Dikhianati tunangan dan kakak kandung, bagaimana rasanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AgviRa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Namaku David Alfredo, aku anak tunggal dari Mike Alfredo dan Hani Candraningsih. Papaku sudah meninggal sejak aku berumur 10 tahun. Mamaku membesarkan aku seorang diri. Saat papa meninggal, aku sudah diajari tanggungjawab oleh mama. Katanya agar esok jika aku sudah siap dan matang, aku akan menggantikan posisi papa di Perusahaan. Karena didikan mama, aku menjadi anak yang mandiri. Setelah aku tamat SMA, aku meneruskan pendidikanku ke Paris. Sedang perusahaan saat itu aku serahkan dan aku percayakan pada Asisten papa yang bernama Jonathan. Aku di Paris juga menjalankan Perusahaan papa yang ada disana. Aku di Paris kurang lebih 7 tahun, saat ini usiaku sudah 28 tahun. Karena usiaku yang tergolong sudah matang, mama sering kali memintaku untuk segera menikah. Mama sering menanyakan kapan aku akan menikah. Sampai suatu hari mama jatuh sakit. Dan aku mau tak mau harus balik dan menetap ke Indonesia. Sedang Perusahaan yang di Paris ku percayakan pada orang kepercayaan papa.
Selama aku balik, hanya pertanyaan seputar kapan menikah yang mama ajukan. Mungkin mama lelah hingga tubuhnya menjadi drop dan sakit. Akhirnya aku mulai menuruti kata mama yang harus segera mencari pendamping, namun semua itu aku yang memutuskan dan mama setuju. Aku mencari wanita dengan berpura-pura menjadi tukang kuli lah, supir, ojek, dan sebagainya. Aku ingin melihat apakah masih ada wanita yang tak memandang laki-laki dari hartanya.
Hari itu aku menuju ke sebuah restoran untuk bertemu dengan seorang wanita, sebenarnya aku lelah karena setiap bertemu dengan wanita, tanpa basa-basi mereka meninggalkan aku ketika tahu pekerjaanku.
Aku bertemu wanita dengan gayanya yang super modern. Aku ajak berkenalan, sebelumnya dia merasa biasa-biasa saja, tapi ketika aku bilang aku hanya seorang supir angkot dia langsung pergi meninggalkan aku.
"Jadi, kamu hanya seorang supir angkot dan kamu bukan orang kaya? Lalu bagaimana kamu bisa menuruti semua kemauan aku? Seleraku ini, kamu gak akan mampu menurutinya, aku juga gak mau punya pasangan seperti kamu yang miskin ini." Ucap wanita yang berada di hadapanku.
"Aku bisa menurutinya, asal kamu mau bersabar." Jawabku mulai acuh.
"Hallah, udahlah, laki-laki kere aja mau melamarku, kita putus." Ucap wanita itu lalu pergi meninggalkanku.
Huft,,,,
Aku pun mendesah, sesaat tatapanku bertemu dengan tatapan seorang wanita yang sepertinya memperhatikanku, namun dia terlihat begitu cuek lalu mengalihkan pandangannya dariku.
Aku yang sedikit tertarik pun menghampiri wanita tersebut. Entah kenapa aku merasa aneh dengan tatapan wanita tersebut.
"Maaf, apa aku mengganggu?" Ucap ku lalu duduk di kursi depan wanita itu.
Uhuk Uhuk.
Wanita tersebut tersedak saat aku tiba-tiba bertanya, dia lalu mengambil minum dan meminumnya hingga habis.
"Aduh, maaf maaf, saya ngagetin ya?" Ucapku meminta maaf.
*Hah, apa ini?* Batinku.
"Ah, enggak, saya aja yang terlalu fokus dengan makanan saya, jadi saat Anda menyapa saya kaget." Jawab wanita tersebut.
"Nona, apakah saya boleh minta tolong?" Ucapku berani meminta tolong.
"Anda mau minta tolong apa? Sekiranya saya bisa menolong akan saya usahakan." Jawab wanita di hadapanku.
"Nona, saya benar-benar sedang membutuhkan pertolongan, ibu saya sakit Nona, dan beliau meminta saya untuk segera menikah, hari ini juga saya harus membawa calon untuk menemuinya, saya bingung Nona, apakah Nona bisa membantu saya? Saya akan bayar berapapun yang Nona minta." Ucapku menjelaskan apa yang aku maksud dengan memberikannya upah.
