Gadis muda, bernama[Resa anggraini], yang haus kasih sayang dan perhatian,pertemuan dia dengan seseorang yang bernama [Hari ramadhan],berusia 32 tahun mempersatukan dua insan itu dalam sebuah ikatan di usianya yang masih 18 tahun.Konflik muncul ketika [Resa] berusaha menemukan kebahagiaan dan kasih sayang dalam pernikahan tersebut,berawal dari perkataan frontal gadis itu membawanya pada takdir yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
babb 18 Gak akan aku sia sia kan
Lain halnya di rumah Nenek Nur, Komala beserta kakaknya sedang berunding untuk mencari keberadaan Wati. Tak terima dinasehati, akhirnya dia kabur dari rumah, karena ulahnya pada Hasan ketahuan orang tuanya.
"Kang, gimana ini, harus cari Wati kemana lagi, kita udah mencari ke semua tempat juga ke teman-temannya, tapi Wati gak ditemuin juga," keluh Komala yang terisak menangisi anaknya yang sudah seharian ini tak kunjung pulang.
"Coba datengin bapaknya, atau sama kakak-kakaknya, mungkin dia kesana," saran Nurdin.
"Gak mungkin ada Kang, dia gak dekat dengan keluarga bapaknya, tau sendiri semenjak kita pisah tak pernah sekali pun menemuinya," jawab Komala.
"Ya, dicoba dulu, mana tahu ada. Tadi kata Devi, kemarin Wati sempat dateng kerumahnya, dia bilang mau berkunjung ke tempat bapaknya," ucapnya berusaha menenangkan Komala yang sama khawatir.
Matahari bersinar sangat terang, di tengah hari yang membuat gersang penduduk bumi yang sedang berkegiatan di luar rumah. Se gersang hati seorang gadis cantik yang berwajah murung yang sedang duduk di atas sajadah selepas menunaikan kewajibannya.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, asaluka Fauzal bil zannah. Assalamu'alaikum warohmatulohi wabarakatuh, inni as aluka najatam minan nari wal'afwa indal hisab," ucap Resa mengakhiri sholat dzuhur nya kemudian melanjutkan zikir dan berdoa.
Setelah usai, gadis itu diam sejenak sambil mengusap air matanya yang menetes di pelupuk matanya. Kejadian itu tak luput dari perhatian Kayla yang sama-sama sedang melaksanakan kewajiban nya di musola itu.
"Sepertinya gadis ini terbiasa sakit tanpa disembuhkan. Terbiasa kecewa tanpa di tenangkan, terbiasa sedih tanpa pelukan. Dia diam meski ada luka yang ingin berbicara. Dia tetap tersenyum meski di pelupuk penuh air mata.
Andai aku bisa jadi pelariannya, akan ku dekap tubuhnya yang selalu terguncang menahan isak tangis yang tak ingin orang lain dengar," batin Kayla merasa iba pada gadis yang selalu ia temukan sedang meneteskan air mata saat di kesendiriannya.
Tak ingin keberadaannya di ketahui gadis itu, dengan cepat Kayla keluar terlebih dahulu dari musola tersebut. "Akan ku dekati dia sampai merasa nyaman dengan ku, mungkin dengan begitu dia tak akan merasa sendiri di tengah keramaian ini," gumam Hari sambil berjalan menjauh, namun gumamnya di dengar oleh Kayla yang baru keluar dari musola tersebut.
Mereka pun berjalan beriringan menuju ruang makan. Kayla menyunggingkan senyumnya sambil berkata, "Semoga berhasil.Tapi kamu tahukan, pemuda aja dia tolak, apalagi duda anak satu sepertimu."
Pria itu tak mengatakan sepatah kata pun, dia hanya tersenyum tipis memandang pada lawan bicaranya.
"Apa liat-liat. Kalau suka ya di kejar, jangan cuman mengamati dari jauh ya, mana peka dia," saran Kayla.
"Bu, bisa bantu saya?" Tanya Hari dengan memohon.
"Setau saya, dia belum ada yang punya selain bapaknya," jawab Kayla tanpa menunggu pertanyaan dari rekan kerjanya itu.
"Minder bu. Apa pantas di umur dan status saya sekarang buat dia?" Kayla menatap nanar pada pria yang baru setahun ini menyandang gelar duda.
"Hadeh, gak ada yang mustahil. Kalau Alloh berkehendak kalian jodoh, umur gak akan jadi patokannya. Tentang status mu juga, kalau sama-sama suka mah gak akan jadi halangan, har," imbuh Kayla.
