NovelToon NovelToon
Bayi Rahasia Sang Serigala

Bayi Rahasia Sang Serigala

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Manusia Serigala / Hamil di luar nikah / Identitas Tersembunyi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Zylan Rahrezi

Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.

Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hanya Utusan Perimu

Bab 9 -

Hutan terasa lebih sunyi daripada biasanya, tetapi suasana mencekam dan penuh bahaya tetap terasa di setiap sudut. Victor, sang ajudan yang setia, melangkah cepat di antara rerimbunan pohon dengan tekad kuat. Pasukan yang dia bawa menembus hutan, menyusuri jejak yang tersisa dari pertempuran sengit yang terjadi beberapa saat lalu. Kabar bahwa Arion diserang oleh monster bawah menyebar cepat, dan kini tugasnya adalah membawa sang Putra Mahkota kembali dengan selamat.

Namun, saat Victor tiba di tempat terbuka yang diterangi sinar bulan, langkahnya terhenti. Di depannya, dia melihat sosok yang sudah sangat dia kenal-Arion-terbaring tak sadarkan diri di pangkuan seorang perempuan. Mata Victor menyipit, waspada. Itu... utusan peri.

Rere, dengan rambut yang sedikit berantakan dan wajah penuh kekhawatiran, tampak tak menyadari kedatangan Victor. Dia hanya fokus pada Arion yang terbaring di pangkuannya, tangannya memegang erat tangan pria itu seakan berusaha menyalurkan sedikit kekuatan yang tersisa dari tali mana mereka.

"Putra Mahkota!" seru Victor sambil bergegas mendekat. Dia berlutut di samping Arion, memeriksa napas dan nadinya. Arion masih hidup, meski lemah, namun tampak jelas bahwa luka-luka akibat pertempuran dengan monster bawah sangat serius.

Rere mengangkat wajahnya, menatap Victor. "Dia terluka parah," katanya pelan, suaranya serak karena cemas. "Kita harus membawanya kembali ke perkemahan secepatnya."

Victor menatap Rere, sedikit bingung dan heran. "Mengapa kau... di sini? Utusan peri seharusnya-

"Aku tak bisa duduk diam dan menunggu," potong Rere dengan tegas. "Aku harus menolongnya. Apapun yang terjadi."

Victor hanya mengangguk meski masih ada ketidakpastian di benaknya. Namun, melihat betapa tulusnya Rere dalam menjaga Arion, dia memutuskan untuk menahan pertanyaannya untuk saat ini. Dia tahu bahwa menyelamatkan Putra Mahkota adalah prioritas utama.

"Baiklah. Kita harus bergerak sekarang," ucap Victor sambil memberi isyarat kepada prajurit lainnya. "Siapkan tandu! Kita bawa Putra Mahkota kembali ke perkemahan."

Prajurit segera menyiapkan tandu darurat, dan Victor serta Rere membantu mengangkat Arion dengan hati-hati. Victor memperhatikan bagaimana tangan Rere tak pernah lepas dari Arion, seolah ada kekuatan tak kasat mata yang menghubungkan mereka. Meski ada banyak hal yang ingin dia tanyakan, dia menahan diri untuk tidak menambah tekanan pada situasi ini.

Mereka bergerak cepat menuju perkemahan, membawa Arion yang masih tak sadarkan diri di atas tandu, sementara Rere berjalan di sampingnya, wajahnya dipenuhi kekhawatiran.

Sesampainya di perkemahan, Arion segera dibawa ke tenda medis khusus untuk mendapatkan perawatan intensif. Para tabib bekerja cepat, membersihkan dan merawat luka-luka yang cukup dalam di tubuhnya. Victor terus memantau dari luar, matanya tak pernah lepas dari tenda tempat Putra Mahkota dirawat.

Tak lama kemudian, Jenderal Kaylen, sosok paruh baya berbadan kekar dengan luka di bawah mata kanannya, menghampiri Victor dengan wajah serius. "Bagaimana keadaan Putra Mahkota?" tanyanya tanpa basa-basi.

Victor menghela napas panjang. "Luka-lukanya cukup serius, tapi dia masih hidup. Para tabib mengatakan bahwa dia butuh waktu untuk pulih."