"Hahhh, bukannya pacar Anda tadi memutuskan Anda karena Anda seorang supir angkot, kenapa Anda bisa bilang akan membayar saya berapapun yang saya minta?" Ucapnya.
"Em, itu saya hanya membohonginya saja Nona, Eh, apakah Nona menguping pembicaraan saya tadi?" Jawabku.
"Em anu, gak sengaja dengar aja tadi. Iya. hehe." Jawab wanita tersebut sedikit salah tingkah.
"Lalu bagaimana, Nona? Apakah Nona bisa membantu saya?" Aku menatapnya meminta kejelasan.
"Kalau hari ini saya tak bisa, karena saya harus bekerja. Mungkin sepulang kerja, saya bisa membantu Anda." Ucapnya.
"Kalau begitu, bisakah kita bertukar nomor, Nona? Anda bekerja dimana? Kenalkan, nama saya David." Ucapku memperkenalkan diri.
"Ayu, ini nomor saya, saya bekerja di PT MERINDU." Jawab wanita tersebut.
*Oh namanya Ayu. Ternyata dia karyawanku. Bagus, ini menarik.* Batinku.
"Baiklah, Nona. Saya akan menghubungi Nona nanti. Terima kasih. Saya pamit duluan, silahkan dilanjutkan sarapannya." Ucapku.
Setelah mengucapkan itu, aku pun berlalu pergi meninggalkan Ayu.
Aku memutuskan untuk pergi ke Apartemen milikku. Sore pun tiba dan rasanya jam kantor waktunya pulang, aku gegas ke kantor untuk menemui Ayu, karena jika aku hanya menghubunginya serasa tak puas jika belum bertemu. Aku meminta supir untuk mengantarkan ku ke Kantor, sampai di Kantor masih ada waktu 2 menit. Aku menunggu Ayu di Parkiran dan supir pun ku suruh untuk kembali.
Tak lama terlihat wanita yang aku tunggu. Dia berjalan menuju ke Parkiran tempat aku menunggu saat ini. Dia ingin masuk ke dalam mobil tapi, aku hentikan.
"Hallo, Nona. Apakah Anda melupakan sesuatu?" Ucapku.
"Astaghfirullah, kamu mengagetkan saja. Sepertinya kamu ini suka sekali mengagetkan orang ya?" Ucap Ayu kaget.
Rasanya aku gemas melihatnya yang imut itu. Hah, perasaan apa ini?
"Ah, enggak juga, Nona. Jadi, bagaimana, bisakah Anda membantuku sekarang juga?" Tanyaku padanya.
"Em, gak bisa besok ya, hehe. Ya udah deh, jadi aku harus bantu gimana nih?" Ucapnya sambil nyengir. Tapi akhirnya dia mau juga.
Aku mengajaknya masuk ke dalam mobilnya, agar tak ada orang yang melihat ataupun mendengar. Aku pun menjelaskan apa yang harus Ayu lakukan selama dia bertemu dengan mamaku. Lalu Ayu pun mengangguk dan menyetujuinya. Setelah itu aku langsung mengajaknya ke Mansion, aku yang menyetir mobil agar Ayu tak banyak bertanya dimana dan kemana.
Tiba-tiba aku mendengar Ayu menggerutu.
"Haa, apa, Anda bilang apa, Nona?" Tanyaku.
"Ah, enggak, kamu salah dengar." Jawab Ayu.
Aku dan Ayu selama diperjalanan hanya diam. Hingga sampai di depan gerbang Mansion. Terlihat Ayu melotot kan matanya. Mungkin dia kagum.
"Gak perlu sampai begitu juga kali, Nona. Awas nanti bola mata Nona keluar loh kalau Nona melotot begitu." Ucapku meledeknya.
Aku membawa mobil masuk ke dalam dan ku parkiran mobil Ayu di halaman depan tepat depan pintu Mansion. Aku ajak Ayu keluar dari mobil dan ku ajak masuk ke dalam Mansion. Ayu terlihat mengagumi isi yang ada di dalam Mansion.
Lalu aku mengajak Ayu naik ke atas dimana kamar mama berada.
"Anda siap, Nona?" Tanyaku.
Hhahhh,,,
Ayu membuang nafas.
"Ayo kita lakukan." Ucapnya.
Aku pun membuka pintu. Mama sedang tertidur di kasurnya. Aku menuntun Ayu mendekati mama.
