Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9
Hari ini adalah hari pertama Claudya bekerja karena kemarin dia baru saja keluar dari Cafe, Claudya datang ke perusahaan Zidan hanya dengan memakai celana panjang dan blazer warna hitam, rambutnya dia biarkan terurai.
Hal itu semakin menampakan kalau Claudya adalah wanita cantik yang memang sudah lama berkarir.
Padahal kenyataannya Claudya hanyalah seorang karyawan di cafe kalau saja bukan Zidan yang memasukannya ke sana, mana mungkin Claudya yang hanya lulusan SMA keterima bekerja sebagai sekertaris.
"Sekarang kamu kerjakan saja yang ini, nanti aku akan ajak kamu untuk meeting, kamu gak perlu melakukan apa pun tugas kamu sekarang hanyalah melihat dan mencermati." Zidan memerintah pada Claudya, bagi Claudya hal ini adalah kesan pertama dalan hidupnya bekerja kantoran seperti teman-teman sebayanya.
Claudya masih tidak menyangka cita-cita Claudya dahulu adalah bekerja di perusahaan dan sekarang akhirnya dia bisa mengabulkan cita-citanya itu, walaupun minusnya Claudya hanyalah lulusan SMA.
"Claudya, kan?" tanya salah satu wanita yang baru saja datang ke sana.
Claudya membalas anggukkan pada wanita itu, Claudya merasa sangat canggung jika bertemu dengan orang asing, selama ini Claudya hanya tinggal di rumah saja dan saat bekerja di cafe pun Claudya hanya bertemu dengan orang yang sering berganti-ganti, tapi sekarang wanita itu akan menjadi rekan kerjanya.
"Tuan Zidan memerintah aku untuk mengajari kamu," ujarnya.
"Oh, terima kasih kak," sahut Claudya.
Claudya dengan teliti dan patuh mendengarkan ucapan Sasa yang tak lain adalah wanita yang tadi diperintah oleh Zidan untuk mengajari Claudya, banyak yang Sasa katakan bahkan awalnya Sasa juga meragukan Claudya apa lagi Claudya hanya lulusan SMA.
Tapi Sasa salah karena selama dia menjelaskan Claudya terlihat paham pada setiap ucapan yang Sasa katakan, Claudya juga bisa langsung mempraktekkan ilmu yang baru saja Sasa katakan.
"Baiklah Claudya, aku akan mengerjakan pekerjaan aku, kalau ada yang kamu gak paham tanya saja padaku, meja aku ada di sana." Sasa menunjuk meja yang tak jauh dari meja Claudya.
"Makasih kak Sasa," ucap Claudya.
Mereka sama-sama menjadi seorang sekretaris dan Claudya menjadi wakil sekretaris, walaupun banyak yang meragukan Claudya tapi mereka tidak berani bicara karena Claudya direkomendasikan langsung oleh Zidan.
Claudya mengerjakan apa yang tadi Sasa bicarakan, walaupun dia baru melakukan ini tapi Claudya juga pernah melihat papanya bekerja dahulu.
Claudya menatap pada Zidan yang saat ini datang ke meja kerjanya, Zidan membawakannya kopi agar Claudya tidak merasa bosan.
"Ini untukmu, kalau kamu lapar boleh makan dulu," sahut Zidan.
"Gak bisa, Tuan. Karena disini aku bekerja bukan mau bersantai," ujar Claudya tersenyum pada Zidan.
Semua orang melihat interaksi mereka, satu hal yang mereka pikirkan sekarang adalah Zidan dan Claudya mempunyai hubungan yang spesial. Tidak mungkin Claudya bisa menduduki tempat itu kalau tanpa Zidan di sampingnya.
Zidan menatap pada ponselnya yang terlihat berdering, Zidan membaca pesan dari Elfian.
{Zidan, aku sudah bilang pada tuan William dan dia akan datang ke sana untuk bekerja sama, dia akan menginap satu bulan di hotel, kamu harus layani dia dengan sangat baik.} Pesan dari Elfian membuat Zidan mengerutkan keningnya.
"Astaga kenapa mendadak sekali," gumam Zidan.
