NovelToon NovelToon
Deepen The Role: Water Flow

Deepen The Role: Water Flow

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Spiritual / Vampir / Manusia Serigala / Mengubah Takdir / Keluarga
Popularitas:400
Nilai: 5
Nama Author: LIMS OFFICIAL

"Cahaya akan menuntun kita pulang"

Setelah berhasil berbagai masalah dengan para vampir, Benjamin justru dihadapkan kembali dengan masalah lainnya yang jauh lebih serius. Dia dan teman-temannya terus menerus tertimpa masalah tanpa henti. Apakah Benjamin dan yang lain bisa mengatasi semua ini?

Mari kita simak kembali, bagaimana kelanjutan kisah Benjamin dan yang lainnya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LIMS OFFICIAL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Fun

"Marella..."

"Marella.."

"Ella.."

"Kau bisa mendengarku?"

Mata Marella terbuka sepenuhnya. "Ben.." gumam gadis itu lemah. "Akhirnya.. kau.. kau sadar" gumam Benjamin merasa lega.

"Syukurlah, nak. Aku sangat khawatir dengan keadaanmu kemarin. Setelah seminggu kau koma, kini kau sudah sadar" ujar Garon di sana seraya tersenyum.

"Di mana yang lain?" tanya Marella lemah. "Jessi sedang memasak untukmu. Yang lainnya akan segera tiba" jawab Garon mengecek luka di kepala gadis itu.

"Kau sangat membuatku khawatir" gumam Benjamin menggenggam tangan kekasihnya. "Maaf sudah membuatmu khawatir, Ben" jawab Marella tertawa kecil. Benjamin membalas itu dengan sebuah senyuman.

"Aku akan mengurus surat rawat jalanmu. Sepertinya besok kau sudah bisa pulang. Kondisimu sudah membaik" ujar Garon mengetahui kondisi terkini Marella.

"Marella.." gumam seseorang di pintu ruangan. Semua menoleh ke sumber suara. Patricia dan Damian baru saja tiba.

"Marella!" Patricia segera menghampiri saudarinya dan memeluknya. "Kau sadar. Aku sangat khawatir padamu. Kenapa kau bisa seceroboh itu?" gumam Patricia terharu.

"Kalian darimana?" tanya Benjamin pada Damian. "Toko kue. Patricia pikir, dengan dia membeli kue pie kesukaannya, dia akan segera sadar. Ternyata berhasil" jawab Damian terkekeh. "Oh, astaga. Marella kau sudah sadar?" Veronica tiba di sana bersama Patrick dan Sharon. Gadis itu memeluk saudarinya.

"Suasana sepertinya penuh haru biru" ujar Joseph juga baru saja tiba. "Hey, lama tidak berjumpa sobat" jawab Benjamin senang.

Marella tentu senang dengan kehadiran mereka. Namun ada sesuatu yang kurang baginya. "Ada apa sayang?" tanya Benjamin terheran dengan ekspresi gadis itu.

"Di mana dia?"

"Dia?"

"Prislly"

Hening sesaat. Namun Joseph segera memecah suasana hening itu dengan tawanya. "Dia di sini" jawab Joseph tersenyum.

Seseorang akhirnya memasuki ruangan itu. Orang yang begitu dikenal Marella dan yang lain. Marella tersenyum tenang melihat kehadiran orang itu di sana.

"Sepertinya ini akan jadi pembicaraan serius" ujar Benjamin tersenyum. Mendengar itu mereka paham lalu satu persatu mulai meninggalkan ruangan.

"Katakanlah semuanya" pesan Joseph pada gadis itu. Setelahnya, hanya tersisa Marella dan gadis itu di sana.

"Syukurlah kau sudah sadar-"

"Mengapa kau tampak sedih, Prislly?"

Tentu saja dia Esmeralda. Gadis itu terdiam setelah menerima pertanyaan itu.

"Bukankah perawakan wajahku tidak pernah terlihat bahagia?" tanya Esmeralda balik. "Tidak. Aku tahu wajahmu selalu terlihat seperti orang tertekan, namun ini berbeda"

Esmeralda hanya menunjukkan tatapan tenang seperti biasanya.

Ia kini beralih duduk di sebelah Marella. "Ucapanku di hari itu sangat keterlaluan bukan? Aku minta maaf atas perbuatanku" Marella menatap Esmeralda terkejut.

