NovelToon NovelToon
Istri Pilihan CEO

Istri Pilihan CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Icha mawik

Jatuh cinta pada pandangan pertama, membuat Shakala Fathan Elgio Genova, berusaha untuk memperjuangkan cintanya pada Zakira. Gadis manis yang ia temui tanpa sengaja di perusahaannya. Zakira adalah salah satu karyawan di perusahaannya.
Namun, sayangnya saat ia mengutarakan niatnya untuknya melamar gadis itu. Terjadi kesalahpahaman, antara Fathan dan Mamanya. Nyonya Yulia, yang adalah Mamanya Fathan. Malah melamar Nabila, yang tidak lain sepupu dari Zakira. Nyonya Yulia, memang hanya mengenal sosok Nabila, putri Kanayah dan Jhonatan. Mereka adalah rekan bisnis dan keluarga mereka memang sangat dekat.
Nyonya Yulia juga mengenal dengan baik keluarga bakal calon besannya. Akan tetapi, ia tidak pernah tahu, kalau keluarga itu memiliki dua orang anak perempuan. Terjadi perdebatan sengit, antara Fathan dan sang Mama yang telah melakukan kesalahan.
Nabila yang sudah lama menyukai Fathan, menyambut dengan gembira. Sedangkan Zakira, hanya bisa merelakan semuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Icha mawik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 25

"Ada apa?" tanya Fathan, saat tiba di rumahnya.

Saat ini Yulia meminta Fathan untuk pulang ke rumahnya. Sejak pertemuannya dengan Sukma tempo hari, Yulia jadi tidak tenang. Ia terus saja memikirkan, apa yang dikatakan Sukma, perihal hubungan Fathan dan Nabila.

Yulia pun memutuskan, untuk memajukan rencana pernikahan antara Fathan dan Nabila.

"Duduklah, Mama ingin bicara," ucap Yulia.

Fathan sekilas melirik ke arah Papanya, yang juga ada di sana. Fathan pun, mengikuti ucapan Ibunya.

"Gini, Gio! Mama dan Papa udang mengambil keputusan...." Yulia menjedah kalimatnya sejenak, ketika mendengar suaminya berdehem.

Fathan kembali melirik kearah Papanya.

"Ada apa?" tanya Fathan lagi.

"Baiklah, Mama gak akan basa-basi lagi. Mama pengen kamu segera menikah sama Nabila," ucap Yulia singkat.

"Apa?" Fathan seketika menatap ke arah Mamanya.

Yulia mengangguk mantap. "Iya, kenapa? Apa kamu keberatan?"

"Bukannya, waktu proses tunangan. Kalian sudah sepakat, akan memberikan waktu tiga tahun, sampai resepsi pernikahan?" protes Fathan.

"Ya, memang! Hanya saja, kami kira apa bedanya sekarang atau nanti? Toh, kalian juga bakal menikah, kan? Jadi, tidak ada salahnya, kalau disegerakan saja," ungkap Yulia.

"Tidak bisa seperti itu! Kalau harus sekarang, aku belum siap!" timpal Fathan penuh penekanan.

"Belum siap bagaimana?" tanya Yulia.

Ia menatap tajam ke arah putra semata wayangnya.

"Ini hanya alasan kamu, untuk mengulur waktu, kan?" tebak Yulia.

Fathan mengembus kasar.

"Mama tau, alasan kamu menolak utk menikahi Nabila sekarang. Pasti, karena perempuan itu, kan?" hardik Yulia.

"Ma... ini tidak ada hubungannya dengan Zakira. Mama tau sendiri, saat ini keadaan perusahaan Papa sedang dalam masalah dan usaha yang aku rintis baru saja berkembang. Aku ingin fokus dengan itu semua, tidak mudah untukku membagi waktu. Jika, dalam waktu dekat ini aku menikah. Itu artinya, waktu dan pikiranku juga terbagi lagi. Untuk mengurus ini dan itu," jelas Fathan panjang lebar.

Yulia terdiam sejenak, apa yang dikatakan putranya ada benarnya. Akan tetapi, Yulia tahu betul, sampai saat ini Fathan belum bisa membuang batangan Zakira dalam dirinya. Bagaimana mungkin Fathan bisa melupakan gadis itu begitu saja? Sebab, setiap hari keduanya masih saling bertemu.

Sepertinya, Yulia harus menyusun rencana untuk menjauhkan putranya dari Zakira. Yulia bukan membenci sosok Zakira. Dia adalah seorang yang teguh memegang ucapannya. Ia tidak mau menanggung malu, jika Fathan sampai membatalkan rencana yang telah ia susun.

