NovelToon NovelToon
Kode Rahasia Di Hati

Kode Rahasia Di Hati

Status: tamat
Genre:Tamat / CEO / Crazy Rich/Konglomerat / Diam-Diam Cinta / Identitas Tersembunyi / Mata-mata/Agen / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Lucy adalah mata-mata yang tidak pernah gagal menjalankan misinya. Namun, kali ini misinya membawa dia menyamar sebagai pacar palsu miliarder muda, Evans Dawson , untuk memancing musuh keluar dari persembunyiannya.

Ketika Evans tanpa sadar menemukan petunjuk yang mengarah pada identitas asli Lucy, hubungan mereka yang semula hanya pura-pura mulai berubah menjadi sesuatu yang nyata.

Bisakah Lucy menyelesaikan misinya tanpa melibatkan perasaan, atau semuanya akan hancur saat identitasnya terbongkar?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mengundurkan Diri

Malam itu, Lucy duduk di ruang tamu apartemennya, memandangi surat pengunduran diri yang telah ia tulis. Surat itu adalah hasil dari malam-malam panjang penuh pertimbangan dan rasa bersalah. Pekerjaan sebagai agen di Cupid Agency telah menjadi bagian besar dari hidupnya selama bertahun-tahun, tetapi peristiwa terakhir dengan Tuan Marteen membuatnya sadar akan risiko yang kini melibatkan orang-orang yang ia pedulikan, terutama Evans.

Pikiran Lucy melayang ke saat-saat ketika ia dan Evans harus menghadapi tekanan besar dari media, rumor yang menghancurkan, dan ancaman dari pihak-pihak yang tidak puas dengan jatuhnya Marteen. Evans selalu berada di sisinya, bahkan saat dirinya sendiri menjadi korban rumor. Hal itu menguatkan keputusan Lucy: ia tidak ingin membahayakan Evans lagi.

Keesokan paginya, Lucy memutuskan untuk bertemu Evans di kantornya untuk membicarakan keputusannya. Ketika ia tiba, Evans sedang duduk di belakang meja besar, mengenakan setelan jas yang membuatnya terlihat semakin karismatik.

"Lucy," sapanya dengan senyum hangat. "Ada apa? Kau terlihat serius."

Lucy mengambil kursi di depan mejanya, meletakkan surat pengunduran diri di atas meja. "Evans, aku ingin kau tahu tentang sesuatu yang penting."

Evans mengangkat alis, mengambil surat itu dan membacanya. Matanya menyipit, lalu ia menatap Lucy. "Kau mengundurkan diri dari Cupid Agency?" tanyanya, nada suaranya campuran antara terkejut dan penasaran.

Lucy mengangguk. "Aku sudah memikirkan ini sejak selesai menangani kasus Marteen. Aku merasa pekerjaanku mulai terlalu berbahaya, bukan hanya untukku, tetapi juga untukmu."

Evans menyandarkan tubuhnya ke kursi, merenungkan kata-kata Lucy. "Lucy, kau sangat berbakat dalam pekerjaan itu. Apa kau yakin ingin meninggalkannya?"

"Yakin," jawab Lucy dengan mantap. "Evans, selama ini aku selalu hidup untuk pekerjaan itu. Tapi aku tidak ingin terus-menerus merasa was-was bahwa sesuatu yang buruk bisa terjadi, terutama pada orang-orang yang aku pedulikan. Setelah apa yang kita lalui, aku sadar bahwa ada hal-hal yang lebih penting daripada pekerjaanku."

Evans memandangi Lucy dengan sorot mata penuh kekaguman. "Jadi, apa rencanamu sekarang?"

Lucy tersenyum kecil. "Aku belum tahu pasti. Mungkin aku akan mencari pekerjaan yang lebih... stabil. Atau mungkin aku akan mencoba menjalani hidup dengan lebih sederhana."

"Kalau begitu, kau harus tahu satu hal," kata Evans sambil mencondongkan tubuh ke depan. "Apa pun yang kau pilih, aku akan mendukungmu."

Hari itu juga, Lucy pergi ke markas Cupid Agency untuk menyerahkan surat pengunduran dirinya. Atasan Lucy, seorang wanita berusia empat puluhan bernama Frislu, membacanya dengan alis berkerut.

