kisah seorang siswi perempuan yang tidak tertarik dengan apapun akhirnya menyukai seorang lelaki yaitu kakak kelasnya,hari demi hari ia lewati tana menyapa ataupun yang lain.hanya sebatas melihat dari jauh orang yang di kaguminya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Myz Yzy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMBALI PADAMU
Beberapa bulan setelah mereka berdua berusaha melupakan satu sama lain, takdir membawa mereka kembali bertemu di tempat yang sama. Suatu sore yang cerah, Yana memutuskan untuk mengunjungi kafe yang dulu sering mereka datangi bersama. Tempat itu masih memiliki kenangan indah, meski sudah lama tak dia kunjungi. Yana duduk di sudut yang biasa mereka tempati, memesan kopi seperti dulu, dan menikmati suasana yang dulu terasa begitu akrab.
Namun, tanpa dia duga, Nabil tiba-tiba muncul di pintu kafe. Matanya bertemu dengan mata Yana yang sedang menatap ke luar jendela, seolah waktu berhenti sejenak. Beberapa detik berlalu sebelum mereka saling menyadari keberadaan satu sama lain. Jantung Yana berdegup kencang, dan Nabil tampak terkejut, namun senyum lembut mulai muncul di wajahnya.
Yana mengalihkan pandangannya, berusaha menjaga ketenangannya, tetapi hatinya seolah berteriak memanggil nama Nabil. Nabil pun melangkah perlahan menuju meja tempat Yana duduk, tak bisa menghindari perasaan yang kembali muncul begitu saja. Dia duduk di hadapan Yana, dan untuk beberapa detik, mereka terdiam. Hanya suara kopi yang sedang diseduh dan langkah-langkah orang lain yang terdengar di sekitar mereka.
“Apa kabar?” akhirnya Nabil memecah keheningan, suaranya agak canggung, namun penuh kehangatan.
Yana tersenyum tipis, merasa ada kenyamanan dalam percakapan sederhana itu, meski sudah lama tak berkomunikasi. “Baik, bagaimana denganmu?” jawabnya, mencoba untuk tetap tenang meskipun dalam hati ada perasaan yang mengalir.
“Cukup baik,” jawab Nabil, meski ada kesan keraguan dalam suaranya. “Aku... senang melihatmu lagi,” lanjutnya.
Yana mengangguk pelan. Wajah Nabil yang dulu sering menghiasi setiap hari-harinya, kini terasa asing, meski hatinya tahu dia sangat merindukan pria ini. Seiring dengan percakapan yang mulai mengalir, mereka mulai membuka kembali percakapan yang sudah lama terlupakan. Tentang hidup mereka setelah perpisahan itu, tentang perubahan yang mereka alami, dan tentang bagaimana mereka belajar untuk bergerak maju.
Percakapan itu mulai mengingatkan mereka pada hal-hal yang dulu mereka nikmati bersama, tentang tawa yang mengisi ruang mereka, tentang mimpi-mimpi yang mereka rajut bersama. Meskipun banyak waktu yang telah berlalu, keduanya merasakan bahwa ada sesuatu yang masih mengikat mereka, meski sempat terabaikan. Mereka tak lagi saling menuntut atau berharap, namun kehadiran satu sama lain seolah memberi ketenangan yang lama hilang.
Beberapa jam berlalu, dan mereka merasa seakan waktu kembali bergerak perlahan. Nabil menatap Yana, merasa bahwa sesuatu dalam dirinya mulai hidup kembali. “Yana,” katanya, suara lembut dan penuh perasaan, “aku tahu kita sudah lama tidak berhubungan, tapi aku rasa... aku masih merasa ada sesuatu di antara kita. Mungkin kita butuh waktu, atau mungkin kita hanya perlu memulai lagi dari awal.”
Yana menatapnya dalam-dalam, dan meskipun hatinya ragu, ada sebuah perasaan yang tumbuh kembali, sesuatu yang dulu pernah dia rasakan. “Aku juga merasa begitu,” jawabnya, dengan suara yang agak terbata-bata, namun penuh kejujuran. “Mungkin memang kita butuh waktu, tapi mungkin juga... kita bisa mencoba lagi.”
Dan dengan itu, mereka mulai berjalan bersama lagi. Bukan sebagai pasangan yang terikat oleh harapan atau janji-janji masa depan, tetapi sebagai dua orang yang belajar untuk saling menghargai, menerima perubahan, dan memahami bahwa cinta bisa datang kembali, meskipun dalam bentuk yang berbeda. Mereka tidak lagi terburu-buru atau terbebani oleh masa lalu, melainkan membiarkan hubungan itu berkembang dengan cara yang lebih matang dan penuh pengertian.
Hari-hari yang dulu terasa berat kini terasa ringan kembali. Mereka saling mendukung, saling berbagi, dan saling menghargai. Yana dan Nabil belajar bahwa cinta tidak selalu berjalan mulus, tetapi jika dua hati yang saling menghargai dan berusaha memahami, cinta itu bisa tumbuh kembali, bahkan lebih kuat daripada sebelumnya.