"Aku sadar. Jika saja kalian tidak menjadikanku sebagai salah satu dari bagian keluarga Gerald, mungkin aku tetap menjadi iblis sampai hari ini" gumam Esmeralda seraya menunduk dalam.

Marella tersenyum. "Aku juga minta maaf karena memancing emosimu" jawab gadis itu seraya menggenggam tangan saudarinya.

Esmeralda menatapnya terkejut. Ia mengira Marella tidak akan menerima permintaan maaf itu. "Kau, memaafkanku?" gumam Esmeralda tanpa sadar.

Marella menyentil kening gadis itu. "Kau bicara apa? Aku adalah saudarimu, kau adalah kakakku. Bukankah hal wajar jika seorang adik memaafkan kesalahan kakaknya?" tanya Marella tertawa kecil.

"Tapi-"

"Sttt. Di mana-mana orang berharap jika seseorang meminta maaf maka permintaan maaf itu dapat diterima. Mengapa kau sebaliknya?"

Marella tertawa kecil seraya menggeleng-geleng terheran. Esmeralda terdiam mendengarnya.

"Jadi?"

"Ya, aku memaafkanmu. Esmeralda"

Esmeralda menunjukkan tatapan tenang yang berbeda. "Terimakasih"

...****************...

"Minggir, aku ingin melihat siapa peringkat teratas kali ini" Jennifer menyenggol seorang anak laki-laki di sampingnya.

"Peringkat satu... peringkat satu.." gumam gadis itu mulai mencari. Ada beberapa kertas yang ditempel dan itu adalah kesulitan utama yang didapati Jennifer.

"Akhirnya, aku masuk sepuluh besar" gumam Jennifer tersenyum senang ketika mendapati namanya berada di peringkat 10. Namun ia kembali lanjut melihat siapa yang berada di atasnya. "Sembilan Veronica. Delapan Patrick. Carla tujuh... enam Patricia... woah, Joseph gila itu nomor lima?!" gumam Jennifer terkejut.

"Empat, Marella.. Sharon, tiga?!" Jennifer semakin terkejut mengetahui nama Marella berada di sana. "Dua.. Esmeralda?!" mata Jennifer melotot tidak percaya.

"Satu.. Benjamin?!" Jennifer seakan disambar petir di siang bolong. Sepupunya yang terlihat seperti orang bodoh itu berada di peringkat puncak. "Kali ini aku di atasmu" ledek Benjamin muncul di samping gadis itu.

"Berapa lembar contekanmu?" tanya Jennifer malas. "Hahaha, kejam sekali. Tapi sepertinya aku berada dalam masalah kecil" gumam Benjamin menoleh pada Esmeralda dan Sharon yang tampak menatap Benjamin dengan tatapan penuh kebencian.

"Sepertinya menurut mereka, namamu mengotori peringkat saat ini. Karena mereka sendiri tidak pernah keluar dari dua besar" ujar Jennifer tersenyum memaklumi.

"Padahal kalian sudah sering mengulang masa SMA" ledek Patrick yang bahagia di atas penderitaan orang lain.

"Apa kita bunuh saja dia?"

"Bagaimana jika menenggelamkannya di sungai?"

Marella tertawa kecil mendengar itu. "Sudah, kalian masih berada di tiga besar bukan?" tanya Joseph tertawa kecil.

"Jangan ikut campur, anjing"

Joseph hanya bisa tersenyum kesal ketika Esmeralda memberinya perintah itu.

"Siapa peringkat satu kakak senior?" tanya Marella penasaran. "Dia" jawab Joseph tersenyum seraya menatap seseorang.

Morenthes. Selain patuh dan tanggung jawab pada tugas suku, dia tidak pernah dikalahkan dari posisi peringkat satu selama tiga tahun menjadi siswa di sekolah tersebut.

"Apa hasilnya sama, sobat?" tanya Vincent menghampiri Morenthes seraya merangkulnya. "Puji Tuhan" jawab Morenthes tersenyum santai. "Kau peringkat berapa?" tanya Morenthes pada Vincent.

"Sebelas. Tidak naik dan tidak turun" jawab Vincent santai. Hari itu, semua sibuk membahas soal kegiatan mereka selama masa ujian.

