Hari pertama di SMA menjadi langkah baru yang penuh semangat bagi Keisha, seorang siswi cerdas dan percaya diri. Dengan mudah ia menarik perhatian teman-teman barunya melalui prestasi akademik yang gemilang. Namun, kejutan terjadi ketika nilai sempurna yang ia raih ternyata juga dimiliki oleh Rama, seorang siswa pendiam yang lebih suka menyendiri di pojok kelas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Moka Tora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33 Bayangan Masa Lalu
Keisha menatap layar laptopnya dengan tatapan kosong. Kata-kata Reza terus terngiang di benaknya. Nadira adalah sepupunya. Itu berarti semua yang terjadi dulu masih membekas dalam keluarga mereka.
Ia mencoba menggali ingatan tentang Nadira, tapi kepingan memorinya terasa kabur. Apa yang sebenarnya terjadi saat itu? Apakah benar ia yang meninggalkan Nadira? Atau ada sesuatu yang lebih besar yang ia lupakan?
"Lo yakin lo baik-baik aja?" suara Anita membuyarkan lamunannya.
Keisha menoleh ke sahabatnya yang duduk di seberangnya di perpustakaan.
"Gue nggak tahu, Nit," gumam Keisha. "Gue cuma nggak ngerti kenapa semuanya kembali sekarang."
Anita menatapnya serius. "Kalau semua ini ada hubungannya sama Nadira, kita harus mulai dari situ. Kita harus cari tahu apa yang sebenarnya terjadi dulu."
Keisha mengangguk. "Dan gue punya ide siapa yang bisa kasih kita jawaban."
Anita mengangkat alisnya. "Siapa?"
Keisha menarik napas dalam. "Bu Rina."
~
Bu Rina adalah salah satu guru yang sudah mengajar di sekolah sejak lama. Ia bukan hanya wali kelas Nadira dulu, tetapi juga seseorang yang cukup dekat dengan murid-muridnya. Jika ada orang yang mungkin tahu apa yang sebenarnya terjadi, itu adalah dia.
Keisha dan Anita menemui Bu Rina di ruang guru setelah jam sekolah.
"Bu, kami ingin bertanya sesuatu tentang Nadira," kata Keisha dengan hati-hati.
Bu Rina yang sedang merapikan berkas-berkasnya mendongak dengan alis berkerut. "Nadira?"
Keisha mengangguk. "Ya, Nadira. Dulu dia sahabat saya. Tapi tiba-tiba dia keluar dari sekolah, dan saya ingin tahu kenapa."
Bu Rina menghela napas panjang sebelum akhirnya berbicara. "Nadira anak yang baik. Pintar, sopan, dan selalu ceria. Tapi kemudian, sesuatu terjadi. Ada rumor yang menyebar tentangnya, dan tiba-tiba hampir semua murid menjauhinya. Bahkan beberapa guru pun mulai memperlakukannya berbeda."
Keisha menelan ludah. "Jadi… rumor itu yang membuat dia pergi?"
Bu Rina mengangguk pelan. "Aku tidak tahu pasti siapa yang menyebarkan rumor itu. Tapi aku ingat ada seseorang yang sangat aktif membicarakan Nadira di belakang."
Keisha merasakan jantungnya berdebar. "Siapa, Bu?"
Bu Rina menatapnya dengan tajam. "Adrian."
~
Keisha dan Anita segera mencari Danu dan Ryan untuk memberi tahu apa yang baru mereka temukan.
"Adrian?" Ryan mengulang nama itu dengan nada tidak percaya. "Tapi kenapa? Apa untungnya buat dia?"
Keisha menggeleng. "Gue nggak tahu. Tapi kalau dia terlibat dalam rumor tentang Nadira, bisa jadi dia juga orang di balik semua yang terjadi sekarang."
Danu bersandar di dinding dengan tangan bersedekap. "Kalau gitu, kita harus cari bukti."
Anita tiba-tiba bersuara, "Gue kepikiran sesuatu."
Semua menoleh padanya.
"Kalau rumor tentang Nadira dulu benar-benar besar, pasti ada jejaknya. Mungkin di grup chat lama, atau bahkan di catatan sekolah."
Keisha berpikir sejenak, lalu matanya berbinar. "Ada satu tempat di mana kita bisa cari tahu lebih banyak. Ruang arsip."
~
Ruang arsip sekolah terletak di lantai paling atas, jarang dikunjungi kecuali oleh guru-guru dan staf administrasi. Mereka harus menyelinap ke sana tanpa menarik perhatian.
Saat mereka tiba, ruangan itu sepi. Rak-rak kayu yang dipenuhi berkas lama berjejer rapi. Udara di dalamnya terasa sedikit berdebu.
"Baiklah, kita cari file tahun saat Nadira masih di sini," kata Keisha sambil mulai membuka salah satu laci arsip.
Beberapa menit berlalu dalam keheningan, hingga akhirnya Anita berseru, "Gue nemu!"
Keisha, Ryan, dan Danu segera berkumpul di sekitar Anita, yang sedang membuka sebuah map cokelat. Di dalamnya terdapat beberapa dokumen, termasuk laporan dari guru dan beberapa catatan tentang kasus Nadira.
Tapi yang paling mengejutkan adalah sebuah halaman yang berisi print-out percakapan grup chat lama.
"Ini… ini bukti rumor yang menyebar," kata Keisha dengan napas tertahan.
Mereka membaca isi percakapan itu dengan teliti. Dan di sana, sebuah nama muncul berkali-kali—Adrian.
"Jadi benar," gumam Ryan. "Adrian orang di balik semua ini."
Tapi sebelum mereka bisa mencerna semuanya, suara langkah kaki terdengar mendekat.
"Siapa di sana?"
Mereka membeku.
Seseorang sedang menuju ruang arsip.
~
Mereka dengan cepat mematikan lampu dan bersembunyi di balik rak. Langkah kaki semakin dekat, lalu berhenti di depan pintu.
Pintu berderit terbuka.
Dari celah rak, Keisha melihat sosok yang masuk ke dalam ruangan.
Adrian.
Ia melihat sekeliling dengan curiga, lalu berjalan ke arah rak tempat mereka bersembunyi.
Keisha menahan napas. Jika mereka tertangkap, Adrian pasti tahu bahwa mereka telah menemukan bukti keterlibatannya.
Tiba-tiba, ponsel Anita bergetar pelan.
Mata Adrian langsung menajam.
"Siapa di sana?" tanyanya dengan nada tajam.
Keisha tahu mereka tak punya banyak pilihan. Ia memberi isyarat ke teman-temannya, lalu dalam satu gerakan cepat, mereka keluar dari persembunyian dan berlari ke pintu.
Adrian terkejut dan mencoba menghentikan mereka, tapi Ryan dengan sigap menabraknya hingga ia kehilangan keseimbangan.
Mereka berhasil keluar dari ruang arsip dan langsung berlari ke luar gedung.
Napas Keisha tersengal saat mereka akhirnya berhenti di taman sekolah.
"Kita berhasil," ujar Danu, mencoba menenangkan diri.
Tapi Keisha tahu, ini belum selesai.
Mereka telah menemukan bukti bahwa Adrian terlibat dalam menjatuhkan Nadira dulu.
Tapi pertanyaannya sekarang… apakah Adrian juga orang di balik semua yang terjadi pada Keisha?
Dan jika bukan dia, lalu siapa dalang sebenarnya?