Nazwa Kamila, seorang perempuan cantik yang pernah gagal dalam pernikahannya lantaran ia tidak bisa memiliki keturunan. Keluarga suaminya yang terlalu ikut campur membuat rumah tangganya hancur. Hubungan yang ia pertahankan selama tiga tahun tidak bisa dilanjutkan lagi lantaran suaminya sudah menalaknya tiga kali sekaligus.
Kehilangan seorang istri membuat hidup seorang Rayhan hancur. Ia harus kuat dan bangkit demi kedua buah hatinya yang saat itu usianya masih belum genap dua tahun. Bagaimana pun hidupnya harus tetap berjalan meski saat ini ia bagaikan mayat hidup.
Suatu hari takdir mempertemukan Nazwa dan Rayhan. Akankah mereka berjodoh?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunda RH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Membalas pesan
Lima menit Rayhan menunggu balasan dari Nazwa, namun belum ada juga. Ia memeriksa handphone-nya kembali karena takut chatnya tidak sampai. Ternyata memang sudah dibaca, tapi tidak dibalas.
Tok tok tok
"Masuk."
"Pak, rapat sudah mau dimulai. Semua staf sudah berada di aula rapat." Ujar Rizal.
"Oke, tolong bawa berkasnya."
"Baik Pak."
Rayhan pun mengantongi hanphone-nya, lalu pergi ke aula rapat.
Rayhan sudah memasuki ruang rapat. Ia pun langsung memimpin rapat, memaparkan rencana pembuatan produk baru yang akan mereka kerjakan, yaitu komponen otomotif untuk mobil. Selama ini perusahaan Rayhan bergerak di bidang otomotif sepeda motor. Namun, ia ingin mengepakkan sayap lebih lebar lagi. Setelah memaparkan rencananya, Rayhan duduk untuk meminta pendapat dari beberapa staf yang ikut dalam rapat.
Rayhan melihat hanphonenya lagi, namun belum ada juga balasan.
"Ck, kenapa dibalas? Apa dia nggak tahu kalau aku yang kirim pesan. Sudah jelas photo profil ku si kembar."
"Pak, Pak Rayhan... "
"Hah iya?"
"Maaf Pak barusan saya sudah menyampaikan pendapat. "
"Tolong ulang."
Ternyata kali ini bos mereka kurang fokus. Setelah mendengar pemaparan dari beberapa orang stafnya, Rayhan pun memutuskan hasilnya.
Akhirnya rapat pun selesai. Rayhan kembali ke ruangannya. Rizal tidak tahu apa masalah bosnya kali ini, kenapa ia tampak uring-uringan.
Sudah waktunya makan siang. Raihan sudah meminta Rizal untuk membeli makan siang. Lebih tepatnya Rizal menyuruh Office boy untuk membeli kan makan siang. Sambil menunggu makan siangnya datang, Rayhan kembali mengetik pesan untuk Nazwa.
"Tidak masalah, kan? Lagipula dia memang patut mendapatkan ucapan terima kasih sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerjanya. Mengurus dua anak itu tidak mudah." Batin Rayhan
Dengan penuh pertimbangan, Rayhan pun mengim pesannya.
^^^✉️Nany^^^
^^^Terima kasih karena sudah mengurus dan mengajari si kembar dengan baik.^^^
Nazwa sedang makan siang bersama asisten yang lain. Handphone-nya ia tinggalkan dk kamar. Setelah selesai makan siang, Nazwa membawa si kembar masuk ke kamar untuk tidur siang.
Nazwa kembali ke kamarnya. Siang ini ia memutuskan untuk tidak tidur, karena ia harus menyetrika baju-baju miliknya.
Rayhan makan sambil memeriksa handphone-nya. Karena sampai saat ini pesannya belum dibuka. Ia menggerutu di dalam hati.
Satu jam kemudian, Nazwa baru selesai menyetrika. Ia memasukkan baju-bajunya ke dalam lemari. Setelah itu, ia membaringkan tubuhnya untuk sekedar beristirahat. Sambil istirahat, Nazwa melihat handphone-nya. Biasanya ia membuka aplikasi hiburan untuk sekedar mengobati lelahnya. Nazwa terkejut mendapati pesan dari Papa si kembar lagi. Ia pun membaca pesan tersebut. Tanpa terasa Nazwa mengulum senyum membacanya.
"Balas nggak ya? Lagian jadi orang gengsi banget. Mau bilang makasih saja gak bilang langsung."
"Tapi nanti kalau es balok marah, gajiku beneran dipotong gimana?"
"Bales aja deh."
^^^✉️ Es balok^^^
^^^Iya sama-sama Pak. Itu sudah tugas saya.^^^
Setelah membalas pesan dari Rayhan, Nazwa pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian shalat Ashar.
Mendapatkan balasan dari Nazwa, wajah Rayhan langsung sumringah. Padahal hanya balasan singkat. Hal tersebut secara tidak sengaja diperhatikan oleh Rizal. Sekian purnama Rizal baru melihat bosnya bisa tersenyum meski hanya berdua dengannya.