"Benar juga yah, makasih deh udah ngasih pencerahan," imbuh Hari, hatinya merasa berbunga-bunga seakan Resa adalah obat luka dari rasa sakitnya belakangan ini.
Kayla mengangkat tangan dan mengayunkan ke arah Hari seperti ingin menimpuknya sambil berkata, "Eh, jangan senang dulu, awas aja kamu kalau cuma mainin dia, tak tampol kepala mu. Meskipun ibu belum kenal lama sama si Resa, ada rasa iba pada anak itu. Sepertinya dia dalam keadaan kurang baik."
"Maksudnya, kurang baik gimana bu?" Tanya Hari.
"Iya, aku kan seorang ibu, punya anak gadis juga. Kurang lebih ya aku paham sama gerak-geriknya. Kasihan anak itu. Apalagi aku sering memergoki dia nangis sendiri di musola. Entah masalah apa yang sedang di hadapinya. Sepertinya gadis ini tertutup pada orang lain. Soalnya kalau lagi ngumpul juga gak pernah banyak cerita.Kalau lagi senggang di waktu istirahat juga kebiasaannya ya mojok di musola.Sebelas dua belas sama kamu, kalau gak di senggol dulu ya mana bunyi," imbuh Kayla.
"Tenang aja bu. Sekarang ada aku. Kalau ada kesempatan, gak akan aku sia-siakan. Aku serius dalam mencari pasangan, bukan untuk main-main," jawab Hari.
***
Pada sore hari seperti biasanya, para karyawan harian akan pulang setelah adzan ashar berkumandang. Saat tiba waktunya, Ika berkata pada Resa, "Res, kamu pulang sendiri gak pa-pakan? Bibi ada perlu dulu, udah ada yang mau jemput."
Tanya Ika saat menghampiri Resa yang sedang bersiap-siap untuk pulang.
"Hmmm, iya bi, gak papa," jawab Resa mempersilahkan.
"Ya udah, kalau gitu bibi duluan ya," pamit Ika kemudian berjalan menuju seberang jalan.
"Iya bi, silahkan," jawab Resa, ia bergegas keluar untuk menunggu angkot yang lewat, namun karena di waktu bubaran para pekerja, alhasil angkutan umum pun penuh dengan para karyawan dari berbagai pabrik.
"Aduh, gimana yah, susah banget sih angkotnya, mana udah mau jam 4 lagi, bisa-bisa telat ngaji lagi ini mah," keluh Resa saat sedang menunggu angkutan umum lewat.
Sedangkan di seberang sana, tepatnya di sebelah rumah tempatnya bekerja, keluarga Hari sedang berkumpul, bercerita di tengah kebisingan lalu lalang kendaraan yang lewat. Pandangannya tak luput dari gadis yang sedang berdiri sendirian di bahu jalan.
"Eh, kalian sering perhatiin gadis yang di seberang itu gak sih? Kayanya dia karyawan baru teh Amel ya? Masih gadis coy. Pantas aja si AA semangat lagi masuk kerja yah, bener gak sih?" godanya mengangkat satu alis sambil menyenggol kan bahunya pada sang adik ipar yang duduk bersebelahan dengan nya, kemudian beralih menatap Hari.
"Hahahaha... Iya juga yah. Bisa sambil cuci mata Har, bikin melek mata. Kerja juga betah ya kalau ada yang bening," timpal saudaranya yang lain ikut menggoda sepupunya yang hanya diam membisu namun pandangannya tak lepas dari gadis yang sedang mereka perbincangkan.
"Ehem, ehem," deh em nya. "Sepertinya udah ada lampu hijau ini, a. Gas keun lah. Kita dukung 100%. Jangan diam di tempat mulu. Gak perlu galau-galau lagi. Sekarang ada berlian di depan mata, masa di sia-siakan sih?"
Tanpa pikir panjang, Hari menyambar kunci motor yang tergeletak di atas meja, kemudian ia pergi keluar menjalankan motornya ke seberang jalan tempat gadis incarannya berdiri.
"Ayo naik, saya antar," ajak Hari.
Namun Resa malah memundurkan langkahnya, menatap lekat pada pria yang tertutup helm. Sepertinya dia mengenali sorot mata di balik helm tersebut.
"Wkwkwkwk, gercep juga dia. Tak kira dia hanya diam menyimak itu, tak ikut memperhatikan. Tau-taunya menaruh hati juga," imbuh kerabatnya dengan tawa mengejek sepupunya yang sudah berada di sebelah orang yang sedang mereka ghibah i.