"Ma, lihatlah David membawa siapa? Ini calon istri David, Ma." Aku membangunkan mama dengan berucap dengan sangat pelan agar mama tak kaget.
Mama lalu membuka mata.
Aku memperkenalkan Ayu kepada mama. Ayu terlihat luwes dalam berinteraksi. Dia cepat sekali mengambil hati mama. Tak pernah aku melihat mama sebegitu akrabnya dengan orang baru.
Aku yang melihat interaksi diantara kedua wanita tersebut tersenyum. Hingga mama tiba-tiba berucap meminta untuk segera melamar dan menikahi Ayu.
Karena aku tak mau salah memilih dan membuat mama kecewa, aku meminta pada asisten Jonathan untuk mencari data soal Ayu. Dan, ternyata hasilnya tak perlu aku takutkan. Dan aku pun tak ragu untuk bilang kepada mama jika aku akan melamar dan menikahi Ayu. Ayu memang wanita berbeda.
Paginya aku akan menunjukkan siapa diriku kepada Ayu, karena dia tidak tahu jika dirinya bekerja di perusahaan ku. Aku pun meminta Jonathan untuk memberi semua karyawan jika aku akan datang ke Perusahaan. Saat aku datang mereka semua berkumpul di Lobi. Aku berjalan tegap tanpa menoleh kemanapun. Tujuanku hanya ruanganku dan menunggu Ayu untuk datang ke ruangku karena aku semalam memberikan solusi kepadanya untuk meminta cuti langsung ke CEO.
Aku duduk di kursi kebanggaan papa. Sekarang akulah yang bertanggungjawab atas Perusahaan. Tak lama aku melihat Ayu berbicara pada Jonathan dari balik cermin. Aku lalu memutar kursi kearah jendela kaca.
Sampai dia masuk.
"Selamat pagi, Pak." Sapa Ayu.
"Hm, selamat pagi." Jawabku. Sepertinya aku kurang dingin dalam menjawabnya tapi ya sudahlah.
"Saya Ayu Manajer keuangan di sini, kesini ada perlu, Pak. Apakah Bapak bisa memberikan saya cuti untuk beberapa hari?" Ucap Ayu.
Aku pun memutar kursiku, tapi yang aku lihat Ayu menundukkan kepala, sehingga tak melihatku.
"Bukankah kamu baru saja mengambil cuti?" Ucapku.
"Iya, Pak. Saya mau ijin memintanya lagi." Jawab Ayu.
"Kenapa kamu mau ambil cuti lagi?" Selidik ku. Aku sedikit menahan agar aku tak tertawa.
"Saya, ak-"
"Saya ijinkan, bagaimana calon saya gak saya beri ijin, nanti saya tunangan dengan siapa kalau calon saya aja berada disini?" Ucapku memotong kalimatnya, aku tak tega mengerjainya.
Ayu langsung mendongak dan menatapku, sepertinya dia kaget melihatku.
"Da-David?"
Nah kan, dia syok. haha
"Ya, saya." Jawabku.
"Ih, kamu, kamu CEO? Disini? Kamu ngerjain aku?" Ucapnya.
Aduh, dia terlihat menggemaskan ketika sedang kesal begitu.
"Tidak, untuk apa? Hahaha." Seketika aku pun tertawa menertawakan ekspresi Ayu yang terlihat kesal bercampur malu. Sangat menggemaskan.
Ayu terlihat begitu kesal dan menghampiriku lalu mencubit lenganku.
"Aduh aduh, sakit, kamu kecil-kecil cubitannya sakit." Aku pun mengaduh kesakitan. Hah dia kecil-kecil berasa kenceng juga cubitannya.
"Biarin" Jawabnya kesal.
Lalu aku pun minta maaf. Aku memintanya untuk memberitahu pada kedua orang tuanya, jika dua hari lagi aku akan melamarnya, dia ku beri cuti selama seminggu, karena aku maunya langsung menikahinya. Dan dia pun bilang kalau dia akan balik ke kampung besok pagi.
Dia yang masih setia dengan kekesalannya langsung pergi begitu saja. Aku tersenyum dengan tingkahnya yang seperti anak kecil. Heran wanita seperti Ayu bisa masuk ke Perusahaan ini menjabat sebagai Manajer pula. Benar-benar wanita yang menarik.
Lalu Jonathan masuk menanyakan kenapa Ayu seperti terlihat kesal. Aku pun menjelaskannya. Jonathan pun manggut-manggut.