Perasaan Bisma yang begitu besar kepada Karenina seketika berubah menjadi benci saat Karenina tiba-tiba meninggalkannya tanpa alasan yang jelas.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Akankan Bisma dan Karenina bisa bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 35 Kondisi Nina Semakin Menurun
"Nina, kenapa kamu tidak konsultasi dulu dengan saya kalau kamu mau hamil?" ucap Dr.Ami.
"Aku juga tidak tahu dokter, aku pikir ini gejala dari penyakitku soalnya mual-mual terus," sahut Nina.
"Kondisi kamu tidak memungkinkan untuk hamil dulu, Nina. Kamu tahu, jika kamu hamil maka penyakit kamu akan mempengaruhi janin kamu," jelas Dr.Ami.
"Terus sekarang bagaimana, Dok?" tanya Nina panik.
"Apa kamu mau mempertahankan janin itu?" tanya Dr.Ami.
Pertanyaan Dr.Ami membuat Nina kaget dan membelalakkan matanya. "Maksud dokter apa? tentu saja saya akan mempertahankan janin ini," sahut Nina dengan memegang perutnya sendiri.
Dr.Ami terdiam, dia tidak mungkin menjelaskan apa yang akan terjadi karena ia tidak mau membuat Nina jadi patah semangat. Dr.Ami merasa sangat bingung, tapi kalau dibiarkan akan berakibat fatal untuk ibu dan janinnya. Dr.Ami pun menghembuskan napasnya secara perlahan.
"Baiklah, kalau kamu ingin mempertahankan janin itu maka kamu harus mengikuti semua perkataan saya. Kamu harus rutin cek kesehatan seminggu sekali ke sini, saya dan dokter kandungan akan mengawasi kamu dengan ketat untuk memantau kondisi hati dan janin kamu," ucap Dr.Ami.
"Baik, Dok," sahut Nina.
"Saya akan menghubungi Dr.Wita, besok kamu temui dia untuk pemeriksaan kehamilan kamu," titah Dr.Ami.
"Iya, Dok."
Nina keluar dari ruangan Dr.Ami, dia berdiri sejenak dan mengusap perutnya sendiri. "Ya, Allah aku hamil," batin Nina dengan mata berkaca-kaca.
Nina bergegas kembali ke ruangan rawat Bisma. Ternyata Bisma sudah bangun. "Kamu dari mana?" tanya Bisma.
"Habis ketemu Dr.Ami," sahut Nina.
"Habis ngapain, apa kamu sakit lagi? atau penyakit kamu kambuh?" tanya Bisma panik.
Nina tersenyum dan menggenggam tangan Bisma. "Tidak, aku baik-baik saja kok tadi aku hanya cek up biasa," sahut Nina.
"Seriusan, kamu gak bohong? aku gak suka ya kamu bohong," ucap Bisma dengan tatapan tajamnya.
Nina menarik tangan Bisma dan menyimpannya di perutnya membuat Bisma mengerutkan keningnya. "Aku hamil, sayang," ucap Nina.
"Apa?" Bisma kaget mendengar ucapan istrinya itu.
"Iya, aku hamil," ulang Nina.
Mata Bisma mulai berkaca-kaca, namun tidak bisa dipungkiri jika dia sangat bahagia. "Apa itu benar, sayang?" Bisma masih belum percaya dengan semua itu.
"Iya, serius."
"Alhamdulillah ya, Allah." Bisma menarik tubuh istrinya dan mendekap tubuh istrinya itu.
Bisma menangis, dia tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Begitu pun dengan Nina yang ikut menangis, cuma bedanya Nina menangis antara bahagia dan sedih. "Aku akan mempertahankan anak ini untukmu sayang, walaupun nyawa aku yang menjadi taruhannya. Semoga anak ini sehat dan nantinya bisa menjadi pengganti aku untuk menjaga kamu," batin Nina.
Rani dan Venna masuk ke dalam ruangan rawat Bisma. Mereka baru saja membeli makanan, tapi mereka merasa terkejut saat melihat Nina dan Bisma menangis. "Ya, Allah kalian kenapa menangis?" tanya Mama Venna panik.
"Mama, Mommy, sebentar lagi kalian akan mempunyai cucu," sahut Bisma sembari mengusap perut Nina.
"Apa?" keduanya tak kalah terkejut mendengar berita kehamilan Nina.
Venna langsung memeluk anaknya dengan deraian air matanya. "Ya, Allah kamu hamil, Nak?"
