Kazuya tak pernah merasa lebih bersemangat selain saat diterima magang di perusahaan ternama tempat kekasihnya bekerja. Tanpa memberi tahu sang kekasih, ia ingin menjadikan ini kejutan sekaligus pembuktian bahwa ia bisa masuk dengan usahanya sendiri, tanpa campur tangan "orang dalam." Namun, bukan sang kekasih yang mendapatkan kejutan, malah ia yang dikejutkan dengan banyak fakta tentang kekasihnya.
Apakah cinta sejati berarti menerima seseorang beserta seluruh rahasianya?
Haruskah mempertahankan cinta yang ia yakini selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riiiiee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Teman Tapi Lucnut
"Ini kita udah selesai, yuk Yek, balik," ajak Eyrine dengan nada yang terdengar tergesa. Tangannya sudah sibuk merapikan mangkuk dan gelas di depannya, meskipun jelas terlihat ada kecanggungan di setiap gerakannya.
Kedatangan Abrian sejak tadi membuatnya gelisah, seolah ia tak bisa benar-benar santai. Meskipun sejujurnya jantung terpompa lebih cepat. Kebahagiaannya ingin membuncah namun ia berusaha keras menahannya. Sudah sedari awal mengiyakan ajakan Abrian yang notabenenya adalah dosennya di kampus ini, ia tidak ingin masyarakat kampus ini mengetahui hubungan mereka. Tentu dirinya tidak ingin menjadi bahan omongan orang-orang. Meskipun sebenarnya tidak sama salah akan hubungan mereka.
Nyata dirinya sudah legal, bukan? Abrian tidak memacari anak di bawah umur. Lagi pula umur mereka hanya berjarak berapa tahun, sungguh masih dekat gap nya. Abrian masih muda, bukan dosen tua yang sudah memiliki istri. Namun, kita tidak tahu respon orang-orang. Mungkin ada saja yang menganggap hubungan dosen dan mahasiswa itu hal tabu. Apalagi jika dituduh memacari dosen agar mendapatkan nilai bagus, sungguh Eyrine tidak sanggup menerimanya. Muak sekali dengan pikiran orang seperti itu. Makanya dirinya mencari aman. Lebih baik hubungan mereka disembunyikan saja statusnya. Cukup orang-orang terdekat saja yang tahu. Sepertinya masyarakat kampus, Kazuya saja sudah cukup.
"Ntaran dong, Yin. Buru-buru amat! Mau kemana sih?" Cengir Zuya bertanya. Terlihat pura-pura lugu.
Padahal jelas Zuya menyadari situasi saat ini yang begitu canggung. Meskipun Eyrine dan Abrian duduk bersebelahan tidak ada obrolan penting bak selayaknya orang berpacaran. Hanya pertanyaan basa-basi diawal tadi. Zuya menyadari sepertinya sedari awal Eyrine sudah Membreafing situasi ini jika terjadi. Meminta Abrian untuk tidak menganggap dirinya seorang pacar jika di kampus. Namun bukankah situasi ini keterlaluan? Setidaknya bisa menganggap menjadi dosen dan mahasiswa se umumnya 'kan. Ngobrol basa-basi gitu, kek!"
Abrian yang semula fokus kepada makanannya, kini mengalihkan pandangan kearah Eyrine. "Iya mau kemana nih, buru-buru sekali." Ucapnya. Berusaha berkata biasa selayaknya dosen dan mahasiswa.
Senyum godaan Zuya kembali merekah, ini yang ditunggu-tunggunya. Setidaknya ada momen yang bisa jadi bahan untuk mengejek Eyrine beberapa hari kedepan.
"Ditanya itu Eyin. Kok lu nggak jawab, sih. Dosen loh yang nanya." Zuya menekankan kata 'dosen' diucapannya tersebut.
"Ada urusan di baak fakultas pak, ada berkas yang mau diurus." Zuya hendak terkekeh namun cepat ia urungkan ketika mendapat tatapan tajam dari Eyrine.
Ini Eyrine beneran ada yang diurus di Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan— jika di kampus mereka biasa disebut baak— atau ngadi-ngadi aja biar luar dari situasi canggung ini ya.
"Jadi daftar magangnya?" Pertanyaan Abrian membuat Eyrine melototkan matanya, memberi tanda peringatan kepada Abrian untuk tidak membahas obrolan itu. Bukan apa-apa ia takut orang-orang curiga. Tak hanya Eyrine yang terkejut melaikan Zuya pun melototkan mata kearah Eyrine. Duhh, dia ketinggalan informasi ini.
Eyrine akan ikut magang?
"Lo mau daftar magang, Yin?" tanya Zuya cepat, tanpa basa-basi. Nadanya terdengar seperti menodong, seolah ia sudah tak sabar menunggu kesempatan lain. Tidak menunggu nanti ketika sudah tidak bersama Abrian, Zuya langsung menodong Eyrine.