Jenderal Kaylen mengangguk, namun wajahnya tetap tegang.

"Situasi di medan perang semakin tidak terkendali. Pasukan monster bawah terus bermunculan. Kita tidak bisa kehilangan Putra Mahkota dalam situasi seperti ini."

Victor mengepalkan tangannya. "Aku tahu. Tapi kita harus menunggu sampai dia sadar. Dia satu-satunya yang bisa memimpin kita keluar dari situasi ini."

Suasana semakin berat di antara mereka. Kedua pria itu memahami betul bahwa Arion adalah sosok penting dalam perang ini. Tanpa dia, pasukan suin serigala mungkin akan kehilangan arah dan moral, sesuatu yang tidak bisa mereka biarkan terjadi saat musuh semakin kuat dan terorganisir.

Jenderal Kaylen mengangguk pelan, meski jelas terlihat kecemasan di wajahnya. "Baiklah. Jika Arion sadar, segera beri tahu aku. Kita harus mengambil keputusan besar dalam waktu dekat."

Setelah memberi instruksi pada Victor, Jenderal Kaylen kembali ke tenda komando. Victor berdiri di depan tenda perawatan, menatap ke arah tabib yang terus sibuk di dalam. Matanya beralih ke arah Rere yang duduk tak jauh dari situ. Dia belum meninggalkan tempat itu sejak Arion dibawa masuk, meski tak ada yang memintanya untuk tinggal.

Victor mendekati Rere dengan langkah perlahan, berusaha memahami apa yang sebenarnya terjadi di antara Rere dan Arion. "Utusan peri," panggilnya lembut, "mengapa kau begitu... peduli pada Putra Mahkota?"

Rere menunduk, tangannya kembali menyentuh perutnya sejenak. Ada banyak yang ingin dia ungkapkan, namun dia tahu bahwa ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. "Aku hanya merasa... bertanggung jawab. Tugas ini... jauh lebih besar daripada yang kau kira."

Victor hanya mengangguk meski masih merasa ada yang tidak biasa dalam hubungan antara Rere dan Arion. Namun, untuk saat ini, dia tidak akan menekan lebih jauh. Yang paling penting adalah memastikan bahwa Arion pulih dan pasukan bisa kembali bertarung di bawah komandonya.

Waktu berlalu dengan perlahan, hingga akhirnya tabib keluar dari tenda dan memberi kabar pada Victor. "Putra Mahkota sudah sadar."

Victor segera masuk ke dalam tenda. Arion terbaring lemah di atas tempat tidur, tubuhnya dibalut perban di beberapa bagian. Namun, meski tampak lelah, matanya terbuka, penuh kesadaran.

"Putra Mahkota," Victor menyapa sambil berlutut hormat. "Kabar baik bahwa Anda selamat."

Arion hanya mengangguk pelan. "Berapa lama aku pingsan?"

"Hanya beberapa jam," jawab Victor. "Tapi situasi di medan perang semakin sulit. Kita butuh keputusan Anda."

Arion menarik napas dalam-dalarm, merasakan tubuhnya yang masih lemah. Namun, matanya beralih ke luar tenda, mencari sosok yang tak henti-hentinya mengisi pikirannya. Utusan peri... kenapa dia masih di sini?

"Utusan peri..." gumamnya, namun Victor hanya memandangnya dengan kebingungan.

Arion tahu, ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar perang yang harus dia hadapi. Tapi untuk saat ini, dia harus fokus pada satu hal-melindungi wilayah Taewon dan mengalahkan monster bawah dan mengakhiri perang dengan kaum pinggiran.

Di sudut terdalam dari Hutan Lumina, Raja Peri Acros berdiri di tengah hamparan pepohonan kuno, merasakan getaran yang tidak biasa di tanah. Udara di sekelilingnya terasa semakin berat, dan arus mana di sekitarnya bergolak dengan tidak stabil. Matanya menyipit, menatap suatu titik di kejauhan, tempat dimana retakan dari dunia bawah mulai menyebar.

