Kirana, wanita berusia 30 an pernah merasa hidupnya sempurna. Menikah dengan pria yang dicintainya bernama Arga, dan dikaruniai seorang putri cantik bernama Naya.
Ia percaya kebahagiaan itu abadi. Namun, segalanya berubah dalam sekejap ketika Arga meninggal dalam kecelakaan tragis.
Ditinggalkan tanpa pasangan hidup, Kirana harus menghadapi kenyataan pahit, keluarga suaminya yang selama ini dingin dan tidak menyukainya, kini secara terang-terangan mengusirnya dari rumah yang dulu ia sebut "rumah tangga".
Dengan hati hancur dan tanpa dukungan, Kirana memutuskan untuk bangkit demi Naya. Sekuat apa perjuangan Kirana?
Yuk kita simak ceritanya di novel yang berjudul 'Single mom'
Jangan lupa like, subcribe dan vote nya ya... 💟
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora.playgame, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep. 9 - Tempat Tinggal Baru
Ep. 9 - Tempat Tinggal Baru
🌺SINGLE MOM🌺
Hari berikutnya...
Pagi itu, Kirana duduk di tepi ranjang sambil menatap layar ponselnya yang memuat daftar rumah hunian di kota.
Sementara Naya masih terlelap di sampingnya dengan boneka kesayangannya di pelukan.
“Baiklah, kita harus mulai dari sini,” gumam Kirana. Ia menggulir daftar rumah yang tampak sesuai dengan anggarannya dan teliti.
Setelah mencatat beberapa lokasi yang terlihat menarik, Kirana lalu membangunkan Naya dengan lembut.
“Naya, sayang... Bangun, kita akan jalan-jalan hari ini,” bisiknya sambil mengusap rambut putrinya.
“Jalan-jalan ke mana, Bu?," tanya Naya seraya membuka matanya sedikit karena setengah mengantuk.
“Mencari rumah baru untuk kita,” jawab Kirana dengan senyum kecil.
Naya pun segera bangkit dan langsung semangat. "Hore!! Rumah baru!!!."
Di perjalanan, Kirana memesan transportasi online untuk mengantarnya ke lokasi pertama. Pengemudi yang ramah pun mulai bertanya.
“Mau lihat rumah ya, Bu? Di kawasan ini memang banyak yang bagus.”
“Betul, Pak. Saya baru mencari tempat untuk tinggal bersama anak saya,” jawab Kirana dengan sopan.
“Kalau boleh saran, Ibu bisa coba kawasan perumahan di belakang taman kota. Lingkungannya bersih, harga sewa juga cukup terjangkau,” kata pengemudi sambil menunjukkan arah lain.
“Baik, Pak. Terima kasih sarannya.”
**
Rumah pertama yang Kirana kunjungi adalah rumah mungil di pinggir kota. Bangunannya sederhana dengan halaman kecil di depan.
Pemilik rumah yang seorang wanita paruh baya, menyambut mereka dengan ramah.
“Selamat pagi, Bu. Saya Kirana, ini putri saya, Naya.”
“Selamat pagi. Saya Bu Rini, pemilik rumah ini. Silakan masuk, saya tunjukkan rumahnya.”
Kirana masuk bersama Naya dan memperhatikan ruang tamu yang bersih meski sederhana.
Namun, ketika melihat kamar-kamarnya, Kirana merasa ukurannya terlalu kecil untuk mereka.
“Bagaimana, Bu? Apakah cocok?,” tanya Bu Rini.
“Kami akan pertimbangkan dulu, Bu. Terima kasih banyak,” jawab Kirana dengan sopan.
##
Rumah kedua berada di kawasan yang lebih ramai, namun terlihat agak tua. Dinding luarnya sudah mulai terkelupas, dan atapnya tampak membutuhkan perbaikan.
“Bu, ini kayak rumah horor,” bisik Naya sambil menarik tangan ibunya.
“Shh… Jangan bilang begitu, sayang. Kita lihat dulu,” balas Kirana sambil tersenyum.
Pemilik rumah yang seorang pria tua, mencoba meyakinkan Kirana tentang kelebihan lokasi rumah tersebut.
Namun, Kirana merasa lingkungan di sekitarnya kurang aman untuk membesarkan Naya.
“Terima kasih, Pak. Tapi mungkin saya harus melihat-lihat yang lain dulu,” katanya sebelum pergi.
Kini Kirana menuju lokasi ketiga. Sesuai saran pengemudi tadi pagi, Kirana menuju kawasan di dekat taman kota.
Rumah yang ia temukan di sana adalah rumah minimalis modern dengan dua kamar tidur, dapur kecil, dan halaman belakang yang cukup luas untuk Naya bermain.
Pemilik rumah adalah seorang pria muda bernama Bayu. Ia menyambut Kirana dengan antusias.
“Selamat datang, Bu. Ini rumahnya, masih baru direnovasi bulan lalu. Lingkungannya juga tenang dan dekat dengan sekolah serta fasilitas umum.”
Kirana pun mengangguk sambil mengamati setiap sudut rumah.
“Naya, bagaimana? Kamu suka?,” tanya Kirana sambil memandang putrinya yang berlari ke halaman belakang.
“Bu, ada tempat bermain! Aku suka!,” seru Naya riang.
Melihat kegembiraan Naya, Kirana merasa ini adalah pilihan yang tepat.
“Berapa harga rumahnya, Pak Bayu?,” tanya Kirana.
“Untuk Ibu dan anak Ibu, saya bisa kasih harga yang terjangkau. Saya juga baru punya anak, jadi saya paham rasanya membangun hidup baru,” kata Bayu sambil tersenyum ramah.