Sedari awal pun, Yulia sudah sangat menyukai Nabila. Hanya saja, saat itu ia masih belum yakin untuk mengambil keputusan. Ai juga mengakui kesalahannya, dalam mengambil keputusan. Namun, rasa egonya yang tinggi, membuat Yulia tidak mau mengakui kesalahannya.

Selepas mengatakan itu semua, Fathan beranjak meninggalkan rumah dan kembali ke apartemennya. Tak ia hiraukan, pekikan Ibunya yang melarangnya untuk pergi.

"Aku tidak akan tinggal diam. Kali ini, aku akan melakukan sesuatu, untuk membuat kamu melupakan gadis cacat itu," batin Yulia.

Tanpa sengaja, matanya bersitatap dengan sang suami. Yulia segera mengalihkan pandangannya dan mengubah ekspresi wajahnya.

****

"Masih betah aja, lu kerja di sana!" cetus Zaki, saat melihat Zakira bersiap untuk berangkat.

"Kan, gue udah tandatangan kontrak, selama dua tahun, Kak," sahut Zakira.

"Kenapa, gak lu batalin aja kontraknya?" tanya Zaki.

"Gue bakal kena sangsi denda," jawab Zakira.

"Emang berapa sih? Palingan, jajan lu setahun," tukas Zaki.

"Kurang lebih sih! Tapi, kan duit juga. Rugi dong gue, kalau uang jajan gue harus dibayarin dendanya," timpal Zakira.

"Perhitungan banget, sih? Mending gitu kali, dari pada lu tiap hari liatin Fathan. Tapi, nahan rasa," kata Zaki kesal.

"Siapa yang nahan rasa? Gue biasa, aja!" kilah Zakira cuek.

"Masa? Lalu, yang mewek pas malam tunangan Fathan sama Nabila siapa?" ungkit Zaki.

Wajah Zakira terlihat kesal, mendengar sang Kakak kembali mengingatkan kejadian malam itu.

"Itu tangis bahagia tau!" sanggah Zakira.

"Ngeles aja, lu!" ucap Zaki.

Zakira memutar matanya malas.

Sementara di kediaman Nathan dan Kanayah. Nabila terlihat uring-uringan, memikirkan hubungannya dengan sang calon suami. Ia sangat senang, saat mendengar kabar, kalau pernikahan mereka akan dipercepat.

Namun, sampai saat ini Fathan belum juga memberi berita bahagia itu secara langsung padanya. Jangankan memberi kabar tentang berita bahagia itu, bahkan saat Nabila menghubunginya pun, Fathan sama sekali tidak membalas baik pesan maupun telepon dari Nabila.

Sejujurnya, gadis itu lelah dengan hubungan ini. Terlihat, saat ini hanya ia dan keluarga yang sangat antusias dengan hubungan ini. Nabila akui, ia memang sangat mencintai Fathan. Berharap, seiring berjalannya waktu, Fathan juga bisa menerima kehadiran Nabila di sisinya.

Nabila percaya, jika ia bisa memenangkan hati Fathan dengan cara menuruti semua yang pemuda itu inginkan.

Lamunan Nabila buyar, saat mendengar suara Sukma yang memanggilnya.

"Kamu melamun lagi?" tanya Sukma.

"Gak!" kilah Nabila.

Sukma tersenyum tipis. "Oma tau, kamu pasti lagi mikirin Fathan, kan?"

Nabila mengembus napas kasar.

"Kamu, sih! Gak mau denger apa yang Oma katakan," ucap Sukma lagi.

"Yang mana?" tanya Nabila.

"Itu, cara halus mendapatkan pria yang kita inginkan," jawab Sukma

Nabila merenung dan mengingat sesuatu yang pernah Sukma katakan padanya.

"Kamu masih ingatkan, apa yang Oma katakan kemaren?" tanya Sukma lagi.

Nabila mengangguk pelan.

"Nah, coba deh! Kamu lakukan, apa yang Oma ajarkan kemaren. Oma yakin, setelah itu, Fathan pasti akan jadi milik kamu. Oma bisa pastikan, setelah itu, Fathan tidak akan menolak saat kamu memaksanya untuk menikah," ungkap Sukma.