"Tidak... gumam Acros, suaranya penuh kewaspadaan. "Retakan itu telah bocor lagi."

Dengan satu gerakan halus tangannya, aliran mana murni melesat

dari tubuhnya, menyebar di sepanjang tanah dan udara di sekitarnya. Cahaya biru keperakan memancar dari tubuh Raja Peri, semakin lama semakin terang, hingga menyelimuti seluruh area hutan.

"Aku tidak akan membiarkan dunia bawah mengganggu keseimbangan ini," katanya tegas..

Seluruh energinya ia kerahkan untuk menutup retakan tersebut. Mana yang mengalir dari dalam tubuhnya menyatu dengan energi alam, membentuk semacam pelindung kuat di atas retakan yang bocor. Dengan segenap kekuatannya, Acros membangun kembali pembatas antara dunia Luminos dan dunia bawah, meski ia tahu bahwa ini hanya sementara.

Setelah beberapa saat, getaran di tanah mereda. Udara kembali tenang, dan cahaya dari tubuh Acros meredup. Meskipun retakan dunia bawah telah tertutup untuk sementara, Acros tahu bahwa ancaman ini tidak akan berhenti di sini.

"Kita harus bersiap. Pertarungan yang lebih besar sedang menanti kita, gumamnya pada dirinya sendiri sebelum menghilang ke dalam kabut hutan, kembali ke kerajaan Lumina untuk memikirkan langkah selanjutnya.

Di kamp pasukan Taewon, keesokan harinya, suasana terasa jauh lebih tenang. Prajurit yang sebelumnya berjaga dengan penuh kewaspadaan kini bisa bernafas lega. Jejak para monster yang semalam menyerang kini seolah lenyap begitu saja, meninggalkan hutan dalam keheningan yang tak biasa. Seolah-olah serangan mendadak itu tak pernah terjadi.

Victor mengamati keadaan di kamp dengan seksama. "Tidak ada tanda-tanda monster lagi sejak tadi malam," ujarnya kepada Jenderal Kaylen, yang berdiri di sebelahnya.

"Ini keajaiban," balas Jenderal Kaylen sambil menghela napas lega. "Mungkin, Raja Peri berhasil melakukan sesuatu untuk menutup retakan itu."

Victor mengangguk. "Sepertinya begitu. Tapi tetap saja, kita tidak boleh lengah. Meskipun jejak monster hilang, retakan dunia bawah itu hanya bisa ditutup sementara."

Di saat yang sama, para prajurit sibuk berkemas. Mereka bersiap untuk kembali ke wilayah Taewon setelah kondisi mulai kondusif. Namun, di antara persiapan kepulangan itu, perhatian Victor terus tertuju pada Rere-utusan peri yang tampaknya memiliki hubungan lebih dalam dengan Putra Mahkota dibandingkan yang dia ketahui.

Rere berjalan dengan tenang di sekitar kamp, tangannya sesekali menyentuh perutnya. Meski dia tidak terlibat langsung dalam pertempuran malam sebelumnya, tekad dan usahanya untuk membantu para prajurit yang terluka tidak bisa diabaikan.

Victor mengawasi setiap gerak-gerik Rere, pikirannya dipenuhi berbagai pertanyaan yang belum terjawab. Mengapa dia begitu bertekad melindungi Arion? Dan kenapa ada hubungan yang begitu kuat antara mereka, meski Arion tak menyadarinya?

Rasa penasaran Victor semakin besar, namun dia memutuskan untuk tetap diam. Dia tidak ingin menimbulkan kecurigaan, apalagi pada Rere yang tampaknya sangat berperan penting, baik bagi kesehatan Arion maupun dalam misi besar yang belum sepenuhnya dia ketahui.

Sementara itu, Jenderal Kaylen mendekati Victor setelah memeriksa keadaan pasukan yang sedang bersiap. Ekspresinya serius, namun ada sedikit kelegaan setelah malam yang penuh kecemasan.

"Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan," ucap Jenderal Kaylen dengan nada rendah. "Situasi di sini memang terlihat lebih tenang, tapi kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa dunia bawah masih menjadi ancaman besar. Dan pasukan kita belum sepenuhnya siap jika serangan itu datang lagi."