"Lucy, kau yakin tentang ini?" tanya Frisly. "Kau adalah salah satu agen terbaik kami. Meninggalkan ini berarti kehilangan kesempatan besar."

"Aku tahu," jawab Lucy dengan tenang. "Tapi aku merasa ini keputusan yang tepat. Aku sudah menyelesaikan banyak misi besar, termasuk yang terakhir ini. Sekarang, aku ingin fokus pada hal lain dalam hidupku."

Frisly menatap Lucy dengan pandangan lembut. "Kau tahu, Lucy, aku selalu menghormatimu sebagai seorang profesional. Jika ini keputusanmu, aku tidak akan menghalangimu. Tapi kau selalu punya tempat di sini jika kau berubah pikiran."

"Terima kasih, Frisly," kata Lucy dengan senyum tulus. "Aku sangat menghargai itu."

Beberapa hari setelah pengunduran dirinya resmi, Lucy merasa aneh dengan perubahan ritme hidupnya. Tidak ada lagi rapat mendadak, penyamaran, atau tugas berisiko tinggi. Sebaliknya, ia memiliki waktu untuk dirinya sendiri.

Suatu sore, Lucy berjalan-jalan di taman kota. Ia membawa secangkir kopi dan duduk di bangku taman, merenungkan apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Di tengah lamunannya, suara yang sudah familiar menyapanya.

"Lucy, kau kelihatan sedang berpikir keras," kata Evans yang tiba-tiba muncul dengan senyum lebar.

Lucy menoleh, terkejut tapi senang melihatnya. "Evans, apa yang kau lakukan di sini?"

"Aku lewat dan melihatmu duduk di sini sendirian," jawabnya sambil duduk di sebelah Lucy. "Jadi, bagaimana rasanya tidak menjadi agen lagi?"

Lucy tertawa kecil. "Aneh, sejujurnya. Tapi juga lega. Aku merasa seperti akhirnya bisa bernapas."

Evans mengangguk. "Aku senang mendengar itu. Kau layak mendapatkan ketenangan setelah semua yang kau alami."

"Terima kasih, Evans. Kau benar-benar membuat transisi ini terasa lebih mudah," kata Lucy dengan tulus.

Evans menatapnya dengan serius. "Lucy, aku tahu ini mungkin belum saatnya, tapi aku ingin bertanya... apa kau sudah memutuskan apa yang akan kau lakukan selanjutnya?"

Lucy tersenyum tipis. "Belum. Tapi aku tahu satu hal: aku ingin menjalani hidup dengan lebih tenang dan tidak tergesa-gesa. Dan mungkin, aku ingin lebih dekat dengan orang-orang yang berarti bagiku."

Mendengar itu, Evans merasa hatinya menghangat. Ia tahu bahwa Lucy sedang mengisyaratkan sesuatu, dan itu membuatnya semakin yakin bahwa ia ingin menjadi bagian dari hidup Lucy, apa pun yang terjadi.

Hari-hari berlalu, dan Lucy mulai beradaptasi dengan kehidupannya yang baru. Ia menghabiskan lebih banyak waktu dengan Evans, mengenal dunianya, dan perlahan mulai menemukan tempatnya di luar Cupid Agency.

Evans, di sisi lain, semakin sering mendukung Lucy, baik dalam hal emosional maupun praktis. Mereka bekerja sama dalam beberapa proyek kecil, dan hubungan mereka semakin erat.

Suatu malam, saat makan malam bersama di sebuah restoran kecil, Evans mengangkat gelasnya.

"Untuk Lucy," katanya dengan senyum lebar. "Yang berani mengambil langkah besar untuk memulai babak baru dalam hidupnya."

Lucy tertawa kecil, merasa terharu. "Dan untuk Evans, yang selalu ada di sisiku, apa pun yang terjadi."

Di tengah cahaya lilin yang hangat, keduanya saling memandang dengan penuh pengertian. Mereka tahu bahwa perjalanan mereka bersama baru saja dimulai, dan mereka siap menghadapi apa pun yang ada di depan mereka, bersama-sama.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!