Fanya dipertemukan oleh dua laki-laki yang lebih muda darinya,benar-benar membuat hidupnya begitu berliku.Perjalanan asmara yang rumit tak lepas dari ketiganya.Bagaimana kisah selanjutnya?
Meski Lo mutusin buat pisah,satu hal yang harus Lo tau,gue kan tetap nunggu Lo.Sama seperti dulu,gue gak akan dengan mudah melepas Lo gitu aja,Fanya.Sekalipun nanti Lo bersama orang lain,gue akan pastiin pada akhirnya Lo akan tetap kembali bersama gue.Ingat ini Fanya,takdir Lo cuma buat gue,bukan untuk orang lain - Baskara
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
sembilan
"Pulang jam berapa Lo kemarin?"tanya Sagita padanya.Mereka kini sedang makan siang bersama di sebuah resto.
"Jam 10-an,"jawab Fanya.
"Pantes,gue kerumah Lo jam 7-an,tapi kata satpam rumah Lo,Lo gak ada di rumah.Padahal gue mau curhat sama Lo."
"Lo pulang naik apa semalam? Gue liat mobil Lo ada di depan rumah."
"Biasa,pake ojek online,gue lagi males nyetir,"ujar Fanya.Mana mungkin ia menjawab jika semalam ia diantar oleh adiknya.
"Gak serem naik ojek malem-malem?"
"Engga, lagipula gue udah biasa naik ojol kalau males nyetir."
Kemarin dia memang baru saja diantar pulang oleh Baskara jam 09.30 malam.Dia menahannya sepanjang sore di apartemen,jika dia tidak mengingatkan sepertinya anak itu tidak akan mengantarnya pulang.Mereka menghabiskan waktu untuk menonton Film di televisi dan sesekali mengobrol hal random.
"Lo mau curhat apa?"tanya Fanya.
"Masalah Alex,"kata Sagita sembari mengaduk makanannya dengan malas.
"Ada apa?" tanyanya.
"Gimana ya jelasin.Sebenarnya gue bingung dia itu beneran niat dekat sama gue atau sekedar senang-senang aja."
"Terus kenapa?"
"Gue sama dia udah sering banget jalan,bahkan setelah pulang ngantor pun dia rela jemput gue buat sekedar jalan.Tapi sampai sekarang gue gak liat dia berniat buat nembak gue.Status gak jelas gini tuh bikin gue bingung.Gue pengen jalan sama cowok lain tapi gue ngerasa gak enak sama Alex.Gak jalan sama yang lain tapi hubungan gue sama Alex gak jelas."
"Lo udah coba ngomong atau sekedar mancing dia buat nanya status kalian?"
"Pernah,sekali.Tapi dia cuma bilang jalanin aja dulu.Kaya sekarang kita sering banget jalan bareng layaknya orang pacaran.Tapi tetap aja Nya,gue juga butuh kejelasan.Tapi di sisi lain,gue juga gak mau terlalu menekan Alex.Gue gak mau dia ngerasa gak nyaman sama gue."
Fanya termenung,kenapa yang dialami Sagita sangat relate dengan hubungannya dan Baskara.Apa laki-laki itu juga merasa seperti Sagita,karena sampai saat ini ia belum memberikan kepastian apapun.
Sagita menepuk bahunya."Nya! Kok malah bengong si?"
"Ini gue lagi mikirin solusi dari masalah Lo,"Kilah Fanya.
"Jasi solusi apa yang Lo dapet?"Tanya Sagita sambil menunjuk kening Fanya.
Ponsel Fanya bergetar menandakan notifikasi pesan masuk.Ia menunda jawabannya pada Sagita lalu membuka pesan itu.
Baskara|
Lo dimana? Gua lagi depan apartemen Lo ni. Gue dari tadi pencetin bel gak dibuka-buka.
Fanya mengerutkan alisnya.Untuk apa Baskara di apartemennya? Seingatnya ia tak memiliki janji apapun hari ini.Fanya melirik Sagita yang sedang melanjutkan makannya sembari melamun.Ia segera membalas pesan dari Baskara.
Anda|
Ke apartemen gue kok gak ngabarin dulu? Gue lagi ketemu sama kakak Lo.Masuk aja password nya 5678.
Fanya buru-buru menyimpan kembali ponselnya di meja lalu melanjutkan makan.
"Siapa Nya?"tanya Sagita.
"Hah? Siapa apanya?"tanya Fanya gugup.
"Yang tadi chat Lo siapa?"tanya Sagita lagi.
"Oh.Anu-itu Kalista temen gue,dia bilang udah di jalan mau ke apartemen gue,"ujar Fanya bohong.
"Apartemen?Lo punya apartemen? Kok gak ngasih tahu gue?"tanya Sagita bertubi-tubi.
"Iya.Gue beli apartemen kira-kira tiga Minggu yang lalu.Gue belum sempat kasih tau siapa-siapa si."
"Oh,gitu.Ada tugas ya?"
"Iya nih,"jawab Fanya singkat sembari memasukkan makanan kedalam mulutnya.
Sagita mengangguk sambil menghembuskan napas.Fanya jadi merasa kasihan melihat Sagita.
"Git,"panggil Fanya.
"Hm?"Guman Sagita.
