada sesuatu yang belum terucapkan.
Wang he : kim woon tuan ingin mengundang kau dan putri mu untuk sarapan bersama nya
Yeon ji : Aku ?
...Di Rumah Besar Do Hyun...
Yeon Ji melangkah masuk untuk pertama kalinya ke ruang makan itu dengan langkah ragu. Matanya segera disambut oleh kemegahan yang hampir tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Langit-langit tinggi dengan lampu kristal yang menggantung anggun memancarkan cahaya lembut, memantulkan kilauan pada marmer di bawah kakinya. Di tengah ruangan, sebuah meja panjang berlapis ukiran elegan terbentang, lengkap dengan kursi-kursi berbalut kain beludru.
Dinding-dindingnya dihiasi lukisan-lukisan klasik yang tampak begitu hidup, seolah mengisahkan cerita dari masa lalu. Tirai tebal berwarna keemasan bergelombang seperti ombak tenang, menutupi jendela-jendela besar yang hanya sedikit memperlihatkan dunia luar.
Yeon Ji menarik napas perlahan, mencoba mencerna semua yang dilihatnya. Ada hawa dingin yang aneh di balik kemewahan ini, meskipun setiap detail tampak tak tersentuh, nyaris sempurna. Sekilas, ia merasa kecil di tengah keanggunan ini, tetapi rasa kagum di hatinya membuat ia tak ingin berpaling.
Do hyun : aku dengar hari ini putri mu berulang tahun yang ke 17 ? Apa itu benar
Kim woon : Itu benar tuan
Do hyun : Katakan sesuatu nak, kau ingin hadiah apa dari ku ?
Tatapan Kim Woon berubah dalam sekejap. Kekhawatiran membayang di wajahnya saat matanya tertuju pada putrinya.
Yeon ji : Aku??? Bisa meminta sesuatu?
Do hyun : Ya, apa pun katakan lah tanpa ragu
Yeon ji : aku ....
Do hyun : katakan saja
Yeon ji : Aku tidak menginginkan apa pun untuk diri ku tuan karena keberadaan ayah disisi ku sudah melengkapi semua yang ku inginkan namun jika ada hal yang mungkin bisa tuan lakukan untuk ayah ku
Yeon ji : Maka aku ingin keselamatan untuk nya, agar dia tidak pulang dengan luka-luka lagi
Do hyun : kau sangat menyayangimu ayah mu ?
Yeon ji : Lebih dari keinginan ku untuk melihat dunia ini, aku lebih ingin selalu menghabiskan waktu ku bersama ayah
Do hyun : Kau memang anak yang baik, namun aku tetap ingin memberi kan mu sesuatu
Seorang pelayan datang ke ruang makan, membungkuk dengan hormat sebelum berkata dengan suara datar namun sopan.
Pelayan : Nona Yeon Ji, mohon ikut saya.
Do hyun : Ikut lah bersama nya, dia akan menunjukkan mu tempat dimana hadiah hadiah itu telah di siapkan
Yeon Ji hanya terdiam, jemarinya mengepal di atas pangkuannya. Keraguan menyelimutinya, langkah kakinya terasa berat meski belum bergerak. Suasana ruang makan mendadak terasa sunyi, seolah seluruh udara berhenti berputar.
Sampai akhirnya suara ayahnya, Kim Woon, memecah keheningan itu.
Kim woon : Pergilah nanti ayah akan menyusul mu
Setelah mendengar perkataan itu, Yeon Ji bangun perlahan, menuruti arahan pelayan tersebut. Raut wajahnya masih menyimpan kebingungan, namun kakinya bergerak mengikuti tanpa banyak tanya.
Do hyun : Kau berhasil mendidik nya kim, dia tumbuh dengan begitu baik
Kim woon : Terimakasih untuk pujian anda tuan
Kim woon melanjutkan makannya saat Do Hyun kembali mengatakan
Do hyun : Kim, seperti nya aku tak perlu menjelaskan panjang lebar karena kau telah mendengar segala nya semalam kan ?
Mendengar apa yang dikatakan Do Hyun, Kim Woon seakan tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Matanya menatap tajam ke arah Do Hyun, mencari kepastian di balik kata-kata itu.
Kim woon : Apa yang tuan maksud sebenarnya?
Do hyun: kim, kau tak perlu berpura-pura. Aku melihat mu berada didepan pintu saat kami berbicara
Do hyun : Cctv itu merekam segala nya bukan ?
Kim woon : Tuan, maafkan saya sungguh bukan maksud saya untuk...
Do Hyun mengangkat tangannya perlahan, menghentikan Kim Woon berbicara lebih jauh.
Do hyun : Itu bukan masalah kim, justru aku senang kau sudah mendengar semuanya. Jadi sekarang kau memahami seberapa keras kepala nya mingyu cucu ku itu
Kim woon : "Tuan muda?"
Do hyun : Aku tau kau tersinggung dengan apa yang ku katakan mengenai kau dan putri mu, tapi inilah satu - satunya cara yang ku tau untuk membujuk anak keras kepala itu
Suasana di ruangan itu berubah tegang. Kim Woon menunduk, enggan menatap mata Do Hyun yang seolah bisa membaca isi pikirannya.