Victor mengangguk, setuju dengan kekhawatiran Jenderal Kaylen. "Benar. Kita juga harus memastikan Putra Mahkota segera pulih. Tanpa dia, moral pasukan akan goyah."

Jenderal Kaylen menatap Victor dalam-dalam. "Dan bagaimana dengan utusan peri itu? Sepertinya dia tidak seperti peri lainnya. Ada sesuatu yang aneh. Apa kau tahu sesuatu?"

Victor sedikit tersentak, tapi dia segera menyembunyikan keterkejutannya. "Dia... sangat bertekad melindungi Putra Mahkota. Itu saja yang saya tahu."

Jenderal Kaylen hanya mengangguk perlahan, meskipun jelas masih ada rasa curiga di benaknya. "Baiklah. Tapi kita harus tetap waspada. Jika ada yang aneh atau berbahaya, aku harap kau akan melaporkannya segera."

Victor mengangguk sekali lagi, tapi dalam hati, dia terus bertanya-tanya tentang hubungan antara Rere dan Arion. Semakin banyak yang dia lihat, semakin yakin dia bahwa ada rahasia besar yang disembunyikan, baik oleh Rere maupun oleh takdir itu sendiri.

Di tenda perawatan, Arion mulai membuka matanya. Tubuhnya masih lemah, namun kesadarannya mulai pulih. Suara gemuruh yang sebelumnya terdengar di kepalanya telah menghilang, digantikan oleh keheningan yang menenangkan.

Seorang tabib mendekat untuk memeriksa kondisinya. "Anda sudah sadar, Yang Mulia. Luka-luka Anda sudah ditangani dengan baik."

Arion hanya mengangguk, namun pikirannya segera melayang pada sosok yang terus menghantuinya-utusan peri. Dia teringat saat terbaring di pangkuan perempuan itu di tengah hutan. Rasa hangat yang tak asing lagi terasa di tubuhnya saat berada di dekatnya.

Victor masuk ke tenda dengan langkah cepat, wajahnya penuh kelegaan saat melihat Arion sudah mulai sadar. "Putra Mahkota," sapanya sambil membungkuk hormat. "Syukurlah, Anda sudah pulih."

Arion duduk dengan pelan, mencoba mengumpulkan kekuatannya. "Apa yang terjadi setelah aku pingsan?" tanyanya, meski sebagian dari ingatannya tentang kejadian semalam masih samar.

"Kami membawamu kembali ke kamp. Para monster telah lenyap, mungkin karena campur tangan Raja Peri. Namun, kami harus tetap waspada," jawab Victor. "Utusan peri, dia... tidak pernah meninggalkanmu."

Arion terdiam sejenak, matanya menatap jauh ke arah luar tenda. Ada sesuatu yang tidak bisa dia pahami tentang perempuan itu. Sesuatu yang terasa begitu dekat, namun tetap berada di luar jangkauannya.

"Persiapkan pasukan," kata Arion akhirnya, suaranya mulai pulih. "Kita akan kembali ke Taewon. Namun sebelum itu, aku ingin bertemu dengan utusan peri."

Victor mengangguk dan keluar dari tenda. Dalam hatinya, dia tahu bahwa pertemuan i

tu akan membuka lebih banyak misteri daripada jawaban, terutama tentang hubungan tak terduga antara Rere dan Putra Mahkota.

1
@Risa Virgo Always Beautiful
lanjut kak
✨💥N༙྇A༙྇B༙྇I༙྇L༙྇A༙྇²💥✨
mampir kak
yumin kwan
baru Nemu....langsung marathon...
pliz jgn digantung ya ...
Zycee: sanzz ae sanz
total 1 replies
꧁LC*¹³🌸Intan PS Army 🐨°°🕊️꧂
keren di awal udah keren
Intan Nurul
menarik..sekali

bikin penasaran kisah selanjutnya
Intan Nurul
seruuuu euyy..lanjutt thoor /Determined/
RiJu
wah, ternyata rere keturunan peri
RiJu
tulisannya bagus.
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?
Zycee: mana ku tau🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!