Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Mpok Siti pun bingung harus menjelaskan seperti apa, takut Namira jadi syok lagi.
"Mpok jawab itu kenapa rumah Namira rame seperti ini," desak Namira karena merasa Siti hanya terdiam.
"Mir, kamu harus sabar ya, ibumu sudah menghembuskan nafas terakhirnya," ucap Mpok Siti dengan hati-hati.
Namira hanya mematung dia berharap ini hanya mimpi buruk yang akan segera berakhir dalam tidurnya.
"Namira ayo bangun, katakan pada semua kalau ini hanya mimpi buruk," ucapnya sambil mencubit pelan tangannya.
"Tidak ....!" teriaknya ketika cubitannya itu begitu terasa.
"Mpok Siti, kenapa Ibu secepat itu pergi meninggalkan aku, apa karena dia tidak mau melihat cucunya yang sedang aku kandung ini." tangis Namira pecah dia merasa kalau dunia begitu tidak adil untuk dirinya.
"Jangan seperti itu Neng, ibumu sangat menyayangimu, Mpok Siti yang jadi saksi kalau ibumu begitu menyayangimu," terang Siti sambil memeluk erat tubuh Namira.
"Mpok, aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi di sini bahkan dua orang yang sangat aku sayangi dalam waktu dekat ini telah pergi satu persatu," ucap Namira sambil menangis di pelukan Siti.
"Sabar ya Neng, kamu masih punya Allah, sebaik-baiknya tempat mengadu, serahkan saja semua ini Kepadanya," sahut Siti.
"Mpok, aku mau lihat wajah ibu untuk yang terakhir kalinya," pinta Namira.
"Kamu kuat Neng?" tanya Siti yang sudah harap-harap cemas.
"Akan ku coba untuk kuat, bukannya ini sudah menjadi kehendak Allah," jawab Namira, meskipun hatinya begitu hancur menghadapi kenyataan ini.
Siti mulai menggandeng tangan Namira untuk di bawahnya ke ruang tamu sesampainya di tempat itu Namira langsung membuka sarung yang menutupinya wajah ibunya.
"Ibu, maafkan Namira, mungkin Ibu sangat merindukan Bapak makanya Ibu cepat-cepat ingin menyusulnya," ucap Namira sambil menahan air mata yang hendak berjatuhan.
"Neng yang kuat ya, Allah tidak akan menguji di batas kemampuan hambanya," ucap tetangga yang sedang takziah di rumahnya.
Namira mencoba untuk tetap bertahan di saat para warga datang melayat jenazah ibunya, bahkan sampai jenazah sang ibu di kuburkan perempuan itu mencoba untuk tegar dan lebih menguatkan lagi dirinya meskipun saat ini hatinya berkecamuk.
"Ibu, yang tenang ya, sekarang tempat Ibu sudah sejajar dengan bapak semoga ibu bisa bertemu bapak di surga," ucap nya sambil mengelus baru nisan ibunya.
Perempuan itu saat ini sudah kembali lagi kerumahnya rasa sepi kini mulai terasa di rumah ini menyimpan banyak kenangan antara dia dan kedua orang tuanya, bayangan waktu dulu ketika dia kecil menari-nari di pikirannya.
"Ya Allah terima kasih engkau pernah memberiku orang tua yang begitu hebat dan menyayangiku setulus hatinya, bahkan di saat aku melakukan kesalahan besar kedua orang tuaku tidak pernah menghakimi diriku, mereka menjadi garda terdepan untuk melindungi ku dari orang-orang yang membenciku," ucap Namira sambil mendongakkan wajahnya ke atas.
Ketika Namira sedang melamun tiba-tiba saja Loly datang dengan terlambat karena memang pas di kasih tahu dia sedang berkerja.
"Mira," panggil Loly, sambil merentangkan tangannya.
"Kak Loly, Ibu sudah menyusul bapak," ucapnya sambil menangis di pundak temannya.
"Menangislah Sayang, jika itu membuat hatimu lega," sahut Loly.
"Aku sudah tidak tahu lagi harus bagaimana di saat usia kandunganku seperti ini, benar-benar semuanya hilang satu persatu, apa ini hukuman untuk ku yang sudah jahat dengan seseorang," ucapnya penuh penyesalan.
"Sayang, kesalahan ini tidak sepenuhnya salahmu, jadi jangan menyalahkan diri terus menerus, kau sudah memutuskan mundur dari hubungan ini, itu sudah sangat luar biasa, percayalah suatu saat nanti akan ada setetes kebahagiaan untuk mu dan juga anakmu, yang penting kau harus sabar dan ikhlas menjalani semua ini," tutur Loly yang memang tahu seluk-beluk hubungan Namira dan juga Samudra.
"Kak Loly, apa perempuan sepertiku pantas mendapatkan kebahagiaan, sekarang saja masih ada orang yang membenciku, padahal mereka tahunya aku hamil di luar nikah mereka belum tahu semuanya, tentang diriku, pasti kalau tahu mereka akan tambah membenciku," sahut Namira yang benar-benar menyesali perbuatannya.
