Membunuh istri seorang Mafia???
Begitulah yang terjadi pada Disha si reporter Indonesia saat berada di kapal pesiar. Dia terjebak dalam situasi sulit ketika dia terpergok memegang sebuah pistol dengan jasad wanita di depannya yang merupakan istri tercinta dari seorang mafia bernama Noir Mortelev.
Mafia Rusia yang terkenal akan hati dingin, dan kejam. Mortelev adalah salah satu diantara para Mafia yang berdarah dingin, dan Noir merupakan keturunan dari Mortelev sendiri.
Kejadian di kapal pesiar sungguh membuat Disha hampir mati di tangan Noir saat pria itu ingin membunuhnya setelah mengetahui kematian istrinya, namun dia bersumpah akan membunuhnya secara perlahan lewat siksaan batin dan jeratan pernikahan.
“Akan aku berikan neraka untukmu sebagai balasan kematian istri dan anakku yang belum lahir. You understand!”
°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°
Mohon dukungannya ✧◝(⁰▿⁰)◜✧
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Four, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AM'sLL — BAB 24
KESABARAN YANG MULAI HILANG
Cukup sulit membawa Disha ke ruangan Noir. Kini anak buah Noir dan Nevi sampai di ruangan tersebut hingga akhirnya pria berkaos hitam tadi menurunkan Disha. Brugh! Dengan kasar wanita itu mendorong penjaga tadi dan itu cukup mengejutkan Nevi.
“Dasar kurang ajar!" Gertak Disha benar-benar kesal hingga rambut panjangnya yang indah bergelombang itu nampak sedikit berantakan.
Sementara Noir? Tentu saja pria itu hanya diam dan menikmati pemandangan tadi sembari duduk di sofa singel nya dan sesekali meneguk minuman. Lalu memberi isyarat kepada Nevi dan anak buahnya tadi untuk pergi dari ruangannya.
Dengan tatapan sinis, Disha masih berdiri ketika ruangan tersebut hanya ada dia dan Noir. “Sekarang apa huh? Apa yang kamu inginkan? Aku tidak tahu dan tidak tahu apa yang sedang ada di dalam pikiranmu Tuan Noir. Setelah apa yang kamu perbuat kepada your wife! My brother and me! Sekarang apa yang kamu inginkan dariku sebenarnya, apa??” kesal Disha hingga napasnya memburu saat dia mengatakannya.
Ocehan yang panjang lebar itu sama sekali tidak membuat Noir berkutik dan pria itu masih diam menatapnya tegas dan santai.
“Children (Anak).” Jawab singkat Noir membuat Disha tercengang tak percaya sekarang dia merasa tuli setelah mendengarnya.
“Kamu gila! Sungguh! Aku tidak percaya akan menikah dengan pria seperti mu.” Ujar Disha berpaling saking syok dan kagetnya mendengar keinginan Noir.
Oh yang benar saja! Dia menuduhnya sebagai pembunuh istrinya yang mana ternyata pembunuh itu sendiri adalah Noir, lalu memaksa nya menikah dan sekarang ingin seorang anak.
Bolehkah Disha mengumpat???
Disha yang berbalik dan hendak melangkah pergi, langsung dihentikan oleh suara Noir yang dingin dan tegas.
“Jika kamu berani melangkah keluar, maka kamu akan tahu akibatnya.” Ancam pria itu membuat Disha mengurungkan kembali niatnya yang ingin meninggalkan ruangan tersebut dan berbalik menatap suaminya yang mulai bangkit dari duduknya.
Noir melepaskan kemejanya sehingga otot-otot tubuh begitu terlihat seksi. Apalagi saat Noir acuh dan berjalan ke arah lain membelakangi Disha yang mencoba tidak melihat ke arahnya.
“Mendekat lah." Pinta Noir yang masih berdiri di depan meja kerjanya tanpa berbalik ataupun menoleh.
“Aku tidak mau." Tolak Disha yang masih kesal, semuanya bercampur menjadi satu emosi untuknya.
“Come here!” pinta Noir dengan jelas sehingga Disha akhirnya pasrah dan berjalan menghampirinya dengan ragu-ragu.
Pria bertelanjang dada itu sibuk berkutat dengan sebuah benda yang Entahlah Disha tak tahu. Namun yang pasti, kini dia berdiri di belakang Noir di sebelah kanannya.
“Jika kamu ingin aku menjawabnya detail, maka turuti ucapanku.” Ucap Noir dengan nada santai dan itu sangat menyebalkan bagi Disha yang menyeringai tak percaya.
“Aku yang dituduh, dan aku yang disiksa di sini. Dan aku juga yang harus menurut?”
“Ya.” Balas Noir berbalik badan dan menatap lekat Disha sehingga jarak mereka sangat dekat.
Wanita itu menatap mata biru Noir, tatapan penuh kekesalan. Sedangkan pria itu menatap penuh arti sembari memberikan sebuah botol berukuran sedang.
“Biarkan aku merasakan pijatan mu!” ucap Noir tersenyum tipis untuk pertama kalinya.
Oh really?? Pertama kalinya pria itu menunjukkan senyumannya dan itu benar-benar cocok untuknya dan wajah tampannya. Dan pertama kalinya juga senyuman seseorang membuat Disha marah dan kesal melihatnya walupun jujur saja Disha sangat terpaku akan senyuman suaminya tadi.
“Tidak mau?”
