Gadis Desa yang memiliki kakak dan adik, tetapi dia harus berjuang demi keluarganya. Ayahnya yang sudah usia di atas 50 tahun harus dia rawat dan dijaganya karena ibunya telah meninggal dunia. Adiknya harus bersekolah diluar kota sedangkan kakaknya sudah menikah dan memiliki keluarga yang sedang diuji perekonomiannya.
Ikuti terus karya Hani_Hany hanya di noveltoon ♡♡♡
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hani_Hany, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 9
Hasna akan berangkat KKN di kota MU, dalam satu poskonya ada sekitar sepuluh orang. Selain Hasna, ada juga Ocha yang selalu bersamanya.
"Wih jauh juga kita KKN Hasna, kamu yakin itu!!!" Seru Ocha was-was. Karena cukup jauh dari keluarga, bukan hanya berbeda Kota tetapi berbeda Provinsi.
"Hhhmm." Jawab Hasna yakin. Dia mau mencari pengalaman yang mengesankan. Sebelum akhirnya dia harus mengabdikan diri pada keluarga dan juga kampung halamannya.
"Baiklah kalau begitu." Jawab Ocha pasrah. Dia ikut saja karena memang ketentuan dari Kampus seperti itu. "Jika Hasna pindah maka aku juga harus pindah posko." Gumamnya dalam hati sambil menatap Hasna yang sibuk dengan ponselnya.
Mereka sedang berada di kos, dapat informasi dari teman-temannya di grup. Saat ini Hasna sibuk memberikan kabar kepada keluarganya.
"[Ayah, Kak Hana, adik Husna. Kak Hasna akan berangkat KKN, Insya Allah besok lusa. Karena jadwalnya sudah keluar]" pesan terkirim ke My Family.
"[Baiklah nak, jaga diri disana. Apakah uangmu masih ada?]" Tanya ayah Ahmad yang tidak sempat menelfon. Dia sedang berada di kebun untuk memetik hasil panennya.
"[Terima kasih ayahku, masih ada uangku ayah. Insya Allah cukup untuk disana, tempo hari kak Hana juga kasih aku uang jajan]" balas Hasna cepat.
Usai memberi kabar kepada keluarganya Hasna mengajak Ocha ke kampus. "Ke kampus yuk Cha, cek secara langsung sekalian temui teman-teman." Ucapnya bangkit menuju kamar mandi.
"Iya deh." Jawab Ocha lesu. Dia yakin dan tidak yakin KKN di tempat jauh. Jangan sampai merepotkan orang tuanya. Karna kalau jauh biasa akan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Hasna dan Ocha bersiap ke kampus, Hasna mengenakan baju kemeja hitam dan rok hitam dipadukan dengan jilbab warna navy. Sedang Ocha rok hitam, baju merah dan jilbab hitam elegan.
"Kenapa lesu Cha?" Tanya Hasna saat keluar kos menuruni anak tangga. Hasna menatap Ocha dengan perasaan entah. Ocha membalas tatapan Hasna dengan sendu.
"Kalau jauh tempat KKN ku, kasihan bapak dan mamaku Na. Jangan sampai biayanya banyak!" Jawab Ocha, mereka tetap melanjutkan perjalanan menuju kampus.
Setibanya di kampus, Hasna langsung menuju pusat informasi KKN. "Semoga teman-teman kita asyik ya Na." Ucap Ocha penuh harap. Ocha anak yang rajin memasak, bersih-bersih. Sedangkan Hasna rajin belajar tapi suka menjaga kebersihan.
"Aamiin." Jawab Hasna lirih. Nama-nama posko di kota MU desa B ada sepuluh orang. Hasna Ahmad, Rosalinda, Ruddin Ramadhan, Saiful, Irwansyah, Rahma Dania, Santika Putri, Sandra Dewi, Mus-Rifah, dan Melisa Sari.
"Weh, sama Ruddin! Gak apa sih." Jawab Ocha sambil tersenyum. Ekspresinya gampang berubah, dia juga tidak suka bersedih lama-lama. "Setiap kesedihan pasti akan ada kebahagiaan. Jadi jangan terlalu berlarut-larut." Ungkap Ocha.
Hasna hanya diam saja karena memang dia tidak begitu tertarik dengan cowok. Bukan tidak suka atau semacamnya, hanya untuk menghindari jatuh cinta.
Karena memang di kos B ada yang belum pernah pacaran selain Hasna. Namanya Karunia, dia prodi Matematika. Tetapi saat semester tujuh dia jatuh cinta dengan temannya sendiri.
Memang mereka saling mencintai, tapi cinta sesaat. Sebelum masuk semester delapan mereka harus putus karena pacarnya selingkuh.