Eyrine menghela nafas. Matanya memberi tatapan ancaman kepada Abrian sekilas. Hanya beberapa detik orang-orang tidak mungkin menyadari itu, kecuali orang yang diberi tatapan itu. Eyrine yakin, Zuya didepannya itu pun tidak sadar.
"Iyaa jadi, Pak," jawab Eyrine akhirnya, mencoba bersikap sopan kepada Abrian. Agar terlihat sopan kepada dosen tersebut akhirnya Eyrine menjawab terlebih dahulu pertanyaan Abrian tadi.
"Iya rencananya gitu, Yekk. Gua mikir kayaknya gue mau ngehabisin semester ini sama magang, deh. Diselingi sekalian nyusun skripsi kalo sempet. Nah, semester depan yang benar-benar fokus ke skripsinya. Mau nyari lebih pengalaman dulu sebelum lulus." ujarnya sambil menghela napas kecil, seolah mencari kepercayaan diri untuk menjelaskan lebih lanjut kepada Kazuya yang belum sempat ia beri tahu informasi itu sebelumnya.
Meskipun dirinya kesal, Zuya tidak bisa menyembunyikan rasa herannya. Kenapa rencana sebesar ini tidak diberitahukan sejak awal? Tumben-tumbennya Eyrine membuat keputusan tanpa melibatkan dirinya. Biasanya, apapun langkah besar yang akan diambil Eyrine, Zuya selalu menjadi orang pertama yang tahu, bahkan sering kali diajak terlibat. Eyrine adalah tipe yang selalu berbagi, dan Zuya adalah sahabat yang dengan senang hati mengikuti jejaknya, tanpa banyak pikir panjang.
Ohh ini alasan lain Eyin belum pengen cepet-cepet lulus.
Karena Zuya yakin sekali pasti ada hal besar yang menjembatani keputusan tersebut. Bukan hanya karena sekarang memiliki kekasih seperti dugaan awalnya tadi.
Mungkin belum sempat ngasih tau gue aja dia.
"Oh, ini Kazuya, ya?" Abrian memiringkan kepalanya sedikit, matanya tampak penuh perhatian. "Mahasiswa saya juga dulu, kan? Satu kelas sama Eyrine? Kalau nggak salah pernah saya ajar di kelas Pemasaran Bisnis, ya?"
Suara Abrian terdengar ramah, namun cukup tenang untuk menunjukkan wibawa seorang dosen. Ia menatap Zuya dengan sorot mata yang mencoba mengingat, meskipun sebenarnya ia sudah cukup yakin dengan ingatannya.
Ntah itu pertanyaan benar-benar memastikan atau basa-basi agar hubungan keduanya terlihat natural. Jika iya Abrian bertanya serius, wahhh hubungan keduanya benar-benar ingin dirahasiakan. Bahkan dirinya sebagai orang terdekat Eyrine tidak masuk list orang yang mereka bicarakan untuk diberi tahu rahasia tersebut.
Dan juga? Berarti sedari awal tadi Abrian ini tidak menyadari gelagat Zuya yang penuh arti untuk menggodai mereka berdua. Benar-benar hubungan yang amazing!!
"Iyaaa pak betul sekali!" Cengir Zuya merasa syok. "Dan kebetulan saya ini teman dekat Eyrine pak," Tunjuk Zuya sopan kearah Eyrine bak penyambut tamu yang sedang mengarahkan tamunya ke tempat duduk. "Dan saya tau semua rahasia Eyrine." Lanjutnya sambil melebarkan cengiran. Ucapannya diakhir tersebut penuh penekanan, untuk memberi tahu bahwa dirinya tau hubungan kedua tersebut.
Namun, kalimat berikutnya benar-benar mencuri perhatian. "Dan, saya tau semua rahasia Eyrine," tambahnya dengan senyum lebar, penuh arti, sengaja memberi penekanan pada kata terakhir. Matanya berbinar, seolah menikmati momen ini.
Abrian terlihat sedikit salah tingkah mendengar itu. Namun memang kelebihannya yang pintar sekali mengontrol mimik muka dan gerak tubuhnya agar terlihat biasa saja. "Ohh iya, bagus dong. Pertemanan yang dekat ya." Jawabnya.
Lelaki itu sempat melirik ke arah Eyrine, sebuah senyuman lembut terukir di wajahnya. Namun, senyuman itu hanya berlangsung sekejap, hanya beberapa detik, sebelum ia segera mengalihkan pandangan. Ia tak ingin ada yang curiga, tak ingin orang-orang menyadari tingkah lakunya yang mungkin mencurigakan. Gerakan itu begitu halus, hampir tak terlihat, seolah ia berusaha untuk tetap berada di bayang-bayang, menjaga dirinya tetap terjaga di antara keramaian.
•••
Awas aja yah, kalau sampe Yaya kenapa-kenapa...
ada-ada saja nih Aronio