Niat ingin mencari ibunya yang sudah pergi meninggalkannya sejak kecil, justru membuat Yona harus terjebak ke dalam kehidupan seorang mafia yang sangat misterius. Yang akhirnya membuat keduanya jatuh cinta. Namun hubungan mereka penuh liku dan berpengaruh besar pada proses pencarian ibu Yona.
Akankah cinta mereka berdua tetap bertahan setelah ibu Yona ditemukan? Atau harus berakhir demi Yona bisa berkumpul lagi dengan Sang Ibu?
Simak terus kelanjutan kisahnya.. jangan lupa follow akun ig author @dee_k9191
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dee_K, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Sebuah Kedok
Pucuk dicita ulam pun tiba. Begitu lah pepatah yang tepat untuk menggambarkan situasi yang sangat diharapkan oleh Yona. Rencana awal berjalan mulus dengan mendapat ijin dari Jarvis pergi menemui Ansel. Ya, meskipun ada kejadian cukup menegangkan yang ia alami saat berada di dalam Club. Kini rencana kedua kembali berjalan mulus.
“Tidak apa-apa, Ayah. Yona bukan anak kecil lagi yang selalu dalam pengawasan,” jawab Yona, di akhir kalimatnya terdengar sangat lucu di telinga Jarvis.
“Bukan seperti itu, Sayang. Ayah selama ini sangat protektif sama kamu karena Ayah tidak mau terjadi sesuatu sama putri Ayah satu-satunya. Hanya kamu yang Ayah punya. Karena selama ini kamu baik-baik saja tanpa pengawasan bodyguard, Ayah jadi semakin yakin kalau anak Ayah ini sudah bisa menjaga diri. kamu mau pergi berlibur kapan, dan ke mana? Biar Ayah pesankan tiketnya,”
Yona terharu dengan ucapan ayahnya. Dia semakin merasa bersalah karena kembali membohongi pria itu. entah bagaimana reaksi Jarvis jika mengetahui kebohongan Yona yang bertujuan untuk mencari ibunya. Yona tidak bisa membayangkan kemarahan pria itu.
“Terima kasih, Ayah. Aku janji pasti bisa menjaga diri. nanti aku akan beritahu Ayah kapan dan ke mana tujuanku berlibur,” ucap Yona.
“Baiklah. Ayo kita sarapan dulu. Ayah ada meeting setelah ini,”
Setelah ayahnya berangkat ke kantor, Yona masuk ke kamarnya. Hari ini ia tidak ada kegiatan di kampusnya. Jadi Yona memilih di rumah saja.
***
Di sebuah balkon kamar apartemen tampak seorang pria sedang duduk di sana seorang diri. tubuhnya tak tertutup baju dan hanya mengenakan celana training warna putih. Membiarkan kulitnya diterpa semilir angin pagi hari yang cukup sejuk.
Harum aroma parfum yang dipakai perempuan di Club kemarin masih membekas di indra penciumannya. Wangi yang tidak mudah dilupakan. Tatapan sendu yang mengisyaratkan ketakutan. Tubuh yang hangat saat memeluknya erat. Entah kenapa sejak semalam sampai saat ini Finn tidak bisa melupakan kejadian kemarin. Bukan karena penasaran siapa perempuan itu dan apa tujuannya pergi ke Club, namun Finn lebih tertarik ingin bertemu lagi dengan perempuan itu.
Sangat aneh dan tidak masuk akal. Mungkin ini sepanjang sejarah dalam hidup pria berusia tiga puluh tahun itu tertarik dengan seorang perempuan. Tunggu dulu, bukan berarti selama ini Finn tertarik dengan laki-laki. Bukan! Finn bukan kaum bengkok. Hanya saja selama hidupnya ini ia gunakan untuk bekerja dan terus bekerja. Terlebih dunianya yang jauh berbeda dengan dunia orang normal pada umumnya, membuat Finn tidak ingin menjalin hubungan ataupun berteman dengan dengan sorang perempuan.
“Sialll! Matanya indah sekali!” umpat Finn yang semakin teringat dengan mata perempuan yang ia jumpai kemarin.
Finn mengacak-acak rambutnya dengan kasar. Semakin ingin melupakan bayang-bayang gadis itu, justru ingatannya semakin kuat. Lebih baik ia segera pergi ke markas untuk bekerja, daripada terus teringat gadis yang ia tidak ketahui namanya.
Baru saja Finn akan masuk ke kamar mandi, terdengar deringan ponsel di atas meja dekat tempat tidur. Dengan malas-malasan ia mengambil ponselnya. Nomor pemanggil itu adalah nomor baru, karena tidak ada namanya.