"Oh iya Pak, ada undangan dari Pak Eko."
"Pak Eko siapa?"
"Itu managernya Tuan Arya. Undangan resepsi pernikahan anaknya yang bernama Fanya."
Rayhan tersenyum sinis mendengarnya.
"Kapan?"
" Satu minggu lagi,.Apa anda akan datang?"
"Harus datang."
"Tumben Pak Rayhan sangat bersemangat." Batinnya.
"Baiklah Pak. Jika tidak ada yang harus dikerjakan lagi. Saya keluar dulu."
"Hem."
Malam harinya.
Setelah shalat Maghrib, Nazwa mengajari si kembar mengaji di kamar mereka.
"Ayo diulang Gi!"
"Ba-ta-ta, ta-a-ba, ta-ba-ta."
"Bagus."
Mereka belajar mengaji sampai menunggu waktu isyak. Mereka tidak sadar jika ada yang mendengarkan mereka dari balik pintu kamar. Siapa lagi kalau bukan Papa Rayhan. Keberadaan Rayhan di depan kamar mereka tentu saja tak luput dari pantauan Mami. Mami terang-terangan langsung menghampirinya.
"Mami."
"Kenapa di luar? "
"Eh tidak, tidak apa-apa Mi. Ray takut mengganggu mereka.
Mami menarik tangan Rayhan dan membawanya ke balkon.
" Nazwa merawat mereka dengan baik. Bahkan dia memberikan pendidikan untuk mereka. Mami sebenarnya bisa, tapi kamu tahu sendiri umur Mami sudah tidak muda lagi. Jadi Mami tidak selincah dulu."
"Iya, Mi."
"Anak-anakmu memang membutuhkan seorang Ibu. Apa kamu akan membiarkan mereka kehilangan sosok Ibu selamanya?"
"Kan, sudah ada nany nya Mi."
"Bang, Nazwa juga punya kehidupan sendiri. Kita tidak mungkin mengikatnya seumur hidup. Kalau masa kerjanya dua tahun sudah habis dan dia tidak mau lagi menjadi pengasuh si kembar gimana?"
"Cari pengasuh lagi Mi."
"Ish, kamu ini! Mencari pengasuh tidak semudah itu! Sulit mendapatkan orang yang benar-benar tulus seperti Nazwa."
"Lalu Ray harus bagaimana, Mi?"
"Menikah."
Sudah Rayhan duga, ujung-ujungnya pasti Mami memintanya untuk segera menikah. Sedangkan ia belum terpikir untuk itu.
"Mi, Ray belum bisa. Belum ada perempuan yang Ray cintai seperti Raya."
"Itu karena kamu belum membuka hati. Cinta kamu kepada Raya dan cinta kamu kepada orang baru nanti tidak harus sama, Bang. Mereka punya tempat masing-masing."
"Iya, Ray paham. Tapi saat ini Ray belum menemukannya."
"Sudah, tapi kamu belum sadar. Pikir saja sendiri."
Mami pun meninggalkan Rayhan sendirian di balkon. Rayhan mengerutkan keningnya berpikir siapa yang dimaksud Maminya.
Sudah adzan isyak, Nazwa dan dan si kembar pun shalat berjama'ah. Setelah selesai shalat, Nazwa mengajari si kembar melipat mukenah dengan benar.
Waktunya makan malam.
Si kembar sudah dilayani oleh Nazwa. Setelah melayani mereka, Nazwa hendak pergi ke belakang untuk makan bersama yang lain. Namun kaki ini Anggi menahannya.
"Nany makan di sini saja sama kami. Ayah sama Bunda dan adek kembar kan lagi keluar." Pinta Anggi.
Di kursi makan memang hanya ada Papi, Mami, Rayhan, Rania, Rendra, dan si kembar.
"Nany, makan di belakang saja ya."
Mami melirik Papi.
"Nazwa, duduklah! Makan di sini bersama kami, nggak pa-pa." Ujar Papi.
"Tapi Pak."
"Nggak pa-pa, Wa. Ayo duduk di samping mereka. " Sahut Mami.
"I-iya bu."
Nazwa pun duduk di samping Anggun. Ia sebenarnya kurang nyaman makan bersama mereka. Karena tidak akan sebebas makan bersama asisten yang lain meskipun menu mereka sama.
"Ayo Wa, ambil saja!"
"Papa, tolong geser piring ayamnya dong! Nany mau itu." Ujar Anggi.
Rayhan pun menggeser piring tersebut. Kali ini Anggi yang menyendokkan ayam ke piring Nany-nya.
Nazwa tersenyum seraya mengucapkan terimakasih kasih kepada Anggi.
Bersambung...
...****************...
note: Ayah dan Bunda adalah Rifki dan Aira.
Maaf hari ini 1 part saja ya kak, karena author sedang kurang sehat. 🙏🙏🙏🙏
terimakasih bunda