Rini terpaksa harus menikah dengan seorang pria koma demi menyelamatkan anaknya yang di sekap oleh ibu tirinya, namun siapa sangka jika pria tersebut adalah seorang yang dulu menghamilinya. Bagaimana kisah Rini selanjutnya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpaksa menikahi pria koma
Seorang wanita muda tampak mengendap-endap di depan sebuah rumah mewah. Ia membuka sepatunya dan bersiap memanjat tembok. Namun ia seketika membalikkan badannya saat merasakan seseorang menodongkan pisau.
"Wah, masih berani kamu datang ke rumah setelah apa yang kau lakukan padaku, dasar anak durhaka!" seru seorang wanita paruh baya berjalan menghampirinya
"Kembalikan putriku, dia sedang sakit, biar aku yang akan merawatnya," jawab wanita itu
Wanita paruh baya tertawa keras mendengar ucapan sang putri.
"Kalau kamu ingin membawa putri mu maka kamu harus menuruti perintah ku,_" ucap wanita tua
"Katakan saja apa maumu??"
"Menikahlah dengan putra konglomerat Gunawan Wibisono, Carlen Wibisono," wanita itu kemudian menarik kerah baju wanita muda dihadapannya.
"Ingat Rini, jangan melakukan hal bodoh seperti dulu lagi, aku bisa saja membunuh anakmu kapanpun. Jadi nikahi Carlen atau kau tidak akan pernah bertemu dengan anakmu untuk selamanya!" wanita itu kemudian mendorong tubuh Rini hingga terjungkal ke lantai
"Baik aku setuju, tapi kau harus janji memberikan putriku setelah aku menikahi Carlen Wibisono," jawab Rini
"Tidak semudah itu sayang, anakmu yang sakit-sakitan itu sudah menghabiskan banyak uangku, jadi kau harus mendapatkan uang dari keluarga Wibisono untuk menebus putri kesayangan mu itu,"
"Katakan saja berapa yang kau minta??" tanya Rini
"Satu Miliar," jawab wanita itu menyeringai
Rini tampak mengepalkan tangannya saat mendengar jawaban ibu tirinya itu. Meskipun ia tahu pria yang akan dinikahinya adalah seorang yang sedang koma namun demi untuk menyelamatkan sang buah hati ia pun terpaksa menerima permintaan sang ibu.
Keesokan harinya, Widya mengirimnya ke rumah keluarga Wibisono.
"Ingat, kamu harus jadi menantu yang baik agar bisa mendapatkan uang dari keluarga Wibisono," ucap Widya saat meninggalkan Rini di depan gerbang rumah keluarga Wibisono
Rini menghela nafas panjang sebelum memasuki rumah mewah bak istana itu. Seorang pria segera membukakan pintu gerbang dan mempersilakannya masuk.
Di depan pintu utama berdiri seorang wanita paruh baya dan seorang pria tua menatap sinis kearahnya.
"Ayah, kenapa ayah memilih menikahkan Carlen dengan putri Widya. Kau tahu kan jika wanita itu sangat materialistis, aku yakin dia sengaja menikahkan putrinya untuk mendapatkan uang itu," ucap
"Jangan khawatir ini hanya nikah kontrak, lagipula mana ada wanita baik-baik yang mau menikah dengan pria koma dan lumpuh seperti Carlen. Sudahlah kita tinggal memberikan uang itu setelah kontrak nikah selesai, dan dia tidak akan mendapatkan apapun selain bayaran untuk kesediaannya menikahi cucuku," jawab sang kakek
Baru saja Rini akan menyalami sang tuan rumah, tiba-tiba saja dua orang pelayan muncul membawa baskom berisi air. Keduanya langsung menyiramkan air kearah Rini secara bersamaan. Beruntung Rini yang sudah membaca gerak-gerik keduanya langsung menghindar hingga tidak terkena air tersebut.
Justru air itu malah mengenai sang nyonya rumah Maudy Wibisono. Wanita tua itu seketika murka dan menatap nyalang kedua pelayannya.
"Maaf Nyonya!" seru keduanya langsung bersimpuh di hadapannya
Pandangan Maudy seketika berpaling kearah Rini.
"Dasar wanita sialan, kenapa kau menghindar, itu adalah upacara penyambutan dari keluarga Wibisono, kau tahu kenapa kami harus menyiram mu dengan air garam!" hardiknya
Rini hanya menggeleng.
