NovelToon NovelToon
Alastar

Alastar

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Bita_Azzhr17

Alastar adalah sosok yang terperangkap dalam kisah kelam keluarga yang retak, di mana setiap harinya ia berjuang dengan perasaan hampa dan kecemasan yang datang tanpa bisa dihindari. Kehidupan rumah tangga yang penuh gejolak membuatnya merindukan kedamaian yang jarang datang. Namun, pertemuannya dengan Kayana, seorang gadis yang juga terjerat dalam kebisuan keluarganya yang penuh konflik, mengubah segalanya. Bersama-sama, mereka saling menguatkan, belajar untuk mengatasi luka batin dan trauma yang mengikat mereka, serta mencari cara untuk merangkai kembali harapan dalam hidup yang penuh ketidakpastian. Mereka menyadari bahwa meski keluarga mereka runtuh, mereka berdua masih bisa menciptakan kebahagiaan meski dalam sepi yang menyakitkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bita_Azzhr17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17. Keheningan yang Menyembuhkan

Hujan belum juga reda ketika Alarick dan Frasha melangkah meninggalkan rooftop sekolah. Langkah mereka terdengar jelas, tapak kaki yang berat karena basah kuyup. Tak ada percakapan di antara mereka saat itu, hanya deru hujan dan suara langkah kaki yang menggema di lorong-lorong sekolah yang kosong. Frasha berjalan dengan langkah tegap, namun tubuhnya sesekali menggigil karena dingin. Alarick berjalan di sebelahnya, selalu sedikit lebih dekat, seakan mencoba memberi kehangatan meski tak banyak yang bisa dilakukan.

Mereka berdua keluar dari gerbang sekolah, dan Alarick masih tak berkata apa-apa. Ia tahu Frasha membutuhkan ruang, tetapi ia tak bisa begitu saja meninggalkan gadis itu dalam kondisi seperti ini. Hatinya terguncang, tapi ia mencoba untuk tetap tenang. Sesekali ia melirik Frasha yang berjalan dengan kepala tertunduk, seolah dunia di sekitarnya sudah tak ada lagi. Alarick ingin sekali mengajaknya berbicara lebih banyak, namun ia tahu itu harus datang dari Frasha, bukan dari dirinya.

Setibanya di rumah Frasha, mereka memasuki halaman yang tampak lebih sepi dari biasanya. Bunda Frasha yang sedang berdiri di depan pintu rumah melihat kedatangan mereka dengan mata sedikit terkejut. "Frasha, kamu kenapa?" tanyanya dengan cemas, melihat tubuh anaknya yang basah kuyup.

"Enggak apa-apa, Bun," jawab Frasha sambil memaksakan sebuah senyum kecil. "Hujan aja."

Bunda Frasha memandang Alarick, melihat bahwa anak laki-laki itu juga dalam keadaan yang sama. "Alarick, kamu juga basah. Ayo masuk, jangan berdiri di luar," kata bunda Frasha dengan nada lembut. "Kamu juga pasti butuh istirahat."

Alarick mengangguk pelan, merasa bersyukur atas perhatian dari bunda Frasha. "Alarick nggak apa-apa, kok, Bun." jawabnya, dan ia mengikuti Frasha yang masuk lebih dulu ke dalam rumah.

Frasha melepas sepatunya dan menanggalkan jaket basah yang menempel di tubuhnya, lalu segera berjalan ke kamar tanpa berkata apa-apa. Bunda Frasha, yang selalu penuh perhatian, memerhatikan anak gadisnya yang tampaknya sedang berusaha menyembunyikan sesuatu dari semua orang. "Frasha, kamu istirahat dulu ya," ujar bunda Frasha dengan lembut. "Biarkan teh hangatnya siap dulu, nanti kamu bisa minum."

Frasha hanya mengangguk kecil, tidak melawan atau berargumen. Ia merasa lelah secara fisik dan emosional dan ia membutuhkan waktu untuk menenangkan diri. Begitu ia tiba di kamar, ia langsung menutup pintu dan duduk di sisi tempat tidurnya. Tangannya gemetar perlahan, mencoba menahan air mata yang ingin keluar, tetapi ia menepisnya. Tidak di hadapan siapapun. Tidak di hadapan Alarick, tidak di hadapan siapapun.