Do hyun : Seperti kau yang begitu menyangi putri mu, begitu juga aku pada mingyu.
Do hyun : Tapi kau tahu, Mingyu selalu menentangku. Dalam hal apa pun itu. Bahkan saat yang kulakukan hanya demi kebaikannya.
Kim Woon mencoba mengangkat suara, meski keraguan masih menyelimuti pikirannya.
Kim woon : Tapi tuan kenapa harus yeon ji, putri ku baru berusia 17 tahun sedang kan tuan muda sudah 28 tahun. Perbedaan antara mereka akan...
Do Hyun menatapnya dalam, matanya penuh wibawa.
Do hyun : Aku tidak bicara hanya demi kebaikan cucu ku tapi juga putri mu yeon ji
Kim Woon mengepalkan tangannya. Ia tahu Do Hyun tidak akan berhenti di sini.
Do hyun : kau yang katakan hanya aku yang mampu melindungi nya, tapi kim sampai kapan kau akan menyembunyikan dia dari dunia ini ? Kita semakin tua, dan sebelum terjadi sesuatu aku harus memastikan yeon ji memiliki fondasi yang kuat untuk melaksanakan janji ku pada mu
Kim Woon menggeleng pelan, seolah berusaha menolak kenyataan ini.
Kim woon : Tapi, Tuan, kenapa harus menikah dengan Tuan Muda?
Do hyun : Kim, apa ada yang lebih berkuasa dari keluargaku saat ini? Jika aku menikahkan putri mu dengan cucu ku. Jangan kan untuk melihatnya, memikirkan untuk mencelakai nya saja rasanya tidak mungkin. Siapa yang berani menyentuh anggota keluarga kim do hyun?
Kim woon : Tapi tuan tetap saja, ini bukan solusi yang baik kita sama-sama tau bahwa tuan muda bukanlah... (seketika kata - kata kim woon berhenti mengingat dengan siapa dia berbicara)
Do hyun : Aku memahami kekhawatiran mu, dan jika aku di posisi kau. Aku pun mengkhawatirkan hal yang sama untuk yeon ji tapi selain diri mu, pada siapa bisa ku percayakan cucu ku mingyu ?
Keheningan menyelimuti ruangan. Kim Woon merasa seperti terpojok, tak tahu harus berkata apa.
Do hyun : mingyu memang bukan pria ataupun cucu yang baik, karena itu aku berharap yeon ji bisa merubah nya. Permintaan soal ahli waris itu hanya alasan agar mingyu mau menyetujui permintaan ku
Ia berjalan mendekati Kim Woon, berdiri di hadapannya, lalu menepuk bahunya.
Do hyun : karena tujuan utama ku, untuk merubah perilaku nya. Aku ingin dia menjadi pria yang bertanggung jawab dan lebih baik. Karena itu aku membutuhkan putri mu untuk berdiri di samping nya
Kim Woon memejamkan matanya sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. Ia tahu, keputusan ini bukanlah hal yang mudah.
Do hyun : aku sangat percaya, wanita dengan hati bersih dan jauh dari pemikiran akan rasa rakus atas harta dan kekuasaan. Bisa memberikan cucuku mingyu sudut pandang baru mengenai hal-hal yang tidak pernah dia pelajari dalam hidup
Kim Woon membuka matanya, menatap Do Hyun dengan ragu. Do Hyun tersenyum kecil, tapi senyuman itu lebih mirip peringatan.
Do hyun: kim, sebagai seorang pria yang yang memberikan bantuan juga kepercayaan buta pada orang asing yang tidak di kenal nya. Tidak bisakah hari ini, kau melakukan hal yang sama pada ku. Untuk mempercayai dan membantu ku
Kim woon: Baiklah tuan, saya menyetujui pernikahan ini. Namun saya memiliki syarat untuk itu
Do hyun : katakan saja, aku akan mendengarkan nya sekarang
...Di Ruangan Lain ...
Yeon Ji telah sampai di sebuah ruangan, ia tertegun di ambang pintu. Matanya membelalak tak percaya saat melihat ruangan luas dengan interior klasik yang memancarkan kemewahan. Cahaya dari lampu kristal berpendar lembut di langit-langit tinggi, memantulkan kilau emas dari ukiran-ukiran yang menghiasi dinding. Di tengah ruangan, puluhan kotak hadiah dengan pita-pita satin tertata rapi, seolah menantikan sentuhan tangannya.
Yeon ji : Ini semua ????
Pelayan : Tuan besar telah menyiapkan segalanya hanya untuk anda nona
Yeon ji : " Ya tuhan, bagaimana aku bisa membawa semuanya "
Hingga akhirnya, perhatian Yeon Ji tertuju pada sebuah gaun cantik yang dikenakan oleh manekin di sudut ruangan.
Yeon ji : gaun ini benar-benar cantik, tapi gaun semegah ini akan ku pakai kemana ?
Pelayan : tentu saja, Anda akan memakai nya saat pernikahan anda dan tuan muda berlangsung nanti nona.
Yeon ji : Pernikahan????
####################################