Kesalahan yang terjadi pada dua manusia yang saling mencintai. Hubungan keduanya yang sudah tidak direstui. Mungkin karena tidak memiliki status sosial yang setara. Alina hanya gadis biasa yang duduk di bangku SMA dan menggunakan beasiswa dan sementara Fathan anak seorang pengusaha kaya raya dan juga seorang ibu yang bekerja dalam dunia entertainment.
Fathan dan Alina terjebak dalam hubungan gairah yang akhirnya menjadi skandal dan siapa yang dirugikan dalam hal itu.
Alina harus menerima nasibnya yang masih duduk di bangku SMA dan mengandung akibat kesalahan fatal yang dia lakukan bersama dengan kakak kelasnya yang juga menjadi pacarnya.
Karena hubungan yang tidak direstui itu yang ternyata membawa Fathan pergi dari Alina.
Bagaimana Alina menjalani kehidupannya dengan janin yang ada di dalam kandungannya.
Lalu apakah mereka dipertemukan kembali?
Jangan lupa untuk mengikuti cerita Saya dari awal sampai akhir dan follow akun Instagram saya .
ainunnharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonecis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 16 Kembali Saling Menguatkan.
Alina yang kembali bertemu dengan Margin di belakang sekolah. Margin membelakingi dirinya yang seperti biasa akan sangat gugup menghadapi ibu dari kekasihnya itu.
"Nyonya!" sapa Alina dengan suara bergetar dan Margin yang langsung membalikkan tubuhnya.
"Berapa yang kamu inginkan?" tanya Margin yang membuat Alina mengangkat kepala dengan mengerutkan dahi
"Apa maksud nyonya?" tanya Alina.
"Untuk menutupi segalanya dan jika terjadi sesuatu hal buruk pada kamu. Saya mencoba untuk memahami apa yang kamu alami yang membuat kamu tidak bisa lepas dari anak saya. Tetapi seperti apa yang saya katakan. Jika apa yang terjadi semua itu adalah karena kebodohan kamu sebagai wanita dan seharusnya kamu memikirkan sebelum bertindak!" tegas Margin.
Alina yang masih terlihat bingung dengan menelan Saliva yang tidak mengerti.
"Jadi kamu katakan saja berapa yang kamu butuhkan?" tanya Margin lagi.
Alina tidak menjawab apapun yang membuat Margin menghela nafas dan melihat mengambil sesuatu dari dalam tasnya dan melempar uang dengan jumlah yang begitu banyak kepada Alina yang tampak di ikat.
"Jika kamu masih merasa kurang. Kamu bisa menemui saya dan minta pada saya berapapun yang kamu mau. Saya tidak akan menggangu pendidikan kamu di tempat ini atau mengganggu proses belajar kamu. Kamu akan tetap mendapatkan beasiswa kamu. Tetapi tinggalkan Fathan!" tegas Margin yang tidak main-main memberikan Alina uang yang banyak agar Alina menjauh dari Fathan.
Alina merasa benar-benar sangat di rendahkan. Bukan hanya mendapatkan tekanan, ancaman dan sekarang di remehkan yang di bayar dengan uang. Harga diri Alina benar-benar di injak-injak oleh ibu dari laki-laki yang dia cintai.
"Jadi pikirkan apa yang saya katakan dan jangan membuat saya semakin bertindak!" tegas Margin yang langsung berlalu dari hadapan Alina.
"Tante tunggu!" Alina menghentikan langkah itu dan Margin yang kembali membalikkan tubuhnya yang melihat Alina berjongkok mengambil uang 1 ikat itu. Margin tersenyum miring yang merasa puas melihat orang itu yang memang sangat tergila-gila dengan uang.
"Saya sama sekali tidak butuh uang Tante!" ucap Alina yang memberikan uang itu kepada Margin yang meletakkan di tangan Margin.
"Tidak perlu membayar saya untuk melakukan semua ini, saya dan Fathan saling mencintai yang tidak bisa dibeli dengan uang," ucap Alina membuat Margin menyunggingkan senyumnya.
"Cinta kamu bilang! tahu apa kamu soal cinta. Kamu masih anak kemarin sore dan sekarang sudah berani mengatakan cinta di depan saya," sinis Margin dengan menatap remeh.
"Tapi itu adalah kenyataannya dan saya tahu bahwa saya orang miskin yang mungkin memang tidak pantas bersanding dengan Fathan. Tetapi Tante jangan merendahkan saya dengan membayar segala sesuatu dengan uang. Maaf saya sama sekali tidak bisa terima semua ini. Saya membicarakan masalah hubungan saya dengan Fathan dan kami akan membuat keputusan," ucap Alina yang berbicara sangat bijak ada terlihat jauh lebih tenang.
"Kamu ingin membuat laporan kepada Fathan bahwa saya mengganggu kamu?" tanya Margin.
"Tante jangan khawatir. Saya tahu bahwa Fathan sama sekali tidak mengetahui masalah ini. Saya juga tidak akan memberitahu Fathan," ucap Alina.