Sementara itu, Alarick tetap berada di ruang tamu, mencoba menghangatkan tubuhnya. Bunda Frasha mengajaknya duduk di kursi dekat meja makan, lalu dengan cepat ia menyiapkan secangkir teh hangat untuknya. "Kamu jangan terlalu lama di luar, Alarick. Bawa pulang perasaan yang berat itu bersama hujan," kata bunda Frasha dengan bijak. "Kamu bisa duduk di sini sebentar. Tenangkan diri."

Alarick duduk dengan ragu, menatap teh yang masih mengepul di depannya. "Terima kasih, Bun," jawabnya perlahan. "Tapi Alarick nggak bisa tenang kalau Frasha nggak baik-baik saja."

Bunda Frasha duduk di kursi sebelahnya, memandangi Alarick dengan mata penuh penasaran. "Kalian sedang berantem?" tanyanya.

Alarick menunduk, memikirkan kata-kata bunda Frasha. "Iya, Bun... Alarick minta maaf Bunda, Alarick udah nyakitin hati Frasha."

Bunda Frasha terdiam, meski keterkejutan terlihat jelas di wajahnya. "Loh, kenapa bisa putus, nak?"

"Ceritanya panjang, Bun. Di sini Alarick yang salah," ujar Alarick, lalu, melihat raut kekecewaan dari wajah Amanda. Ia segera memberi penjelasan. "Tapi, sumpah Bun, Alarick nggak selingkuh, Alarick nggak dekat sama cewek manapun selain Frasha."

Bunda Frasha memegang bahunya, lalu tersenyum tipis. "Bunda percaya kok, Bunda berharap, kalian cepat kembali membaik, ya."

Alarick menarik napas panjang dan menyesap teh yang diberikan bunda Frasha. Teh itu terasa hangat di tenggorokannya, memberikan sedikit kenyamanan meski hatinya masih berat. Ia tahu apa yang dikatakan bunda Frasha benar. Frasha butuh waktu untuk pulih, dan mungkin ia juga butuh waktu untuk memahami perasaannya yang sudah bercampur aduk. Tetapi, dalam hati Alarick, ada keraguan yang tak bisa ia pungkiri—apakah dia bisa bertahan jika Frasha semakin menjauh?

****

Sementara itu, di kamar Frasha, ia masih terdiam di tempat tidur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Pikiran-pikirannya berlarian, memikirkan semuanya hubungan dengan Alarick yang berakhir, perasaannya terhadap Alastar yang semakin menguat, dan betapa bingungnya ia dalam menghadapi semua ini. Frasha meremas bantal di sampingnya, berusaha menenangkan dirinya sendiri.

Hujan masih terdengar deras di luar, suara alam yang seakan mengerti kesedihannya. Namun, meski alam menyimpan kesedihan yang sama, ia tahu bahwa semua yang terjadi adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus ia jalani. Mungkin inilah saatnya ia belajar untuk berdiri sendiri, tanpa harus terus bergantung pada orang lain.

Tapi, kenapa rasanya begitu sulit?

Frasha menarik napas dalam-dalam dan menatap cermin di depannya. Ia melihat bayangan dirinya yang basah kuyup, matanya yang masih merah dan lelah.

Di ruang tamu, Alarick masih duduk, merasakan keheningan yang tak biasa. Ia ingin sekali berada di dekat Frasha, namun ia tahu bahwa saat ini ia harus memberi ruang. Frasha sedang berjuang dengan dirinya sendiri, dan ia tak bisa memaksanya untuk membuka hati. Namun, satu hal yang ia tahu dengan pasti adalah bahwa ia akan selalu ada di sana, meski dalam keheningan yang menyakitkan.

1
lgtfav
👍
lgtfav
Up terus thor
lgtfav
Thor semangat👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!