Rendra bisa menempuh pendidikan kedokteran lewat jalur beasiswa. Di kampus dia diremehkan karena miskin dan culun. Tak jarang Rendra bahkan dibully.
Namun dibalik itu semua, Rendra adalah orang yang jenius. Di usianya yang masih 22 tahun, dia sudah bisa menghafal berbagai jenis anatomi manusia dan buku tebal tentang ilmu bedah. Gilanya Rendra juga piawai mempraktekkan ilmu yang telah dipelajarinya. Akibat kejeniusannya, seseorang menawarkan Rendra untuk menjadi dokter di sebuah rumah bordil. Di sana dia mengobati wanita malam, pecandu, orang yang tertusuk atau tertembak, dan lain-lain. Masalah besar muncul ketika Rendra tak sengaja berurusan dengan seorang ketua mafia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 8 - Terkunci
Langkah Rendra terhenti saat dia berpikir suruhan yang di ucapkan Desi adalah hal mustahil. Bersamaan dengan itu, Rendra juga melihat ada Riko dan Wanda yang berdiri dari kejauhan sambil mengamatinya. Keduanya juga dikenal sebagai haters Rendra. Mereka diketahui menjadi dokter koas setahun lebih lama dibanding Rendra. Bisa dibilang Riko dan Wanda adalah dokter koas senior. Tidak heran mereka merasa iri pada Rendra yang mampu melakukan tugas dengan telaten hingga disukai para dokter pembimbing.
Rendra lantas kembali menghampiri Desi. Ia menatap serius perawat senior itu.
"Mbak Desi bohong kan? Mbak Desi pasti berpikir kalau aku sebodoh itu? Tapi aku nggak akan tertipu!" tukas Rendra.
Desi menoleh ke kanan dan kiri. Dia tampak terkejut saat melihat keberadaan Riko. Tanpa pikir panjang, dirinya tarik Rendra ikut bersamanya. Desi berhenti saat berada di tempat yang menurutnya aman.
"Aku tahu kau tak sebodoh itu. Aku melakukan ini karena dibayar oleh seseorang. Maafkan aku..." ungkap Desi.
"Dibayar orang? Apa dia Riko?" tebak Rendra.
Desi mengangguk. Lalu memegang pundak Rendra. "Kau harus berhati-hati. Dunia kedokteran memang penuh persaingan. Apalagi untuk dokter koas sepertimu. Beberapa tahun lalu bahkan ada yang sampai bunuh diri karena merasa tertekan," ujarnya.
"Aku tahu. Tapi aku tidak akan menyerah semudah itu," sahut Rendra yang nampak tenang.
"Sekali lagi maaf..." ucap Desi.
Setelah itu Rendra dan Desi kembali bertugas. Menyaksikan Rendra tidak jatuh ke dalam jebakannya, Riko dan Wanda kesal.
"Maaf, Riko, Wanda. Aku tak bisa melakukannya. Ini kukembalikan uangnya. Jangan menyuruhku melakukan ini lagi." Desi menyerahkan uang sogokan Riko.
Dengan wajah cemberut, Riko menerima uangnya. Sementara Wanda hanya terdiam dengan wajah datar.
"Sebaiknya kalian belajar yang giat. Menindas orang lain itu tak gunanya. Dokter Rendra kinerjanya bagus karena dia belajar dengan giat," kata Desi. Ia segera beranjak dari hadapan Riko dan Wanda.
"Mbak Desi ada benarnya," imbuh Wanda.
"Apa? Benar kau bilang? Orang miskin itu nggak pantas ada di sini. Apa kau tahu? Aku nggak akan nyerah!" ujar Riko. Dia sangat membenci Rendra karena harus beberapa kali kena marah Dokter Reza akibat dirinya kalah pintar.
...***...
Waktu sudah menjelang malam, Rendra baru saja selesai memeriksa pasien yang ada di bangsal. Namun panggilan alam mendadak datang. Membuatnya harus pergi ke toilet.
Rendra memilih toilet terdekat karena sudah tak tahan. Padahal toilet itu sepi dan jarang digunakan. Tetapi dari pada harus bablas di celana, lebih baik Rendra mengambil toilet terdekat.a
Rendra mendengus lega saat isi perutnya bisa dikeluarkan ke closet. Tetapi tiba-tiba terlihat ada sepasang kaki yang muncul di depan pintu bilik toilet.
"Siapa ya?" tanya Rendra.
Orang itu tak menjawab. Namun kala itu terdengar suara pergerakan mengunci pintu.
Buru-buru Rendra membersihkan diri dan mengenakan celana. Dia langsung membuka pintu. Benar saja, pintunya terkunci dari luar.
"Hei! Buka pintunya!" seru Rendra. Namun orang yang ada di luar justru berlari dan kembali terdengar mengunci pintu masuk toilet.
Meski dikurung di bilik toilet, Rendra bisa keluar lewat celah dari bawah. Dia melepas jas dokternya terlebih dahulu.
Setelah keluar dari bilik, Rendra buka pintu dan kembali memakai jasnya. Kini Rendra mencoba membuka pintu masuk, dan dia tak bisa membukanya.
Rendra mendengus kasar. Dia berteriak dan berusaha sekuat tenaga membuka pintu toilet. Namun sayang, tak ada orang yang menanggapi.
Dari luar, tepatnya di depan pintu, tertempel tulisan 'toilet rusak', sehingga enggan pergi ke sana. Pelaku yang sudah mengunci Rendra di toilet pasti sengaja melakukannya agar tak ada yang menolong lelaki berkacamata itu.
Dengan tenang Rendra mengambil ponsel dari saku. Dia hubungi seseorang untuk membantunya. Entah karena kejeniusan atau keberuntungan, Rendra selalu bisa mengatasi pembullyan yang terjadi kepadanya.
maaf thor,apa beneran umur mister man dan rendra gak beda jauh 🤭mister man kan pria paruh baya