"Iya, Ma," sahut Nina.
Pagi itu menjadi pagi yang paling membahagiakan bagi mereka semua. Menjelang siang, semuanya membereskan barang-barang karena Bisma sudah bisa pulang. "Sayang, sebelum kita pulang sebaiknya kita temui Nadira dulu," ucap Nina.
"Tidak, aku tidak mau menemui dia," tolak Bisma.
"Jangan begitu sayang, kita maafkan saja Nadira kasihan sekarang mungkin dia sudah mendapatkan karmanya jadi apa salahnya kita memaafkan dia. Lagipula sekarang aku lagi hamil loh, jangan memendam benci kepada orang ah gak baik," bujuk Nina.
"Iya, Nak. Lebih baik sekarang kalian temui Nadira dan beri dia semangat kasihan dia," ucap Mommy Rani.
Mendapatkan bujukan dari istri dan Mommynya, akhirnya Bisma pun luluh dan bersedia menemui Nadira. Rani dan Venna menunggu di luar saja, sedangkan Nina dan Bisma memutuskan untuk menemui Nadira. Pintu ruangan rawat Nadira terbuka, kedua orang tua Nadira menoleh dan tersenyum.
"Bisma, Nina, ayo masuk!" ajak Mama Nadira.
Nadira hanya diam dan melamun, sudah satu hari dia tidak mau makan sama sekali membuat kedua orang tuanya sedih. "Nadira, kamu yang sabar ya, aku do'akan semoga kamu cepat sembuh," ucap Nina ragu-ragu.
"Buat apa kalian ke sini? jangan sok perhatian kalian, aku tahu justru kalian bahagia 'kan melihat keadaan aku sekarang?" sinis Nadira.
"Tidak Nadira, justru aku merasa kasihan kepada kamu seandainya kemarin kamu tidak melakukan hal bodoh, mungkin semua ini tidak akan terjadi," sahut Bisma.
"Terus, kalau tidak begitu, aku akan diam saja jika kamu menjebloskan aku ke dalam penjara?" bentak Nadira.
"Itu 'kan kesalahan kamu sendiri," sahut Bisma.
"Pergi kalian, aku tidak mau melihat kalian lagi!" teriak Nadira histeris.
"Maafkan Nadira, mungkin saat ini dia masih belum bisa menerima keadaannya," ucap Papa Nadira merasa bersalah.
"Tidak apa-apa, kalau begitu kita pamit dulu. Oh iya, Tante dan Om jangan khawatir karena aku memutuskan untuk mencabut laporan aku," seru Bisma.
"Terima kasih, Bisma," sahut Papa Nadira.
"Kalau begitu kita pamit dulu," pamit Bisma.
Keduanya pun memutuskan untuk pamit. Permasalahan diantara mereka sudah selesai, semoga dengan kejadian ini Nadira bisa tobat dan merenungi kesalahannya.
***
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, hari-hari Nina dan Bisma lalui dengan penuh kebahagiaan. Mereka tetap menjalani usaha roti mereka seperti biasanya tanpa beban dan penuh semangat. Namun berbeda dengan Nina yang akhir-akhir ini merasakan kondisinya semakin menurun.
"Ya, Allah kuatkanlah Hamba," batin Nina.
"Kamu kenapa sayang? wajah kamu pucat sekali, apa yang kamu rasakan?" tanya Bisma panik.
"Aku baik-baik saja kok, cuma mungkin untuk saat ini karena aku sedang hamil jadi sedikit kelelahan saja," sahut Nina dengan senyumannya.
"Ya, sudah kamu istirahat saja. Kamu mau makan apa? biar aku belikan untukmu," seru Bisma.
"Tidak, aku hanya butuh tidur saja sebentar," sahut Nina.
"Oke, aku antar kamu pulang."
"Tidak, aku tidur di sofa saja sembari nemenin kamu," tolak Nina.
"Tapi kalau kamu tidur di sofa, nanti badan kamu sakit semua," ucap Bisma khawatir.
"Tapi aku ingin di sini gak mau pulang," rengek Nina.
"Ya, sudah terserah kamu saja," sahut Bisma pasrah.
Nina pun mulai merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di toko. Bisma menyelimuti tubuh Nina dengan jaketnya, lalu Bisma kembali melayani pembeli. Nina meneteskan air matanya namun dengan cepat dia menghapusnya karena takut Bisma mengetahuinya. Ada sesuatu yang Nina sembunyikan dari Bisma, dan itu sangat membuat dirinya was-was.