"Mir, jangan pernah takut untuk di benci oleh seseorang, di dunia ini siapa manusia yang tidak pernah melakukan dosa, pasti semua orang pernah melakukan dosa, yang membedakan hanya versinya saja, mungkin hari ini kau adalah pendosa, tapi di hari esok? Kan tidak ada yang tahu perubahan seseorang, maka dari itu tetaplah menjadi pribadi yang baik dan belajar dari kesalahan yang pernah kita buat," pesan Loly seakan enak di dengar, dan menenangkan hati ibu hamil itu.
"Makasih ya Kak, jujur saja di kota ini aku tidak punya siapa-siapa kecuali Kakak yang selalu ada di saat aku hancur seperti ini," ucap Namira.
"Ya sudah kalau begitu malam ini kau mau ikut sama kakak atau mau tidur di sini saja," ajak Loly.
"Aku mau tidur di sini saja, katanya kalau orang meninggal jika belum empat puluh hari, maka ruh mereka akan mengelilingi rumahnya, aku ingin ibu dan bapak nanti melihatku tidur di sini," ucapnya dengan begitu tegar.
"Baiklah, kalau begitu hati-hati ya, kakak pamit pulang dulu," ijin Loly.
"Hati-hati di jalan ya Kak," ucap Namira yang di angguki oleh Loly.
Malam pun semakin larut perempuan muda itu mulai mengunci pintu rumahnya karena sang badan mulai lelah meminta untuk di istirahatkan sejenak.
sedangkan di luar rumah, para bapak-bapak dan para pemuda tengah membicarakan kehamilan Namira yang terlihat seperti perempuan baik-baik ternyata hamil di luar nikah.
"Eh gila ya itu Namira, aku dulu sampai bangga dengan itu anak yang terlihat kalem dan pendiam, eh ternyata doyan begituan juga, sampai-sampai hamil dan tidak ada yang mau tanggung jawab," ucap salah satu pemuda yang bernama Asep.
"Eh, biasanya pria yang tidak mau bertanggung jawab itu ada dua alasan," sahut Toyib.
"Apa itu alasannya?" tanya Didit.
"Kalau tidak punya istri pasti si Namira ini cewek open PO makanya cowoknya gak mau di suruh tangung jawab karena kemungkinan itu anak hasil dari rame-rame," sahut Toyib.
"Wah ternyata si Namira cewek seperti itu," sahut Asep.
"Eh gimana kalau sekarang kita datengin saja rumahnya," ajak Didit.
"Mau ngapain?" tanya Toyib.
"Siapa tahu dia mau melayani kita bertiga," sahut Didit dengan percaya dirinya.
"Oh begitu, baiklah kalau begitu," sahut yang lainnya.
Mereka bertiga ini memang terkenal pemuda paling brandal di kampung ini, bahkan mereka ini sudah bolak-balik masuk bui karena tingkah kotornya.
Saat ini ketiga pemuda itu sedang berada di depan rumah Namira, tapi sayang lampu rumah sudah padam dan pintu sudah terkunci, ketiganya tidak kekurangan akal mereka bahkan nekat mencongkel jendela rumah menggunakan benda tajam.
"Ah akhirnya kena juga jendela ini kita bobol," seringai Asep.
Bener juga,gak sia-sia kau ambil golok dari rumahku," sahut Didit.
Saat ini ketiganya sudah berhasil memasuki rumah Namira dan mereka mulai berjalan mengendap-endap mencari tahu keberadaan kamar Namira.
Kamar yang satunya sudah di buka dan ternyata kosong, lalu mereka bertiga dengan hati-hati membuka pintu selanjutnya, dan senyuman licik terbesit di bibir mereka ketika mendapati tubuh Namira yang sedang berbaring diatas kasur.
"Wiiih itu orangnya masih tidur," ucap Toyib lalu mulai memasuki kamar Namira.
"Aku mau siap-siap dulu ya! Kalian tunggu di luar dulu biar aku dulu yang mencicipi perempuan cantik itu," ucap Toyib kembali yang diangguki oleh kedua temannya.
"Jangan lama-lama ya," sahut Asep yang sudah tidak sabaran.
"Iya tenang saja, sudah tutup pintunya," titah Toyib.
Saat ini pemuda itu mulai membuka semua pakaiannya dan membuangnya ke segala arah.
"Namira malam ini kita bersenang-senang ya, dengan kedua temanku," ucapnya yang sudah di selimuti kabut gairah.
Selamat pagi Kakak-kakak semoga suka ya dengan kelanjutan bab ini.
Jangan lupa kasih dukungan Author melalui like komen dan Vote terima kasih 🙏🙏🙏❤️❤️❤️
jauhkan jauhkan
ngesak bgt thor hasrat Sean dan Nara utk bertemu dgn ayah biologis mereka.
masih penasaran nih....