“Ya?” sapa Finn, yang sebenarnya tahu siapa orang yang menghubunginya itu.
“Mau sampai kapan kamu menekuni pekerjaan itu, Finn? Semalam anak buah Kakek mengejar kamu di Club, tapi kamu sudah kabur. Apa kamu sengaja ingin membunuh kakekmu ini secara perlahan?” cerocos pria tua di seberang sana.
Finn hanya memutar bola matanya jengah. Lagi lagi kakeknya menerornya dengan nomor baru. Dikira si cucu tampannya itu akan luluh dan mau pulang untuk meneruskan perusahaan sang kakek. Tidak akan mungkin Finn lakukan.
“Finn!! Kamu dengar Kakek bicara?” ucap si pria tua itu dengan menaikkan nada suaranya satu oktaf.
“Kenapa harus mati secara perlahan kalau dengan cepat bisa lebih baik,” jawab Finn, lalu memutus sambungan teleponnya secara sepihak. Tidak hanya itu saha, Finn lalu menon-aktifkan ponselnya.
“Mau mati, ya mati saja! nggak usah pakai ngancem,” gerutu Finn lalu masuk ke kamar mandi.
Sepertinya emosi Finn pada sang kakek pagi ini yang membuat pria itu bisa melupakan sosok gadis yang ia temui semalam. Dan Finn tidak sadar, umpatan-umpatan yang ia tujukan pada si kakek tua sudah mampu membuat ia lupa pada Yona.
Usai mandi, Finn pergi ke dapur untuk makan roti yang ia olesi dengan selai, kemudian minum susu dingin yang ada di kulkas. Hanya makanan itu saja yang menjadi menu sarapan pria itu. kemudian ia segera pergi ke markas tempat ia mendapatkan uang.
Finn, pria keturunan timur tengah namun lahir di Indonesia dan tinggal menetap di Indonesia itu sudah lama menekuni pekerjaan di dunia gelap. Sepak terjangnya telah diakui oleh banyak kalangan pebisnis di dunia gelap. Bermula dari tujuannya mencari seseorang yang sudah membuat kedua orang tuanya meninggal, membuat Finn semakin terperosok dalam dunia itu.
Finn yang semasa kecil diasuh oleh kakek dan neneknya setelah kematian orang tuanya, membuat lelaki itu semakin lama semakin memberontak. Hingga setelah kematian neneknya, Finn kabur dari rumah dan ingin hidup sendiri dengan caranya sendiri, juga mencari seseorang yang sudah menyebabkan kematian orang tuanya.
Lionel, kakek Finn tidak putus asa mencari keberadaan cucunya agar mau kembali hidup bersamanya dan meneruskan usahanya. Pria tua itu tahu kalau Finn selama ini ikut dalam komplotan mafia besar yang sangat ditakuti banyak orang. Namun sayangnya sampai saat ini usahanya belum membuahkan hasil.
***
Setelah beberapa hari berpikir tentang rencana liburannya, Yona akhirnya memutuskan untuk pergi berlibur ke Raja Ampat. Menurutnya tempat itu sangat cocok sebagai alasan untuk ia pergi mencari ibunya. Dengan waktu yang diperkirakan sesuai antara pergi ke Raja Ampat dan pergi ke rumah bordil yang tentunya tidak langsung membuahkan hasil. Rencana matang itu sudah Yona susun sebaik mungkin. Ia berharap bisa segera menemukan ibunya.
“Yakin mau berlibur ke sana?” tanya Jarvis saat Yona mengatakan ke mana tujuannya berlibur.
“Iya. aku belum pernah ke sana, Yah.. please.. boleh ya?”
“Berapa lama?” tanya Jarvis sedikit keberatan karena menurutnya tempat itu sangat jauh. Terlebih putrinya pergi sendiri.
“Empat sampai lima hari. Sekalian nanti aku mau buat video documenter di sana,” ucap Yona terus berusaha meyakinkan sang ayah.
“Apa yang tidak bisa ayah tolak dari permintaan putri cantik Ayah ini. baiklah, asal tetap jaga diri. Ayah tidak mau terjadi sesuatu dengan kamu, Yona.”
Yona mengangguk bahagia. Kemudian ia memeluk ayahnya karena sudah diijinkan pergi berlibur seorang diri, walau sebenarnya liburannya itu hanyalah sebuah kedok.
“Maafkan aku, Yah! Aku hanya ingin bertemu dengan ibu,” batin Yona.
.
.
.
*Happy Reading!!
next kak💪 semangat