Setelah berdiskusi lebih lanjut, Kirana memutuskan untuk membeli rumah tersebut.
Hatinya sedikit lega karena akhirnya ia menemukan tempat untuk memulai hidup baru bersama Naya.
“Mas, aku berhasil menemukan rumah yang nyaman untuk kami. Semoga kamu di sana bisa tenang,” batin Kirana sambil menatap langit.
**
Singkat cerita setelah pindah rumah...
Pagi itu, matahari bersinar terang menembus jendela rumah baru Kirana. Suara burung berkicau di luar membuat suasana terasa damai, meskipun hatinya masih berat memikirkan semua kejadian beberapa hari terakhir.
Lalu, ia menatap Naya yang masih terlelap di kasur kecil di pojok ruangan. Dengan hati-hati, Kirana merapikan selimut putrinya, lalu melangkah keluar kamar.
Rumah yang masih kosong itu terasa sunyi. Tidak ada furnitur, yang ada hanya beberapa barang seadanya yang ia bawa dari penginapan.
Siang harinya, Kirana membawa Naya ke sebuah toko perlengkapan rumah tangga.
“Naya, kita butuh beli tempat tidur, meja makan, dan beberapa alat masak. Kamu mau bantu Ibu pilih?," tanya Kirana sambil menggandeng tangan putrinya.
“Mau, Bu! Aku mau pilih kasur yang empuk!,” sahut Naya dengan semangat.
Di toko, Kirana sibuk memilih barang yang sesuai dengan kebutuhan mereka. Sesekali Naya menunjuk benda-benda yang menarik perhatiannya.
“Bu, beli ini dong. Lucu, ada gambar kelincinya!,” ujar Naya sambil menunjuk sprei bergambar kelinci.
“Baiklah, kita beli ini untuk tempat tidur kamu,” kata Kirana sambil tersenyum kecil.
Setelah hampir dua jam berkeliling, Kirana akhirnya membeli beberapa barang penting seperti kompor gas, peralatan dapur, meja kecil, dan karpet untuk ruang tamu.
“Semua ini cukup, ya, Bu?,” tanya Naya sambil memegang bonekanya.
“Cukup, sayang. Kita harus hemat, ya. Tapi tenang saja, semuanya akan terasa nyaman setelah kita rapikan,” jawab Kirana sambil mengusap kepala Naya.
Ketika barang-barang tiba di rumah, Kirana langsung mulai menata semuanya. Ia memindahkan meja kecil ke ruang makan, mengatur kasur baru di kamar tidur, dan memasang sprei kelinci pilihan Naya.
“Bu, aku bantu, ya?,” ucap Naya seraya mencoba menyeret karpet kecil ke ruang tamu.
“Hati-hati, sayang. Jangan terlalu berat buat kamu,” ujar Kirana sambil membantu putrinya.
Setelah beberapa jam bekerja keras, rumah itu mulai terasa seperti tempat tinggal yang hangat. Kirana menyeka keringat di dahinya sambil tersenyum puas.
“Naya, lihat. Ini rumah kita sekarang. Bagaimana menurutmu?."
“Bagus, Bu! Aku suka rumah ini. Tapi aku kangen Ayah,” kata Naya dengan polosnya.
Mendengar itu, Kirana pun langsung terdiam. Ia menunduk, lalu memeluk putrinya dengan erat.
“Ibu juga kangen Ayah. Tapi kita harus kuat, ya. Kita harus saling menjaga,” ucap Kirana sambil menahan air matanya.
Ketika Kirana kembali ke teras dan bermain dengan bonekanya, Kirana masuk ke kamar dan bersandar di dinding sambil menutup mulutnya karena menangis.
"Mas Arga... 😭😭😭."
**
Malam harinya, Kirana memasak makanan pertama di rumah barunya. Ia menyalakan kompor gas baru dan mulai memotong sayuran untuk membuat sup ayam.
Adapun Naya, ia duduk di meja kecil, menggambar sesuatu dengan pensil warna yang mereka beli di toko tadi.
“Bu, aku gambar Ayah. Lihat, ini Ayah lagi tersenyum,” kata Naya sambil menunjukkan gambarnya.
Kirana menatap gambar itu dengan perasaan campur aduk.
“Bagus sekali, sayang. Ayah pasti senang kalau melihat ini,” jawab Kirana dengan senyum yang dipaksakan.
Tak terasa air matanya pun menetes tanpa permisi sambil memikirkan nasib mereka berdua.
"Kirana, kamu harus kuat!!! Kamu pasti bisa!!," batin Kirana penuh tekad.
Saat makan malam tiba, mereka duduk berdua di meja kecil itu.
“Enak, Bu. Aku suka sup ini,” kata Naya sambil menyuap makanannya.
“Syukurlah. Besok kita akan masak sesuatu yang lebih spesial,” ujar Kirana sambil mengelus kepala putrinya.
Malam itu, setelah semuanya selesai, Kirana merebahkan tubuhnya di kasur. Ia menatap langit-langit sambil merenungkan perjalanan hidupnya sejauh ini.
“Mas, aku berhasil membuat tempat tinggal yang nyaman untuk kami. Aku harap kamu di sana bisa melihatnya. Aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membesarkan Naya dengan baik,” bisik Kirana dengan air mata yang lolos lagi begitu saja.
Bersambung...
serahkan semua sama Allah minta petunjukNya. Allah tidak diam. tugasmu hanya berdoa meminta... selebihnya biar Allah yg bekerja 💪💪💪
aku sudah mampir ya kak, ceritanya baguss😍
jangan lupa mampir ya kak kecerita aku..lagi belajar menulis novel 😊🤭
ceritanya menarik 😍