"Karena kami ingin membuang semua kesialan yang menempel di tubuh mu. Aku tahu gadis miskin dan matre seperti mu pasti mambawa banyak kesialan jadi kami harus membersihkan mu dengan air garam!" imbuhnya
Rini hanya tersenyum sinis mendengar ucapan sang nyonya rumah. Wanita itu sengaja tak mau beradu argument dengan Tuan rumah karena ia tak mau usahanya gagak kali ini.
Melihat reaksi Rini yang tetap santai dan cool membuat Maudy semakin marah karena merasa di sepelekan wanita itu. Ia pun mengambil baskom yang di pegang oleh pelayan. Ia mengayunkan baskom itu kearah Rini untuk menghantam wajahnya. Dengan sigap Rini langsung menahan lengan wanita itu.
"Awww, sakit, lepaskan tanganku!" seru Maudy
Rini semakin keras mencengkeram lengan Maudy sehingga membuat wanita itu melepaskan baskom yang dipegangnya.
Setelah melihat baskom itu jatuh Rini pun melepaskan lengan wanita itu.
"Dasar kurang ajar, belum jadi menantu saja kau sudah berani padaku, bagaimana kalau dia jadi istri anakku!" Cibirnya
"Sudah-sudah, lagipula kenapa harus pakai acara seperti ini segala sih, memangnya ini jaman Belanda!" seru sang kakek
"Ish ayah, tentu saja aku harus mengetahui karekteristik calon menantuku sebelum menikahi putraku. Aku tidak mau Carlen mendapatkan istri yang jahat dan bisa saja wanita ini membunuhnya demi untuk mendapatkan harta warisannya," ucap Maudy melirik kearah Rini
"Maaf Nyonya, saya memang menikahi putramu demi uang, namun perlu anda tahu jika saya tidak mungkin membahayakan diri saya hanya untuk mendapatkan sesuatu yang tidak mungkin aku dapatkan. Aku tahu keluarga kalian adalah keluarga terkaya dan terpelit di kota ini, jadi mana mungkin anda akan memberikan harta warisan Carlen kepada ku jika aku membunuh putramu. Lagipula jika anda tidak mau menerimaku sebagai menantu, aku juga tidak akan memaksa untuk menikah dengan putramu itu. Lagi pula aku ini cantik dan memiliki tubuh yang bagus jadi masih banyak pria tampan dan tajir di luar sana yang berebut untuk menjadi suamiku," jawab Rini dengan santai
Ia pun menarik kopernya dan bersiap meninggalkan halaman rumah keluarga Wibisono.
"Ya sudah pergi saja sana, lagian aku juga tak sudi punya menantu miskin dan sombong seperti mu!" pekik Maudy
Rini tersenyum dan kemudian membalikkan badannya. Namun saat ia hendak melangkah pergi Wibisono menghentikannya. Pria tua itu kemudian meminta Rini untuk tetap tinggal dan menandatangani kontrak untuk menikahi cucunya.
Meskipun Maudy tak menyukainya Rini tetap menandatangani perjanjian pernikahan itu. Pernikahan pun berlangsung sederhana dan hanya di hadiri oleh pihak keluarga dekat Wibisono hari itu juga.
Setelah prosesi akad nikah selesai Semua orang meninggalkan Rini dan suaminya di kamar mereka.
Rini segera bangun dari duduknya dan melepaskan pakaian pengantin dan juga aksesoris yang dipakainya. Ia yang penasaran dengan keadaan sang suami pun menghampiri pria yang terbaring di ranjangnya itu.
"Jadi dia suamiku, Carlen Wibisono, Si Pangeran tidur," ucapnya tersenyum simpul
Ia kemudian membuka kopernya dan mengeluarkan sebuah tas kecil berisi peralatan medis miliknya.
Ia kemudian mengecek denyut jantung dan juga fisik Carlen.
"Kasian sekali, siapa yang tega meracuni suamiku sampai koma dan lumpuh seperti ini?"
Selesai memeriksa kondisi fisiknya, ia pun penasaran untuk mengecek kondisi kaki Carlen yang di vonis lumpuh.
"Sebentar lagi kamu akan bisa berjalan lagi, tapi tidak sekarang, kamu harus tetap lumpuh sampai aku aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan,"