Zidan menatap pada Claudya dan Sasa yang masih sibuk pada pekerjaannya.
"Sasa kemarilah!" perintah Zidan.
Sasa mendekat pada Zidan yang hanya berdiri didepan meja Claudya, tanpa lama-lama Claudya langsung berdiri dari duduknya.
"Sekarang akan ada tuan William datang kemari, tolong kalian sambut dia dengan sangat baik, dan tolong buatkan berkas untuk perjanjian tanda tangan kontrak sekarang, Sasa kamu ajari Claudya." Zidan memberikan perintah pada kedua sekertarisnya itu.
"Baik tuan," serempak Sasa dan Claudya.
Zidan langsung pergi dari sana untuk melihat karyawan agar lebih bersiap untuk menyambut William yang memang sangat penting, apalagi William adalah seorang pengusaha yang paling berkembang sekarang.
**
Sedangkan saat ini William tidak bisa pergi karena Karisa merengek pada Ibunya William untuk ikut William pergi ke Bandung, walaupun ingin sekali William menguncinya di kamar tapi sayangnya William tidak bisa bicara kalau hal itu sudah mengenai Ibunya.
Karisa menangis pada Anjani yang tak lain adalah Ibunya William, bahkan Karisa juga mengaduk pada mertuanya kalau William pasti akan mencari perempuan lain di luaran sana.
"Bu, aku mau pergi bekerja. Bukan untuk mencari pasangan," ujar William yang sudah bersiap dengan menjinjing kopernya.
"Tapi aku takut, Bu." Karisa menarik lengan mertuanya.
"William, apa salahnya membawa Karisa ikut ke sana, lagian Karisa juga tidak akan menganggu kamu. Anggap saja kalian sedang honeymoon di sana," ujar Anjani.
William menghela nafasnya kasar.
"Baiklah," pasrah William yang harus membawa Karisa ikut serta bersama dengannya ke Bandung.
Padahal William ingin menyendiri di sana tanpa ada gangguan dari siapa pun, tapi William merasa aneh karena baru sekarang Karisa meminta ikut bersamanya padahal selama ini Karisa enggan untuk berdekatan dengan William.
Bahkan saat William pergi ke Singapura untuk bekerja pun tak pernah Karisa merengek mau ikut.
"Drama apa lagi yang akan wanita itu mainkan!" geram William mengepalkan tangannya.
William datang dengan naik pesawat karena dia tidak yakin untuk datang memakai mobil karena jaraknya lumayan jauh, William diantar oleh asistennya untuk menuju ke bandara. Sepanjang perjalanan William merasa risih dengan keberadaan Karisa yang selalu membuatnya risih.
Entah dari pergerakan Karisa atau dari ucapan Karisa, semua yang Karisa lakukan selalu salah di mata William.
"Kau jangan banyak bicara, aku muak mendengarnya!" geram William.
"Mas, kita kan akan honeymoon jadi jangan kasar-kasar padaku." Karisa berucap sambil menatap pada William.
Asisten William yang bernama Indra hanya menatap mereka dengan senyuman tipis kalau saja Indra tidak takut pada William mungkin Indra sudah ingin tertawa di sana. Tapi saat ini sepertinya William sedang dalam mood yang tidak baik-baik saja.
William mengambil ponselnya, saat ini dia mendapatkan pesan kalau dia harus ke perusahaan Aryanagara grup yang tengah dikelola oleh Zidan putra dari pasangan Ibnu Abbas Aryanagara dan Kanaya Aryanagara.
"Indra, kau ikutlah sepertinya aku akan membutuhkan waktu lama di Bandung, kau bantu aku dan aku akan meminta pada anak buahku untuk membawakan pakaian ganti untukmu, dan soal mobil ini. Aku juga akan minta orang ku untuk mengambilnya," perintah William.
"Tapi tuan, bagaimana perusahaan?" tanya Indra.
"Aku akan serahkan pada karyawan yang lain." William berucap sambil mengutak-atik ponselnya tanpa menatap pada Indra yang terlihat terpaksa.
"Baik tuan," ucap Indra patuh.