Karena Kesalapahaman Aku dipaksa Menikah dan diperlakukan dengan tidak adil. aku disiksa dan dilecehkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GeGra Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
Acara disirkan secara live, Gloria ikut menyaksikan lewat layar hapenya. Fokusnya pada Maria sahabat yang sangat dirindukan tapi tak bisa didekati. Pandangan beralih pada Hendri, pria yang sangat melukai hati yang lukanya teramat dalam. Gloria sudah berjanji akan menjauh dari keluarga Wijaya.
Sekarang hidup Gloria sudah tenang, dengan menyewa ruko untuk berjualan dan sekaligus tempat tinggalnya dilantai 2 dekat dengan sekolahan dan pasar.
Gloria menjual Bakso, Soto, Nasi Ayam, Ikan dan Telur. Dengan dibantu oleh 1 orang tetangganya khusus mengantar pesanan, kalau urusan masak Gloria sendiri yang mengerjakan.
Saat bersama Mba Cia mempersiapkan dagangan tiba-tiba Gloria merasakan kepalanya pusing dan pandangannya gelap.
Bruk Gloria pingsan.
“Dek.. Dek adek kenapa” Kata Mba Cia dengan wajah kuatir segera keluar dan meminta tolong mengangkat Gloria ke lantai 2.
Gloria diantar kelantai 2, setelah siuman Gloria menyuruh Mba Cia melanjutkan pekerjaannya. Gloria akan beristirahat sebentar karena kepalanya masih terasa pusing.
“Mba kalau kerepotan minta tolong sama Mba Nana biar bantuin seperti biasanya” ujar Gloria sambil memijit kepalanya yang masih terasa sakit.
“Baik dek, kamu istirahat saja, nanti mba yang jagain warung” ujar Mba Cia sambil keluar ke lantai bawah.
Dengan dibantu Mba Nana yang hari ini lumayan banyak pelanggan yang datang membeli untuk dinikmati adapula yang dibungkus. Dan masakan gloria memang enak dan harganya juga terjangkau.
“Mba Hana tolong antarkan makan siang buat Gloria ya dikamarnya” pinta Mba Cia.
‘Baik Mba” balas Mba Nana.
Tok tok tok pintu diketuk dari luar
‘Masuk” sahut Gloria dari dalam
“Dek, mba bawain makan siang, makan dulu ya setelah itu minum obat. Mukamu pucat sekali dek? Kita ke rumah sakit ya” ujar Mba Nana dengan kuatir.
“Gak papa Mba paling istirahat sebentar besok juga sembuh” ujar Gloria.
“Ya sudah kamu makan ya, ini obatnya. Nanti piringnya taruh di meja saja, biar mba bersihkan nanti” ujar mba Nana berdiri dan berjalan keluar.
Gloria mulai menikmati makan siangnya. Setelah itu mulai minum obat.
Keadaan Gloria masih sama, merasakan sakit kepala, karena kuatir Gloria meminta Mba Cia menemaninya ke Rumah Sakit. Mba Cia sendiri telah ditinggal suaminya menikah dengan wanita lain, dengan alasan mba Cia belum memberikan anak/mandul.
Dengan ditemani mba Cia mereka menuju Rumah sakit dengan angkot. Sesampainya disana mengambil nomor antrian dan menunggu antrian.
Setelah dipanggil Gloria masuk dan menceritakan keluhannya, dokter mulai memeriksa
“Ibu terakhir kalinya ibu haid?” tanya dokter
Mendengar pertanyaan dokter, wajah Gloria semakin pucat dan badannya terasa lemas. Mengingat kembali stok pembalutnya masih tersegel belum terpakai.
“Bulan kemarin belum haid dok” jawab Gloria dengan ragu-ragu dan pelan.
“Untuk lebih jelasnya saya anjurkan ibu melakukan pemeriksaan ke dokter obgyn dokter Susi. Kebetulan dokter ada sementara praktek sekarang” lanjut dokter sambil menuliskan sesuatu dan memberikan padaku.
Keluar dengan langkah gontai dan bedan terasa lemas, mba Cia langsung memapah tubuhku agar tidak jatuh.