"Huft, aku harus fokus kuliah dulu." Batin Hasna yakin. Makanya ketika temannya membahas, cinta, pacar dan lelaki. Hasna tidak tertarik sama sekali. Dia memang menyukai lelaki, mengagumi, tapi menghindar untuk mencintai.
"Besok lusa kita berangkat. Uang kamu sudah cukup Hasna?" Tanya Ocha mendekat pada Hasna. Dia menjawab dengan anggukan kecil.
"Semoga uangku cukup." Bisik Ocha lagi. Hasna sebenarnya kasihan pada Ocha, tapi dia juga belum bisa membantu. Keadaan ayahnya juga bukan orang kaya, ibunya telah tiada. Hana sang kakak sudah menikah, dan masih ada Husna yang memiliki masa depan panjang.
"Nanti kita saling bantu saja kalau disana, apalagi sama-sama jauh dari orang tua." Jawab Hasna setelah cukup lama terdiam. "Sudah selesai kan? Ayo pulang." Ajaknya.
"Ayo, kita siapkan keperluan kita. Jangan sampai ada yang tertinggal." Ucap Ocha semangat. Mereka hendak melangkahkan kaki untuk pulang.
"Posko B tolong kumpul di lapangan tenis." Suara bariton dari salah satu teman posko Hasna bersuara. "Cepat! Posko B di kota MU." Panggilnya lagi.
"Hasna, ada panggilan tuh untuk posko kita. Ayo kesana dulu." Ajak Ocha, Hasna hanya mengangguk saja. Mereka berkumpul sepuluh orang.
"Terima kasih, semua telah berkumpul disini. Kita yang akan berangkat ke kota MU ada dua posko saja. Maka dari itu, kita akan mengabsen dulu sebelum menentukan keperluan yang dibawa." Ujar Saiful.
Absen di lakukan untuk posko B, begitu juga posko A disebelah. Posko A hanya menyiapkan keperluan untuk pribadi karena informasinya bahwa disana sudah ada perlengkapannya.
"Baik lah, semua sudah hadir. Sekarang perlengkapan yang perlu dibawa selain keperluan pribadi. Kita perlu membawa sedikit persiapan makanan instan. Lebih baik sedia payung sebelum hujan." Imbuh Saiful.
"Betul." Jawab perempuannya kompak. "Indomie terutama, telur, beras, dan juga makanan ringan lainnya." Saran Ocha. Mereka semua setuju.
"Bagus jika kumpul uang untuk membeli perlengkapan tersebut." Ucap Santika. "Bagus jika 50rb, apakah semua setuju?" Tanyanya. Mereka semua setuju, uang yang dikumpul perorang 50rb.
"Bagus jika kita bentuk Struktur Posko untuk menentukan Koordinator Desanya." Usul Hasna bersuara. "Supaya sampai disana tidak sibuk lagi pada hal tersebut. Tapi bisa fokus dengan observasi di lapangan." Imbuhnya.
"Bagus juga itu." Sahut Ocha cepat. "Bagaimana yang lain?" Tanyanya. Semua setuju dengan usulan Hasna dan Ocha. Ditentukanlah nama-nama kor-des, sekdes, bendahara, dan koordinator lainnya.
"Siapa mau jadi Koordinator desanya? Atau kor-des!" Tanya Saiful. Semua hanya diam dan saling tatap. Pada akhirnya Hasna yang bersuara.
"Saiful Sekdes. Kor-des nya bisa Rudddin, nanti Ocha bagian memasak." Usul Hasna, dengan santainya dia berkata. Semua mata tertuju padanya.
"Boleh, bagaimana? Semua setuju? Atau harus pemilihan?" Tanyanya memastikan. Yang lain masih berpikir, kemudian Ruddin mengomentari.
"Saiful atau Irwan saja Kor-des, biar saya anggota." Jawab Ruddin, setelah cukup lama terdiam.
"Jangan, saya Sekdes saja! Biar Ruddin Kor-des. Nanti bendahara Hasna, Rosalinda konsumsi, Santika agama, Hubungan masayarakat Irwan. Sisanya anggota saja." Sahut Saiful cepat.
"Saya setuju." Jawab Ocha cepat. Yang lain mengangguk setuju saja. Mereka sebenarnya tidak begitu akrab karena berbeda Prodi dan Fakultas. Justru disitu serunya memiliki teman baru.
"Baik, kalau persiapan sudah matang kita bisa berangkat lusa. Saiful nanti bisa membuatkan grup untuk posko kita." ucap Ruddin selaku Kor-des.
"Siap pak Kor-des." jawab Saiful semangat. Mereka berpisah untuk pulang ke kos dan ke rumah masing-masing.
semangat kak hani /Determined//Determined//Determined//Determined/