Siangnya. "Selamat atas pencapaianmu" ujar Marella pada kekasihnya. "Terimakasih, kau juga sudah melakukan yang terbaik" jawab Benjamin seraya memuji gadis itu.

"Sulit sekali mengalahkan mereka. Aku terkejut kau berhasil melakukannya" ujar Marella terkekeh. "Kau tahu, aku mencoba mencari celah dengan bertanya pada guru-guru pelajaran apa yang tidak dikuasai Esmeralda dan Sharon. Rata-rata menjawab, mereka menguasai semuanya"

Marella yang mendengarnya tertawa, begitupun Benjamin. "Bahkan kau sampai rela bertanya pada guru-guru. Untungnya kerja kerasmu membuahkan hasil. Hal yang membosankan setelah ujian ialah ketika kami mengetahui mereka berdua menempati peringkat teratas"

Benjamin tertawa kecil mendengarnya. "Waktu tidak terasa. Moren akan lulus, dan kita akan menggantikan posisinya" gumam Benjamin tersenyum seraya menatap lurus ke depan.

"Marella" panggil Benjamin dengan nada bicara yang tenang. "Hmm?" gumam gadis itu.

"Tetaplah bersamaku" ujar Benjamin menatap gadis itu dengan tatapan teduh. "Aku juga ingin tetap bersamamu, tapi jika takdir berkata lain bagaimana?" tanya Marella tersenyum.

"Mengubah takdir. Aku akan berusaha mengubah takdir yang ada walaupun itu mustahil" jawab Benjamin tertawa. Marella ikut tertawa mendengarnya.

"Aku sangat mencintaimu"

"Aku juga, Ben"

Sejenak ada keheningan di antara keduanya. "Ben" panggil Marella menatap lurus. "Ada apa sayang?" tanya Benjamin menatap gadis itu.

"Kau tidak takut suatu saat aku berkhianat padamu? Kau tidak tahu banyak hal tentang keluarga asliku bukan?" tanya Marella seraya menatap Benjamin dengan serius.

Benjamin tersenyum. Ia terdiam sejenak. "Aku tidak takut" jawab Benjamin tersenyum.

"Kenapa?"

"Karena aku tahu, kau tidak akan pernah melakukannya"

Marella terdiam. Ia menatap Benjamin terkejut. "Aku hanya anak muda biasa, yang meragukan banyak hal. Tapi untuk masa lalumu, aku menerimanya" ujar Benjamin seraya menyingkirkan sedikit rambut Marella yang menutupi wajahnya.

"Sekalipun aku berkhianat?"

"Ya. Dan sekali lagi, aku selalu yakin dan percaya kau tidak akan melakukan hal semacam itu"

Marella tersenyum seraya meraih tangan yang menyingkirkan rambutnya. "Kau terlalu lemah lembut, Ben" ledek Marella dengan ekspresi lucu. "Hanya padamu aku akan bertingkah seperti ini. Kau sendiri sering melihatku menonjok Joseph bukan?" tanya Benjamin tertawa kecil.

Marella tertawa mendengarnya. "Oh ya, bagaimana Joseph dan Prislly?" tanya Marella penasaran. "Justin tidak mempermasalahkannya karena dia tahu mereka tidak mempunyai hubungan romantis apapun" jawab Benjamin terkekeh.

"Apa mereka akan terus bersama?" tanya Marella lagi. "Mungkin" jawab Benjamin tersenyum. "Rasanya aneh jika justru laki-laki lebih ceria daripada perempuan" gumam Marella.

"Maksudmu, Joseph sering tersenyum sementara Esme tidak?" tanya Benjamin memastikan maksud Marella.

"Itu salah satunya. Prislly hidupnya terlalu datar" jawab Marella membenarkan.

"Mungkin belum sekarang. Bisa saja besok atau kapanpun itu" ujar Benjamin seraya mengacak pelan rambut gadis itu.

"Tetap saja, aku ingin melihatnya tersenyum" jawab Marella dengan wajah cemberut yang lucu. "Hahaha. Dia pelit" ujar Benjamin berhasil memecah tawa meriah.

Di sisi lain. "HASYIEMMM" Patricia dibuat terkejut ketika Esmeralda tiba-tiba bersin dengan suara yang keras.