"Gimana kalau Lo coba sekali lagi buat ungkapin perasaan Lo ke Alex? Supaya Lo gak bingung lagi kayak gini.Setidaknya kan Lo dapat kepastian,terlepas dari di terima atau tidaknya Lo,"ujar Fanya menyarankan.
"Tapi gue malu kalau harus nyatain perasaan duluan."
"Atau Lo mau gue yang coba ngomong sama Alex?"
"Tapi kayaknya payah banget gak si kalau Lo yang nanyain?"
"Ya kan gue gak akan frontal juga.Gue akan bicara pelan-pelan maksud dia deketin Lo selama ini untuk apa, sukur-sukur kalau gue bisa yakinin dia buat nembak Lo."
Sagita mengigit bibir bawahnya sambil berpikir.Berkali-kali dia menghembuskan napas sampai akhirnya dia berbicara.
Sagita menggenggam tangannya."Boleh deh.Kalau Lo gak keberatan,gue minta tolong supaya Lo bicara sama Alex? Ngobrol biasa seperti yang Lo ucapin nanti.Setidaknya kalaupun nanti gue nyatain perasaan,gue akan dapat gambaran gimana hubungan gue dan Alex kedepannya,"ucap Sagita.
Fanya membalas genggaman Sagita,lalu tersenyum.
"Lo tenang aja.Nanti gue akan coba ngobrol sama Alex.Setelah berhasil ngobrol sama dia,gue akan langsung laporan sama Lo."
Sagita tersenyum senang." Makasih ya.Nya"
"Sama-sama."
"Yaudah.Sana balik ke apartemen Lo."
"Lo ngusir gue ni?"ucap Fanya dramatis.
"Lah,katanya tadi temen Lo mau datang ke apartemen Lo.Siapa tau dia udah sampe."
Fanya menepuk jidatnya,ia lupa jika Baskara berada di apartemennya sekarang.
"Oh,iya lupa gue.Yaudah gue balik duluan ya.Lo balik ke rumah atau ke apartemen?"tanya Fanya pada Sagita.
"Gak dua-duanya,habis ini gue mau langsung cabut ke tempat lain.Ada janji sama temen kantor."
Fanya mengangguk lalu mengambil ponselnya dan berjalan ke pintu keluar.Sagita melambaikan tangannya pada Fanya ketika dia sudah berada di luar.Setelah itu ia segera melajukan mobilnya menuju apartemen miliknya yang tidak jauh dari cafe yang ia kunjungi tadi.
Fanya segera memasukkan password,setelah pintu terbuka ia buru-buru masuk ke dalam apartemen.ia membalikkan tubuhnya mencari keberadaan Baskara.Ia berjalan mengelilingi apartemennya tapi ia tidak menemukan laki-laki itu.Apakah dia sudah pulang karena terlalu lama menunggunya? Fanya mengeraskan suaranya memanggil Baskara,tapi tak ada sahutan dari laki-laki itu.Ia melirik rak sepatu yang berada di dekat pintu masuk.Aneh,padahal jelas-jelas ada sepatu milik Baskara,tapi dimana laki-laki itu sekarang.
Satu-satunya ruangan yang belum ia periksa adalah kamar miliknya.Fanya berjalan ke kamar dan membuka pintu secara perlahan.Ternyata benar dugaannya,Baskara sedang berada di dalam kamarnya.Laki-laki itu tengah berbaring di kasurnya dengan mata terpejam, sepertinya dia ketiduran.
Perlahan Fanya mendekati Baskara lalu naik ke atas kasur.Ia menatap lekat Baskara yang tertidur pulas,meski sedang tertidur tapi laki-laki itu masih terlihat tampan.
Fanya ikut membaringkan tubuhnya di samping Baskara dengan posisi menyamping.Ia menikmati ciptaan Tuhan di depannya.Rambut hitam agak bergelombangnya menutupi sebagian alis tebal milik laki-laki itu,bulu mata yang panjang dan lentik.Terkadang ia merasa iri melihat bulu mata Baskara yang lebih lentik daripada dirinya.Matanya terus memperhatikan wajah Baskara,hingga matanya tertuju pada bibir laki-laki itu.Pipi Fanya seketika merasa panas ketika matanya melihat ke arah sana.
"Enjoy the view?"tanya Baskara dengan suara sedikit serak khas orang bangun tidur.Matanya terpejam tapi bibirnya tersenyum tipis.
Fanya terkejut,ia segera duduk."Lo udah bangun?"tanya Fanya.
Baskara langsung membuka matanya.
"Kalau gue tidur,gak mungkin gue ngomong. Nya,"ucap Baskara sambil menatapnya.
"Bisa aja kan ngigo. Oh iya, Lo kenapa gak ngabarin kalau mau ke sini? Untung aja gue gak ada janji buat pergi."
"Gue kangen, makanya gue kesini."
Fanya mengalihkan pandangannya. Sial Baskara, ucapannya selalu berhasil membuatnya tersipu malu.
Baskara bangkit dari tidurnya,ia duduk sembari menatapnya lekat.Tak lama bibir laki-laki itu menempel di bibirnya. Cukup lama menempel, sebelum akhirnya ia menjauhkan wajahnya.
"Ke dapur yuk,gue lapar,"ujar Baskara santai,seolah tidak terjadi apa-apa.
Fanya menatap Baskara yang sudah keluar dari kamar.Setelah membuatnya berdebar tak karuan, laki-laki itu malah pergi begitu saja.