“Kamu kenapa dek, kamu baik-baik sajakan” kata mba Cia dengan wajah cemas.
“Mba temani aku sebentar kesana ya mba” kataku sambil menunjuk taman di dalam area rumah sakit. Niatku ingin menceritakan kepada mba Cia baru setelahnya ke dokter obgyn.
“Kamu kenapa dek, jangan buat mba tambah kuatir” cecar mba Cia.
“Mba aku disuruh ke dokter kandungan” kataku sambil mengeluarkan air mata yang tak tertahankan. ‘Aku takut hamil mba, aku tidak ingin anakku lahir dengan keadaanku seperti ini. bagaimana kalau Ka Hendri tahu aku hamil dia akan membunuh anaku mba hiks hiks”Ujarku dengan terisak memikirkan nasib kami.
Mba Cia memelukku dan mengusap punggungku.
“kamu tenang ya, mba akan selalu ada buat kamu, kalau seandainya kamu beneran hamil, jangan kamu berpikir yang tidak-tidak, karena banyak diluaran sana sangat ingin menjadi kamu. Seperti mba. Jadi mba mohon kita hadapi ini bersama-sama. Mba sudah menganggapmu seperti adik sendiri” lanjut mba Cia panjang lebar.
"Tapi aku takut mba, aku takut mereka menemukanku disini" sakit diperlakukan seperti itu lagi mba.
Biar bagaimanapun kamu haus kuat dan tenang untuk kehamilanmu. jangan sampai anak Yang bersalah menanggung nya.
Setelah dikuatkan oleh mb Cia, kami menuju dokter kandungan untuk pemeriksaan lanjutan.
Dokter menyuruhku berbaring untuk pemeriksaan lanjutan. Mengoleskan cairan keperutku dan mulai menjalankan alat diatas perutku.
Melihat hasil USG dilayar dokter tersenyum, alat diarahkan ke kiri kanan perutku.
“Selamat ya Ibu, ibu memang sedang hamil perkiraan 14 minggu, ini bayi-bayinya” kata dokter sambil menunjuk ke arah titik pada layar
“Maksud dokter bayi-bayinya? Tanyaku dengan bingung
“Ia Ibu hamil bayi kembar, selamat ya” lanjut dokter sambil membersihkan alat dengan tisu kemudian membersihkan perutku yang terkena cairan jeli.
“Jadi saya hamil anak kembar ya dok?” tanyaku memastikan
“Ia bu, saya akan meresepkan vitamin untuk penguat kandungan, dijaga ya bayi-bayinya” lanjut dokter sambil menuliskan resep dan menyerahkan kepadaku.
kami menuju ke apotik rumah sakit, setelah mengambil obat kamu keluarga menuju depan kembali keruko dengan angkot.
sesampainya di ruko aku meminta mba Cia bersabar, aku akan menceritakan semuanya, selama ini semua masalah kupendam sendiri, biar berkurang beban dihatiku.
"Mba bolehkah aku berkata jujur sama mba? tanyaku dengan penuh harap
"katakanlah bila itu busa membuat hatimu lega, mba siap mendengarkan"ujar mba Cia
"Mba sebenarnya aku.. " menceritakan semuannya tanpa ada yang ditutupi.
Mendengar kisahku mba Cia menangis karena merasa kasihan dan iba dengan jalan hidupku.
"Kamu gadis Yang kuat dek, mba yakin dibalik ini Tuhan punya rencana besar untukmu. bersabarlah dan berdoa terus" lanjut mba Cia disela tangisnya.
Mba Cia memelukku kami menangis bersama.
"Sekarang kamu istirahat ya, ingat kondisi kamu sedang hamil. Hilangkan sejenak beban pikiranmu fokus untuk anak-anakmu. sekarang kamu tidak sendiri lagi, ada mba dan juga anak-anak kamu.
"Baik mba, terima kasih mba" jawabku dengan pelan.
Malam ini mba Cia menemaniku, dan mba cia tidur di kamar sebelah.
Pagi menyapa, aku bangun dan melaksanakan kewajiban berdoa sejenak dan mulai mempersiapkan bahan-bahan untuk jualan.
Mba Cia turun dan membantu menyiapkan bahan, aku mulai masak.