"Seseorang membicarakanku" gumam gadis itu. "Pantas saja kau jadi nomor dua" ledek Patricia lanjut membaca buku.

"Kau-"

"Woah, sudah-sudah. Ayo lanjut bermain"

Joseph berhasil menjinakkan gadis itu. "Wajah kalian sangat kusut. Mungkin memang guru-guru di sekolah bosan jika nama kalian selalu terpampang sebagai nomor satu dan dua" ujar Garon tertawa kecil.

Sejak kembali dari sekolah, Esmeralda dan Sharon pulang dengan wajah kusut. Berkali-kali juga mereka berdua hampir menyerang Patrick dan Patricia yang suka memancing emosi.

Untungnya Joseph bisa melunakkan dua vampir itu. "Yang benar saja, anak manusia bisa lebih pintar dariku" gumam Esmeralda fokus pada playstation di tangannya.

"Baru kali ini mereka meletakkanku di nomor tiga, bahkan Marella berada di bawahku satu tangga" gumam Sharon dengan kegiatan yang sama seperti saudarinya.

Joseph hanya bisa menghela nafas memaklumi.

Sementara Benjamin dan Marella. "Aku sedikit takut untuk menjemput Joseph di rumahmu" ujar Benjamin tertawa kecil ketika menyetir mobil, seraya menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Apa yang kau takuti?" tanya Marella terheran. "Esme dan Sharon. Bahkan sejak pulang sekolah tadi, tatapan mereka benar-benar mengerikan" gumam Benjamin.

"Mereka sangat amat teramat-amat, tidak menyukai kekalahan. Kebencian luar biasa terhadap kekalahan adalah pemandangan yang biasa kami saksikan di rumah"

Kedua tertawa. "Tapi mereka luar biasa. Patrick saja yang sama seperti mereka mengulang sekolah terus menerus, selalu mengeluh soal fisika" ujar Benjamin terkesan.

"Fisika adalah kesukaan Sharon, tapi dia tidak menyukai matematika. Sebaliknya, Prislly tidak suka fisika tapi dia menyukai matematika" ujar Marella terkekeh. "Sungguh? Aku membenci keduanya" jawab Benjamin tertawa kecil.

Beberapa menit mereka menikmati perjalanan, mereka akhirnya sampai di kediaman keluarga Gerald. "Aku pulang" ujar Marella memasuki rumah dengan Benjamin yang mengikutinya.

Esmeralda dan Sharon yang mendengar itu dengan serentak menatap kedatangan mereka. Mata mereka semakin tajam ketika melihat Benjamin datang.

"Wah, Ben aku terkesan sekali. Selamat atas pencapaianmu, nak" ujar Garon segera menutupi kedua vampir itu dan menjabat tangan Benjamin.

Esmeralda dan Sharon semakin panas. Setelahnya mereka lanjut bermain. "Berapa lama kau belajar dalam semalam?" tanya Sharon dengan ketus namun ia fokus memainkan playstation di tangannya.

"Dua... jam" jawab Benjamin ragu. "Pembohong" ketus Esmeralda juga fokus dengan game yang dimainkannya.

"Dua jam, dalam dua sesi" gumam Benjamin terkekeh. "Kau tidak jenuh?" tanya Patrick bergidik ngeri.

"Aku tidak mahir dalam mengerjakan matematika dan fisika" jawaban itu berhasil membuat Esmeralda dan Sharon kembali menatapnya tajam.

"Kau tidak suka fisika?"

"Dan matematika?"

Benjamin mengangguk. "Sudah-sudah, nikmatilah" jawab Jessi segera seraya menyodorkan cemilan dan minuman soda.

"Kalian tidak lelah menatap layar sedari tadi?" tanya Veronica tertawa kecil. "Tidak" jawab mereka serentak.

"Apa mereka selalu seperti ini?" bisik Benjamin pada Marella. "Terkadang" jawab Marella terkekeh.

Sorenya, Benjamin dan Joseph memutuskan untuk pulang.

"Sampai jumpa besok" Benjamin melambai pada Marella. "Berhati-hatilah di perjalanan" pesan Marella seraya tersenyum.

"Besok kau ke sini atau tidak?" tanya Esmeralda di sebelah Joseph. "Jika ia kemari, tentunya aku akan datang" jawab Joseph seraya tersenyum.