Ini benar-benar keterlaluan. Disha yang geram dan mengepalkan tangannya, seketika dia mencoba tenang dan menerima botol itu.
Itu bukan minyak biasa, kau tahu. Itu semacam balsem jika di Indonesia, dan hampir sama seperti balsem, minyak itu memiliki aroma yang wangi dan panas bila dioles di kulit. Aroma yang wangi, lebih wangi dari balsem.
“Oleskan.” Pinta Noir yang masih berdiri sambil menyibukkan dirinya di dekat meja kerjanya.
Dengan tidak senang hati, Disha melakukannya.. sedikit gemetar saat dia menyentuh punggung lebar Noir yang terdapat tatto berbentuk ular.
Merasakan tangan Disha, tentunya pria itu sekilas menoleh ke kiri. Bagaimana tidak menoleh ketika Disha melakukannya dengan perlahan, Noir masih pria normal.
Sedangkan Disha mengamati tatto itu dengan lekat dan malas.
Tak ada pertanyaan ataupun ucapan yang mengalun, dirasa sudah teroles rata, kini Noir berbalik sehingga Disha dapat melihat jelas dada bidang Noir dengan jarak dekat.
Kulit yang eksotis benar-benar membuat Disha hampir hilang kendali. -‘Jangan terjerumus Disha. Dia pria buruk dan sialan!’ batinnya yang mencoba menyingkirkan pikiran kotornya.
“Jangan terjerumus dalam pikiran kotormu atau kamu akan menyesalinya." Ucap Noir dengan suara serak beratnya yang kini memandangi istrinya.
Tentu saja wanita itu tertegun saat suaminya tahu isi hatinya.
Disha hanya diam, mengoleskan minyak tadi di keseluruhan badan Noir hingga dia menyentuh dada bidangnya yang langsung membuat jantung Disha berdegup kencang.
“Hot?” tanya Noir sengaja memancing gairah saja.
“Bagaimana bisa kamu mengatakan itu? Apa kamu tidak mencintai istrimu dan anak yang dia kandung? Kamu membunuhnya dan malah meminta seorang anak lagi ke wanita lain.” Sindir Disha yang sangat kesal sekali.
“Kamu tidak tahu apapun, jadi berhentilah mengoceh.” Balas Noir yang masih menatap datar.
“Dia yang memulai dan yang marah. Memang pria sialan!” Gumam Disha dalam bahasa Indonesia. Noir hanya mengernyit heran saat dia sendiri tidak tahu bahasa yang Disha ucapakan.
Meski Noir pandai dalam 5 bahasa, tapi sayangnya Indonesia tidak termasuk.
“Sudah! Sekarang biarkan aku pergi.” Ujar Disha meletakkan botol tadi ke meja kerja Noir dan hendak pergi.
“Siapa yang membolehkan mu pergi?”
Wanita itu mencoba menarik napas dalam-dalam, lalu berbalik menatap suaminya. “Apa yang akan kamu lakukan jika aku tidak menurut? Itu akan lebih baik untukku karena pasti kamu akan kehabisan kesabaran mu dan membunuhku seperti Teodora!” jelas Disha dengan berani lalu melangkah pergi.
Sementara Noir yang mendengarnya, pria itu sama sekali tidak terkejut melihat keberanian istrinya tadi, dia hanya diam dengan tatapan tegasnya.
“Kita lihat saja, aku atau kamu yang akan menyesal.” Gumam Noir menyeringai kecil.
.
.
.
Sementara di halaman depan. Falco baru saja turun dari mobilnya, sampai pria itu melihat keberadaan Yelena yang hanya diam duduk di kursi rodanya sembari menatap ke pohon besar yang tertiup angin.
Pria itu melirik ke bawah, dan melihat roda kursi Yelena yang rupanya terhimpit oleh batu dan tanah tandus.
“Butuh bantuan?” tanya Falco hingga wanita cantik dengan pakaian santai itu menoleh dan tersenyum ramah.
“Ah, kurasa begitu!" Balas Yelena dengan sedikit sungkan.
Falco membantunya, mendorong kursi rodanya hingga keluar dari himpitan batu. “Terima kasih.” Balas wanita itu membuat Falco mengangguk tanpa senyuman.
“Lain kali Anda bisa mengajak pelayan agar bisa mengawasi.” Ujar Falco membuat Yelena tersenyum tipis dan sekilas menunduk.
“Aku tidak begitu suka merepotkan seseorang dengan kondisi seperti ini. Kau tahu! Aku lebih suka menunggu seseorang untuk membantuku, seperti yang kau lakukan barusan!" Jelasnya membuat Falco mengerti.
“Terima kasih! Lain kali bersikaplah formal saja padaku, jangan memperlakukan ku seperti atasanmu. Kau hanya anak buah Noir saja, bukan anak buahku Falco!" Jelasnya sekali lagi membuat pria berkaos hitam tadi mulai tersenyum dan mengangguk kecil. Senyuman yang sangat tipis.
“Dan obati juga lukamu!”
“Terima kasih sudah mengingatkan, saya permisi!" Pamit Falco yang akhirnya pergi meninggalkan Yelena di sana.
yohana selingkuh sm ganev..
klu sampai noir tahu bgmn reaksi nya coba 😀😁🫢🤭
Disha mulai berani sm noir krn merasa sdh tahu kebenaran nya..siapa yg membunuh teodora..
apakah teodora selingkuh jg?
dan apa tujuan noir melibatkan Disha?
author jwb donk 😍😂😀🫢🤭