"Kamu jangan sok pintar dan apapun yang kamu katakan saya tidak peduli yang terpenting kamu jauhi Fathan. Kamu hanya akan menyesal jika tidak melakukan semua itu!" tegas Margin dengan penuh penekanan yang membuat Alina terdiam.
Margin yang tidak mengatakan apa-apa lagi yang langsung berlalu dari hadapan Alina. Alina menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan.
"Apa yang terjadi padaku? Apa yang ada di dalam pikiranku. Kenapa aku bisa melakukan hubungan sejauh ini dengan laki-laki yang bisa dikatakan baru saja aku kenal. Aku bahkan sudah tahu jika orang tuanya tidak menyukaiku dan aku tetap bersikeras dan sekarang semua sudah terlanjur,"
"Dalam kejadian ini akulah yang akan dirugikan dan sekarang aku tidak tahu harus bertindak seperti apa. Jika aku bertahan, maka aku akan dianggap terlalu serakah yang memaksakan Fathan untuk bersamaku dan akan terus mendapatkan hinaan dari mulut ibunya," batin Alina dengan penuh kesedihan.
***
Alina dan Fathan yang terlihat berjalan-jalan di pinggir danau.
"Kamu kenapa?" sejak tadi aku memperhatikan wajah kamu tampak murung?" tanya Fathan.
"Tidak apa-apa, Kak!" jawab Alina.
"Aku tidak ingin mendengarkan kebohongan apapun dari kamu. Aku sudah mengatakan apapun yang terjadi pada kamu dan kamu harus mengatakan kepadaku," ucap Fathan.
Alina hanya tersenyum saja.
"Kamu benar tidak apa-apa?" tanya Fathan yang belum yakin sama sekali membuat Alina menganggukkan kepala.
"Kalau begitu kesana!" tunjuk Fathan pada jembatan menuju sungai dan Alina menganggukkan yang menurut saja dengan tangan mereka yang saling bergenggaman.
Akhirnya pasangan itu sama-sama duduk di jembatan dengan kaki mereka berdua yang sama-sama mengayun.
"Alina aku benar-benar sangat beruntung bisa bertemu dengan kamu. Kamu menjadi tempat cerita dan menjadi pendengar yang baik untukku," ucap Fathan.
"Alina juga senang bisa bertemu dengan Kakak. Kakak juga banyak memberikan masukan kepada Alina. Alina sangat bahagia," ucap Alina dengan senyuman yang sangat lebar
"Alina aku berjanji tidak akan pernah meninggalkan kamu dan akan tetap berada di sisi kamu apapun yang terjadi," ucap Fathan yang mungkin sudah mengatakan hal itu ribuan kali.
"Kamu tidak percaya padaku?" tanya Fathan yang melihat respon kekasihnya itu begitu datar.
"Apa hubungan kita berdua bisa berlanjut?" tanya Alina.
"Apa yang membuat kamu ragu. Aku selalu ada bersama kamu dan seperti yang aku katakan jika aku tidak akan pernah meninggalkan kamu apapun yang terjadi," ucap Fathan terus meyakinkan.
Fathan yang melepaskan tangan itu tiba-tiba mengambil sesuatu dari saku celananya yang terlihat ada kotak kecil berwarna merah. Alina melihat bagaimana Fathan membuka kotak tersebut yang ternyata kalung dengan mainan kunci.
"Alina sekarang hatiku adalah milik kamu dan aku serahkan kunci hatiku kepada kamu yang tidak akan pernah ada orang lain yang aku ke dalam hatiku," ucap Fathan. Dia benar-benar sangat serius kepada Alina.
Tanpa persetujuan Alina Fathan memakaikan kalung tersebut di leher Alina dengan kepala Alina tertunduk yang memegang mainan kalau itu.
"Jangan pernah mencoba untuk meragukanku. Aku benar-benar sangat mencintai kamu dan tidak akan pernah meninggalkan kamu. Kita adalah dua orang yang sudah terikat dan saling mengunci satu sama lain," lanjut Fathan.
Alina yang tidak memberikan respon apapun, dia menyandarkan kepalanya di bahu Fathan dengan kembali mengarah lurus kedepan. Fathan tersenyum dari reaksi kekasihnya itu sudah dapat dijelaskan bahwa kekasihnya juga percaya padanya.
"Kamu suka kalungnya?" Fathan yang membuat Alina menganggukkan kepala.
"Makasih, Kak Fathan atas hadiah indah ini," ucap Alina.
"Aku yang berterima kasih kepada kamu dengan kehadiran kamu yang memberikan warna baru dalam hidupku," ucap Fathan yang membuat Alina menganggukkan kepala.
Tiba-tiba gerimis datang yang terlihat menetes ke dalam air sungai tersebut.
"Hujan...." ucap Alina menadahkan kepalanya keatas
"Bukankah kamu sangat menyukai hujan?" tanya Fathan.
"Kakak benar! Alina sangat menyukai hujan. Tetapi jika kita terus berada di bawah hujan dan maka kita berdua kita sakit," ucap Alina.
"Kalau begitu ayo kita kembali!" ajak Fathan yang membuat Alina menganggukkan kepala.
Bersambung...