"Ayahmu tidak marah jika kita terlihat dekat?" tanya Esmeralda terheran. "Entah dia sudah muak denganku atau apapun itu, dia tampak mulai santai" jawab Joseph terkekeh.

"Itu karena kau durhaka"

"Kejam sekali"

......................

"Aku pulang" gumam Joseph memasuki rumah. "Selamat datang" jawab seseorang sedang membaca buku. Tentu saja itu Justin.

"Ayah sedang membaca apa?" tanya Joseph penasaran. "Bulan purnama" jawab Justin.

"Bagaimana hasil ujianmu?" tanya Justin penasaran. "Aku berada di peringkat lima" jawab Joseph terkekeh. "Selamat, nak. Kau melakukan yang terbaik" puji Justin.

Joseph mengangguk pelan seraya tersenyum senang menerima pujian itu. Ia hendak menuju kamarnya. "Kau dari rumah keluarga Gerald?" tanya Justin tidak menatap putranya.

Joseph terdiam dan menghentikan langkahnya.

"Aku-"

"Tidak masalah, nak. Aku tidak akan melarangmu bertemu dengannya"

Joseph terkejut mendengarnya. "Ayah.. tidak melarangku?" tanya Joseph terkejut. "Ya, kau mencintainya bukan?" tanya Justin santai.

Justin menutup bukunya. "Kenapa ayah tiba-tiba mengizinkanku?" tanya Joseph terheran. "Kau masih sangat muda, nak. Aku membiarkanmu menikmati masa mudamu" jawab Justin menatap Joseph dengan tenang.

"Asal kau tidak mempunyai hubungan apapun dengannya, itu akan meringankan pikiranku" gumam Justin tertawa kecil.

"Ayah" panggil Joseph ragu. "Ya?" sahut Justin. "Maaf, karena aku berperilaku buruk" ujar Joseph menunduk dalam.

Justin membalasnya seraya tersenyum. "Terimakasih karena sudah menyadari kesalahanmu, nak. Jangan mengulanginya" pesan Justin seraya berbalik.

Joseph memperhatikan kepergian ayahnya. Punggung lebar dengan beban dan tanggung jawab besar. Ia tersenyum bangga.

"Baik, ayah"

Di sisi lain. "Bagaimana hasil ujianmu, nak?" tanya Bernandez seraya memasak. Benjamin tersenyum senang. "Aku berada di peringkat pertama, ayah" jawab Benjamin terkekeh.

Bernandez menghentikan aktivitasnya. Bernandez berbalik menatap putranya terkejut. "Sungguh?" Bernandez memastikan ulang jawaban itu.

"Ya, aku berhasil mengalahkan Gerald bersaudara. Esmeralda dan Sharon berada di bawahku" jawab Benjamin membenarkan.

Bernandez tampak masih tertegun.

"Wohoo, putraku luar biasa!" puji Bernandez tersenyum bangga lalu segera merangkul putranya. "Hahaha. Aku melakukannya, ayah" gumam Benjamin tertawa bahagia.

......................

"Halo?"

"Hi, dad. Apa kabar?"

"Baik, nak. Bagaimana hasil ujianmu? Hari ini bukan?"

"Ya"

"Lalu?"

"Aku peringkat pertama, dad"

Hening sesaat.

"YOU DID IT, SON!"

1
Leon I
terrimakasih banyak, yah! stay tune untuk Dear Dream🫵
palupi
padahal sempat geregetan jg sama jemma, eh taunya nyambung season 3.
lanjut deh thor... semangat 🙏👍💐
palupi
ok...
selamat berjuang /Good/
palupi
suka sama cerita model gini karena pertemanan mereka.
saling peduli, saling melindungi, saling berbagi.
setia kawan 👍❤️
Leon I
hehehe siap! terimakasih yah, nanti dibuatkan visual protagonis dan antagonisnya
palupi
tambah banyak tokohnya yg muncul.
sampe bingung mana kawan mana lwwan 🤭
semangat terus ya thor...❤
palupi
tambah seru...
lanjut thor 🙏❤️
Leon I
baik segera dilaksanakan tuan!!
palupi
luar biasa 👍
palupi
up lagi thor 🙏💕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!