Nabila nampak memikirkan ucapan Sukma. Sampai saat ini, ia masih belum bisa mendapatkan hati seorang Fathan. Entah mengapa, Nabila hanya merasa memiliki raganya saja? Sedangkan hati dan pikiran pria itu telah menjadi milik orang lain. Nabila tahu, kalau Fathan menyukai Zakira yang tidak lain adalah sepupunya sendiri.

Ingin sekali Nabila merelakan Fathan untuk Zakira. Akan tetapi, ia juga tidak bisa membohongi hatinya, kalau dari sejak awal dia juga menyukai pemuda yang namanya sudah menguasai relung hati Nabila.

Nabila akui, sejak dari dulu. Ia akan selalu kalah dari Zakira. Sepupunya itu, selalu saja lebih unggul darinya dalam hal apapun. Itu membuat Zakira, menjadi kesayangan untuk semuanya. Tangan Nabila terkepal, ia bertekad akan mempertahankan Fathan di sisinya.

"Oma!" panggil Nabila.

Sukma menoleh pada gadis itu.

"Tentang rencana Oma. Sepertinya, aku tertarik," ucap Nabila lagi.

Senyum merekah diwajah tua Sukma.

"Bagus, Sayang! Akhirnya, kamu menyadarinya juga. Kalau tidak bisa secara terang-terangan, kita bermain halus. Kita bisa gunakan segala cara, asalkan tujuan kita tercapai," ucap Sukma mempengaruhi Nabila.

"Jangan, Bila!" ucap seseorang yang sejak tadi, mendengar percakapan mereka dari balik tembok.

Sukma dan Nabila terkejut melihat Nabil yang tiba-tiba muncul. Pemuda tampan berkulit coklat itu, berjalan mendekati keduanya.

"Jangan terpengaruh dengan yang dikatakan, Oma. Kamu tau, kan kalau itu dosa?" ucap Nabil, mengingatkan saudarinya.

"Dosa? Tau apa kamu tentang dosa?" sungut Sukma. Ia tidak mau kalau sampai rencananya gagal, oleh ulah Nabil.

"Aku tau, kalian berencana menjebak Fathan. Dan Oma... Oma sengaja mempengaruhi Nabila untuk melakukannya," ungkap Nabil lantang.

"Apa urusannya sama kamu? Urus saja urusanmu, anak tidak berguna seperti kamu ini, tidak akan paham hal seperti ini," rungut Sukma lagi.

"Aku tidak akan mencampuri urusan Oma, jika ini bukan berhubungan dengan Nabila. Dia saudaraku, aku akan tetap ikut campur. Aku tidak mau, dia sampai salah dalam melangkah dan kemudian menyesali perbuatannya," ucap Nabil panjang.

Nabila tampak tertegun, mendengar penuturan pemuda yang menjadi sebagian dari dirinya itu. Ada keraguan dalam hatinya, setelah mendengar ucapan adik kembarnya.

"Diam kamu!" ucap Sukma berang. Ia tidak mau kalau sampai, Nabila mengurungkan niatnya lagi. Setelah sudah payah, ia membujuk dan meyakinkannya. Kini, harus gagal karena pemuda ini.

"Kamu itu, anak yang tidak berguna. Kamu sama mama kamu yang sok baik dan sok bijak itu. Sama saja, suka ikut campur sama urusan orang lain. Kamu...."

"Cukup, Oma!" sentak Nabil.

Sukma dan Nabila terkejut, mendengar suara lantang dan tinggi Nabil. Seumur hidup Nabila, baru kali ini, saudaranya itu meninggikan suaranya pada orang yang lebih tua.

"Cukup! Cukup sudah, Oma mengatakan aku anak yang tidak berguna. Mungkin, selama ini aku diam dan Oma anggap aku takut sama Oma? Gak!" hardik Nabil.

Nabila dan Sukma masih terdiam. Keduanya masih tidak percaya dengan sikap Nabil saat ini. Berbanding terbalik dengan hari biasanya. Biasanya pemuda itu hanya akan diam, saat dikatakan tidak berguna oleh Sukma. Kali ini, kilatan matanya terlihat emosi yang siap meledak.

"Oma boleh mengatakan apapun padaku, tapi jangan pernah menghina mamaku. Aku akan melakukan apapun pada orang yang menghina mama." ungkap Nabil.

Ia menjeda ucapannya sejenak, kemudian menatap ke arah Nabila.

"Dan lu, Bila! Gue harap, lu berpikir sebelum melakukan sesuatu. Jangan sampai, lu menyesal nantinya!" Nabil melangkah meninggalkan Nabila dan Sukma yang masih membeku.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!